Pada pukul setengah dua siang, Lilia dan Julius bersama-sama meninggalkan restoran bebek panggang. Pria itu mengawasi Lilia yang masuk ke mobil yang menunggu di sisi jalan. Matanya berkilat penuh emosi yang tercampur aduk.
Di saku jaketnya, kedua undangan itu terasa sangat berat setelah dia mendengar kata-kata Lilia barusan. Dia bisa samar-samar menebak apa yang Lilia ingin lakukan, tetapi dia tidak sampai hati untuk menghentikannya. Jika saja Sylvia memperlakukan Lilia dengan lebih baik dan berusaha mencintainya seperti anaknya sendiri, wanita muda itu tidak akan perlu melakukan hal ini.
Julius menarik nafas dalam untuk menenangkan pikirannya yang kacau. Dia berdiri di pinggir jalan dan menatap langit biru yang terbentang luas. Walau pemandangan itu terlihat indah, perasaan bimbang yang menyesakkan hatinya menolak lenyap. Julius tidak tahu apakah dia seharusnya menghentikan Lilia, atau justru membantunya dengan rencananya.