Chereads / D I L E M A / Chapter 66 - Tamat

Chapter 66 - Tamat

Tiara lalu keluar dari ruangan beserta Syifa juga Nani. Para tamu undangan termasuk mempelai pria tertuju pada si pengantin wanita yang terlihat anggun. Axelle tidak bisa berhenti tersenyum saat memandang sang istri, ini seperti mimpi karena pada akhirnya dia akan menikahi wanita yang paling ia cintai.

Pakaian pria itu pun telah berubah sama halnya Tiara dan tampak mempesona dengan pakaian serba putih tersebut. Begitu mempelai wanita duduk, Syifa serta Nani bergerak mundur menempati kursi mereka.

Penghulu kemudian berbicara sepatah kata sebagai pembuka lalu disusul dengan membaca doa. Ijab kabul dilakukan setelahnya dan Axelle sangatlah gugup terbukti jika pria itu berkeringat dingin mengingat peristiwa sekarang hanya akan terjadi seumur hidupnya. Dengan nada sedikit bergetar Axelle berhasil membalas kalimat dari pak penghulu seketika semua orang mengatakan sah membalas ucapan pak penghulu. Akhirnya Axelle dan Tiara resmi menjadi sepasang suami istri.

Acara tukar cincin menjadi acara lanjutan. Syifa lalu bergerak menuju Hali yang kini memandang dengan tampang termangu. "Kenapa kau melihatku seperti itu? Apa riasanku kurang bagus?"

"Jadi bukan kau yang menikah?" Hali balik bertanya.

"Hali bukankah sudah aku bilang kalau aku tidak akan menikah dengan Axelle, kenapa bertanya sesuatu yang sudah jelas jawabannya?" mata Hali kemudian terarah kepada Axelle dan menatapnya sebal.

"Sialan, awas saja nanti," ancam Hali.

Resepsi pernikahan digelar sesudah acara adat. orang-orang mulai membuat barisan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai termasuk Hali. Pria itu dengan senyuman menyalami Tiara. "Selamat ya atas pernikahannya,"

"Terima kasih," balas wanita cantik itu.

"Dan juga maafkan aku .." kening Tiara mengkerut. "Minta maaf untuk apa?"

"Untuk melakukan ini!" Hali lantas memberikan bogem mentah kepada Axelle dan akibatnya pipi dari CEO perusahaan pertama tersebut berwarna biru. Suami dari Tiara menerima tanpa bisa menghindar lalu tertawa keras yang membuat orang-orang menjadi heran.

"Kau tidak apa-apa, nak?" tanya Abigail.

"Aku baik-baik saja Ibu, jangan cemas." Axelle lalu menaruh atensinya kepada para tamu undangan.

"Maaf atas ketidaknyamanannya lanjutkan saja pestanya," lanjut pria itu. Tiada sepatah kata pun keluar dari mulut Hali dan dengan santainya berjalan santai turun dari panggung. Syifa bergegas mendekat kemudian menarik sang bos menjauh dari ramainya tamu ke tempat sepi.

"Kamu itu kenapa? Kok langsung mukul adik iparku?" tanya Syifa serius. Pria berdarah keturunan Melayu tersebut lantas memberikan sebuah kartu undangan yang diberikan padanya dan di sana tertera nama Syifa sebagai pengantin wanitanya. Jelas hal ini membuatnya syok. Pantas saja Axelle mengirimkan lebih awal surat undangan Hali rupanya sebuah undangan "khusus".

"Kau marah gara-gara ini?"

Hali membuang pandangan. "Jangan salah sangka aku marah bukan karena kau pengantin wanitanya ... Kau ini sekretarisku jadi kalau kau menikah harus seizinku biar nanti kontrak kerjamu kuubah,"

Mendengar kalimat yang bosnya katakan membuat Syifa mendengus sebal. "Yah kau selalu seperti itu." wanita itu kemudian berlalu pergi tanpa berniat melihat ke belakang. Sempat terbersit perasaan aneh namun ucapan Hali membuat dia yakin Hali memang tak memiliki perasaan sedikit pun kepadanya.

❤❤❤❤

Pesta pernikahan digelar hingga malam. Kini kedua mempelai asyik berdansa disaksikan oleh para tamu undangan termasuk Syifa dan Hali. Mereka berdua duduk di meja yang agak jauh dari ramainya para tamu. Rey anak kesayangan Syifa pun ikut di keramaian beserta Nenek dan Kakeknya, tampaknya anak kecil itu gembira sebab memiliki Ibu Tiri seperti Tiara. "Mereka serasi sekali," ucap Syifa disertai senyuman tanpa melepas pandangan ke arah sang saudara kembar bersama Axelle.

"Iya sih mereka serasi tapi aku tidak suka Axelle."

"Apaan sih? Lupakan saja dia memang begitu suka bercanda," Syifa membela.

Hali mendecih dan mendadak memberikan ponsel kepada Syifa. "Aku mau ke toilet," setelah itu beranjak pergi meninggalkan sekretarisnya itu sendirian. Seraya menggerutu kesal, dia melihat ke ponsel milik bosnya. Background ponsel menampilkan foto Rey yang memancing emosi dari Syifa.

"Kenapa foto anakku yang dijadikan wallpaper? Tidak minta izin lagi," omelnya. Syifa ingin membuka dan melihat lebih jauh lagi namun sayang ponsel memiliki kata sandi. Bukan namanya Syifa jika dia tak mencari tahu. Dimulai dari tanggal lahir sang bos, tanggal lahir Rey juga tanggal lahir Marisa akan tetapi tak ada yang cocok.

Tanggal jadian Syifa tak tahu begitu juga tanggal lahir dari anggota keluarga. Pada akhirnya dia menyerah dan dengan iseng memasukkan tanggal lahir milik sendiri. Mendadak ponsel terbuka membuat Syifa terdiam. Selama ini tanggal lahirnya adalah kata sandi ponsel milik Hali?

Tentu saja dia tak melewatkan kesempatan ini dengan melihat galeri tapi sekali lagi wanita itu tertegun kala melihat background ponsel adalah foto Syifa. Tentu saja Syifa ingat foto yang diambil secara diam-diam. Waktu itu mereka selesai rapat dan bersama Hali dia menyiapkan sebuah laporan.

Hali sedang melakukan selfie ternyata sedang memfotonya diam-diam. Syifa akui bosnya pandai dalam mengambil sudut, dirinya terkesan begitu indah dan seksi.  Dia lalu melihat galeri dan yang paling banyak adalah foto Syifa. Beberapa foto diambil tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Perasaan Syifa jadi campur aduk sekarang. Senang sebab Hali ternyata memiliki banyak foto dan bingung karena kenapa Hali menyimpan banyak sekai gambarnya. Dalam kalut sebuah buket bunga berada di hadapan. Tiara tersenyum lebar ketika si saudara kembar menatapnya penuh kebingungan. "Untuk apa ini?"

"Untuk pernikahanmu," balas Tiara. Dia lalu mengisyaratkan agar melihat ke sisi lain. Setelah menoleh alangkah terkejutnya Syifa sebab Hali telah berlutut sambil memperlihatkan sebuah cincin.

"Kau tidak bercanda, kan?" tanya Syifa masih kaget, tak tahu harus mengatakan apa.

"Apakah sekarang aku sedang bercanda?" balas Hali masih menggunakan nada sebal khas miliknya.

"Tapi ... sejak kapan?"

"Aku tidak tahu tiba-tiba saja perasaanku sudah nyaman denganmu," Hali menyahut.

"Terimalah Syifa," ucap Axelle mendadak. Syifa menoleh ke arah adik iparnya. Dia terlihat tampan dengan senyuman tipis.

"Sudah dari kedatangannya di Indonesia, Hali mau melamarmu tapi niatnya batal karena problem dengan Ayah dan Ibuku. Dia yang menghajarku sebab dia merasa aku telah berkhianat atas perasaannya."

"Kau .. sejak kapan kau tahu perasaan Hali?" tanya Syifa menyelidik.

"Saat menginap. Aku mendapati layar belakangnya adalah fotomu." mata Syifa membulat dan menatap pada Hali.

"Aku datang ke sini sebab mengira kau yang akan menikah tapi ini semua pekerjaan Axelle ..."

"Karena kalau aku tidak memanipulasi mana mungkin Hali datang. Rey melaporkanku kalau Syifa sedih makanya aku buat skenario ini untuk membalas supaya dia juga merasakan hal yang Syifa rasakan jadi hukumannya selesai sekarang tergantung padamu Kakak Ipar." Syifa kembali menaruh perhatian pada Hali dan dengan satu tarikan napas dia mengatakan panjang lebar.

"Kenapa kau tidak bilang dari awal?" Syifa emosi.

"Ya aku malu lagi pula kalau aku buat pertanda pasti curiga dan mengatakan aku sok baik pasti ada maunya dan segala macam jadi aku pilih diam supaya kita tidak ada masalah. Aku minta maaf jika aku memiliki salah tapi aku janji aku akan membahagiakanmu. Syifa will you marry me?" tanya Hali lagi.

Syifa tersenyum. Dia tak bisa menahan harunya dan air mata mulai membasahi mata. Ini seperti mimpi saja sebab harapan yang agak memudar kini menjadi kenyataan. Hali membalas perasaan Syifa. "Ya aku mau," jawab Syifa tegas.

❤THE END❤