GARIN
"Tolong lain kali jika ingin pergi pergi tunggu Pak Soni pulang. Kalau aku senggang biar aku yang antar." Ucap Mas Banyu lembut.
"Hmm" Jawabku sambil menundukkan kepalaku.
Aku tidak bermaksud mengacuhkannya. Aku takut saja menatapnya. Jadi aku lebih memilih untuk menundukkan kepalaku.
Suara deru nafasnya terdengar di telingaku. Sepertinya dia sedang menahan amarah. Berbicara dengan menggunakan bahasa selembut mungkin untukku.
"Garin! Lihatlah aku." Aku berusaha menatapnya. "Jangan lagi keluar tanpa Pak Soni atau aku!" Tanpa aku sadari air mataku mengalir.
"Kenapa? Bukankah kamu tidak peduli? Bukankah kamu tidak mau aku hamil?" Tanyaku tegas.
"Iya, karena aku hanya memikirkan keselamatan kamu! Aku masih sangat mencintaumu!"
"Lalu kenapa tidak mau menerima anak kita? Apa Mas Banyu tidak yakin bahwa ini Mas Banyu?"
"Aku tahu dia anakku. Aku hanya tidak siap. Aku belum menginginkannya!" Dia pergi meninggalkan aku.