Setelah memberikan instruksi pada Herri dan lainnya, Mellisa meninggalkan gudang itu. Dia berkeliaran di sepanjang jalanan kecil untuk waktu yang lama sendirian. Mellisa sibuk memikirkan tentang apa lagi yang mungkin kurang dalam semua rencana mereka.
Daerah ini adalah daerah pinggiran kota Jakarta yang paling sepi. Tidak ada orang yang berlalu-lalang maupun bangunan yang ditinggali seseorang di daerah pergudangan ini.
Selain angin dingin yang berhembus kencang di jalan, hanya ada sosok ramping Mellisa. Pipinya terasa kaku oleh angin. Dia mengangkat wajah dan melihat ke jalan bobrok tak berujung di depannya. Mellisa mulai mempertimbangkan apakah dia sebaiknya memanggil taksi untuk kembali ke apartemen.
Tepat setelah memikirkan itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dari belakangnya. Di jalanan yang sepi tanpa siapa-siapa, ada mobil yang datang dari belakang dengan kecepatan tinggi.