Di dalam kamar hotel itu, sosok Lilia terbaring di atas tempat tidur. Suara nafasnya yang teratur menandakan bahwa wanita itu tengah tertidur lelap. Seorang pria duduk di samping Lilia. Pria itu mengusap-usap pipi istrinya dengan lembut, berhati-hati agar tidak membangunkannya.
Kedua asisten Lilia berdiri tidak jauh dari tempat tidur. Ekspresi wajah mereka yang biasanya kaku kini diwarnai rasa hormat. Kemudian Dina melangkah maju dan berhenti beberapa meter di depan Jean. Dia menyodorkan obat salep pada pria itu.
"Tuan Muda, ini salep yang Anda minta." Kata Dina sopan. "Ini efektif untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka memar seperti yang diderita Nyonya."
Setelah Jean menerima obat itu, Dina kembali ke posisinya semula di samping Rini. Keduanya menunggu instruksi lebih lanjut dari Jean dalam keheningan, seperti prajurit yang menunggu perintah komandannya.
"…kenapa Lilia demam?" Tanya Jean dingin, suaranya mengandung amarah yang hebat.