Jean membawa Lilia naik ke lantai dua. Mereka menyusuri lorong yang panjang dan berliku-liku hingga mereka akhirnya mencapai ruangan yang paling ujung. Jean, yang memimpin jalan, berhenti sejenak di depan pintu ruangan itu. Kesunyian di lorong itu terasa berat dan menggantung.
Jean mulai kehilangan keberaniannya saat dia menatap pintu ruangan itu. Di balik pintu ini, pria yang dia sayangi melebihi ayahnya sendiri tengah terbaring menunggu ajal. Keinginan untuk berbalik dan melarikan diri dari tempat ini mulai melanda Jean. Dia tidak ingin melihat sosok Paman Hans yang lemah dan sekarat, karena dia tahu kalau hatinya takkan sanggup menanggungnya.
"Jean."
Pada saat Jean mendengar namanya dipanggil, dia merasakan Lilia meremas lembut tangannya. Pria itu menoleh pada istrinya, yang tersenyum menenangkan.
"Tidak apa-apa. Aku ada di sini bersamamu. Kamu tidak perlu menanggung semuanya sendirian." Ucap Lilia lembut.