Chereads / Istri Supermodel (For Sale!) / Chapter 49 - Apa Kamu Butuh Bantuan?

Chapter 49 - Apa Kamu Butuh Bantuan?

Kali ini, reaksi Lilia membuat Jean puas. Pria itu beranjak ke meja kerjanya dan mulai bekerja kembali. "Apa yang kamu lakukan di kampus adikmu hari ini?" Tanya Jean dengan nada ringan seolah sedang menanyakan cuaca besok.

Namun tangan Lilia yang sedang memasukkan hadiah itu ke dalam tasnya terhenti sesaat. "Ah…orangtuaku sedang pergi ke Jakarta untuk urusan bisnis, dan mereka memintaku menengok Daniel, adik laki-lakiku. Karena hari ini aku sedang tidak sibuk, aku pergi ke kampusnya." Jawab Lilia, sengaja tidak menyinggung soal masalah yang disebabkan Daniel.

Tapi Jean dapat menangkap kejengkelan yang samar dalam suara Lilia. "Lalu bagaimana kondisi adikmu? Apa dia terlibat masalah?" Pria itu meletakkan dokumennya dan menatap Lilia lekat-lekat.

Lilia menundukkan kepala sambil tersenyum pahit. Dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan apapun di depan tunangannya ini. "Ya…semacam itu."

"Apa kamu butuh bantuan?"

Mendengar pertanyaan Jean, Lilia menoleh ke arah pria itu dengan terkejut. Dia masih ingat saat terakhir kali Jean memberinya 'bantuan', dia mengatur segala sesuatu tanpa meminta pendapat Lilia seperti seorang tiran. Namun kali ini Jean ingat untuk bertanya dulu padanya? Ini suatu kemajuan!

Lilia menunduk dan memikirkan tawaran itu sejenak. Normalnya dia akan menolak bantuan Jean. Dia tidak terbiasa meminta bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Ditambah lagi, dia dan Jean hanyalah pasangan kontrak. Pria itu menawarkan bantuan sebagai formalitas semata untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang tunangan yang baik.

Namun benarkah demikian?

Semakin sering Lilia bertemu dengan Jean, dia menjadi semakin tidak yakin. Di balik sikap dan kata-katanya yang dingin, Lilia bisa merasakan kepedulian dan perhatiannya yang besar. Seolah-olah…

Seolah-olah Jean benar-benar mencintainya.

Lilia buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghapus pikiran itu. Dia sudah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya mempercayai laki-laki. Jika dia tidak mengharapkan apapun, dia juga tidak akan patah hati saat harapannya dikhianati.

"Kamu tidak butuh bantuanku?"

Lilia mengangkat wajah dengan terkejut. Sepertinya Jean menganggap gelengan kepalanya sebagai penolakan. Walau ekspresi pria itu tidak berubah, Lilia bisa merasakan kekecewaan dalam suara Jean.

Mungkin…Jean menyukaiku juga. Walau hanya sedikit.

Pikiran itu mendorong Lilia untuk menjawab, "Kurasa aku butuh sedikit bantuan."

Mendengar itu, tatapan Jean langsung berbinar-binar dan sudut mulutnya berkedut seolah menahan senyuman lebar. Dia terlihat sangat gembira hanya karena Lilia meminta bantuannya.

"Hanya sedikit, oke? Aku memang minta bantuanmu, tapi hanya sedikit saja! Benar-benar sedikit!" Lilia memberi penekanan.

"Tentu saja." Jean mengangguk. "Apa yang kamu butuhkan?"

"Aku perlu informasi tentang seorang mahasiswi. Informasinya tidak perlu lengkap, aku hanya butuh latar belakang keluarganya dan aktivitasnya selama dua minggu terakhir." Jawab Lilia tanpa ragu-ragu.

"Baiklah." Jean hanya menanyakan nama targetnya sebelum menelepon seseorang.

Lilia menatap pria itu berbicara di telepon. Sejujurnya, dia tidak harus meminta bantuan Jean. Keluarga Pangestu sendiri punya jaringan informasi yang luas dan dia dapat memanfaatkannya untuk mencari informasi. Tapi jika dia memakai koneksi Keluarga Pangestu, mereka akan memberitahu ayahnya. Lilia berencana menggunakan masalah ini untuk membuat Daniel berhutang budi padanya, jadi ayahnya tidak boleh sampai tahu tentang ini. Jadi dia memutuskan kalau lebih aman meminta bantuan tunangannya.

Setidaknya, Lilia tidak perlu berpura-pura di depan Jean, dan pria itu juga dapat diandalkan. Jean memberinya keyakinan bahwa kalau Lilia sampai terjatuh, pria itu akan selalu ada di sampingnya untuk menangkapnya.

Lilia tersadar dari lamunannya saat Jean menyentil dahinya. Lilia segera menutupi dahinya dan melontarkan tatapan marah pada pria yang berdiri di depannya itu.

Namun Jean tidak merasa bersalah dan justru tersenyum jahil. "Kenapa kamu terus-terusan menatapku? Terpesona oleh wajahku?"

Wajah Lilia langsung memerah. "Hah?! Apa yang kamu katakan?! Jangan bicara omong kosong!" Protes Lilia.

Sebelum Jean bisa menggoda Lilia lebih jauh lagi, telepon pria itu berbunyi. Sambil mendecakkan lidah dengan kesal, dia mengangkatnya. Setelah pembicaraan yang singkat, mesin fax di atas meja Jean menyala dan mulai mencetak sesuatu.

"Ini."

Lilia menatap setumpuk kertas yang disodorkan Jean dengan santainya. Hanya dalam beberapa menit saja, informasi yang dicarinya sudah tersedia. Lilia menerima dokumen itu dengan tangan gemetar.

Pengaruh Keluarga Widjaya benar-benar menakutkan!

Kekagetan Lilia semakin besar saat dia membaca dokumen itu. Informasi yang tertera di sana mengenai mahasiswi yang menjadi pacar Daniel sangat lengkap, bahkan ada detail mengenai periode menstruansinya tiap bulan.

Namun ekspresi Lilia berubah saat membaca bagian terakhir dari laporan itu.

"Apa ada yang salah?" Jean tidak luput melihat perubahan ekspresi itu.

Lilia menggeleng dengan senyum tipis. "Aku hanya tidak menyangka kalau masalah ini lebih sulit dari yang kuduga. Jean, aku punya satu permintaan kecil untukmu…" Wanita itu mendekati Jean dan membisikkan sesuatu di telinganya.

"Baiklah, aku akan memberitahunya." Jean mengangguk.