Setelah mengucapkan semua itu, Rachel akhirnya menoleh ke arah Lilia. Mata wanita itu terlihat merah dan bengkak karena terlalu banyak menangis.
Lilia berusaha agar tidak ikut menangis juga. Selama mereka bersahabat, dia tidak pernah melihat Rachel seperti ini. Rachel yang dia ingat adalah gadis yang aktif sebagai kapten tim voli di sekolah. Dia selalu tersenyum dan terlihat ceria, menyemangati orang-orang di sekitarnya.
Namun hanya dalam waktu 5 tahun, gadis muda itu telah kehilangan semangatnya.
Rachel bangkit dari kursinya. Dia mengulurkan tangan kurusnya yang gemetar dan memegang tangan Lilia. "Tolong aku." Bisiknya. "Lilia, aku tidak tahu siapa lagi yang bisa kupercaya selain kamu. Ayahku tidak menjawab teleponku dan pacarku meninggalkanku. Aku…aku…" Rachel tidak dapat melanjutkan kalimatnya dan mulai menangis sesenggukan. Dia paling benci menangis, namun hanya itu yang bisa dilakukannya saat ini.