ReBirth 48
Chapter 23: Kebangkitan Shin?
"Hey, apakah kalian berdua sudah cukup bersenang-senang?" Shin denga lesu menatap Lita yang yang sedang bersenang-senang Veila, begitu juga dengan para wanitanya yang sibuk dengan urusan masing-masing.
Mereka tampak sedang bermain dan bercanda tawa, terutama Veila dan Lita.
"Memangnya kenapa? Apakah ada sesuatu yang menggangumu kak?" tanya Lita yang sedang memegang boneka milik Veila.
Melihat mereka yang sibuk dengan urusan masing-masing, Shin menghela nafas panjang.
"Tidak ada, lupakan saja," ucap Shin tersenyum.
Ia kemudian berjalan keluar ruangan. 3 hari sudah berlalu semenjak kejadian itu. Saat ini Shin sudah membeli rumah lainya, rumah yang cukup besar untuk menampung 10 orang di tambah Lita, dan juga bagasi yang luas, walau masih hanya ada motor Shin sih.
Shin berjalan ke dapur untuk mengambil minum, disana ia melihat Kevi yang kali ini tugasnya memasak. Aura di sekitarnya sudah benar-benar berubah, ia terlihat seperti perempuan yang sangat lembut.
"Bagaimana Kevi? Apakah sudah selesai?" tanya Shin yang membuks kulkas untuk mengambil air dingin.
"Ah, rupanya kau Shin. Tidak, aku masih menyelesaikan setengahnya. Lagian disini ada 11 orang, jadi aku harus memasak ekstra banyak," balas Kevi dengan nada lembut dan tampak ia menikmati memasak makanan tersebut.
Shin bersender di kulkas, ia meminum airnya. Lalu melirik Kevi yang masih melanjutkan kegiatannya.
"Kau sudah berubah menjadi lebih baik dan sangat lembut ya," ucap Shin menatap Kevi sambil tersenyum lembut.
Kevi berhenti, ia kemudian ikut tersenyum senang.
"Bukankah ini semua karena mu?" balasnya meneruskan memotong sayuran.
"Yah, kau benar juga. Aku senang melihatmu menjadi sering tersenyum, itu membuatmu terlihat sangat cantik," puji Shin yang kemudian berjalan menuju Kevi.
Kevi hanya tersenyum dengan sangat senang, namun ia tak menjawabnya. Ia lebih memilih meneruskan masakannya.
"Oiya, kenapa kau tak meminta bantuan yang lainnya? Bukankah berat memasak untuk satu orang?" tanya Shin yang melihat di meja sudah ada beberapa masakan yang tersajikan, tapi tak cukup untuk 11 orang.
"Malah aku yang menyuruh mereka untuk tak membantu. Soalnya aku harus terlihat seperti wanita hebat di depan adikmu yang sudah merestuiku kan?" balas Kevi dengan nada menggoda Shin.
Shin langsung tersentak.
"Oiya, aku lupa untuk meluruskan kesalahpahaman itu!" teriak Shin di dalam hatinya, panik.
"Haha, kau terlihat sangat imut saat sedang bingung tau Shin."
"Hentikan itu, lebih baik mengganti topiknya. Oiya, kemana 2 orang laki-laki itu?" tanya Shin yang melirik keluar jendela, terlihat disana terdapat taman bunga.
"Ah, mereka ya ... Jika tak salah ingat saat ini mereka sedang ada di basement, sepertinya mereka sedang mencoba menciptakan sesuatu."
Setelah menjawab pertanyaan Shin, Kevi meliriknya yang sedang menatap taman.
"Hey Shin, bagaimana jika kau jalan-jalan saja dulu? Mungkin setengah jam lagi aku selesai," saran Kevi yang berjalan mendekati Shin.
"Kau benar juga ya, cukup untuk menghabiskan waktu," jawab Shin yang setuju, ia kemudian melirik Kevi yang berdiri di hadapannya.
Kevi mengulurkan tangannya kedepan.
Shin memiringkan kepala, ia bingung apa maksudnya. Shin lalu menghubungi tangan kirinya untuk menjawab tangan Kevi.
"Bukan itu bodoh, minumnya. Aku haus!" seru Shin yang agak kesal.
"Ah iya." Shin langsung memberikan minumannya dengan canggung.
Tanpa pikir panjang, Kevi minum di botol yang Shin gunakan. Shin menatap Kevi.
"Hum, kenapa?"
"Tidak, bukankah kau harusnya tau kalau itu ciuman tak langsung?"
"Lalu? Bukankah nantinya juga kita akan terbiasa untuk berciuman?"
Shin kaget.
"Ah, lupakan. Aku pergi sekarang. Beritahu yang lainnya."
Kevi mengeringai senang karena itu.
"Baiklah, jangan lupa setengah jam," ingat Kevi ke Shin.
"Pastinya."
Shin berjalan menuju bagasi. Ia lalu mengambil motornya, ia kebingungan akan menggunakan helm apa engga. Karena menurutnya helm itu hanya merepotkannya.
Shin pun akhirnya meninggalkan halaman rumah besar itu tanpa Helm.
Shin melaju dengan rata-rata untuk menikmati sejuknya angin pagi. Ia juga melihat-lihat area sekitar. Dan beberapa kali berhenti untuk membeli cemilan.
Setelah hampir setengah jam berlalu, Shin berniat kembali. Tapi saat itu ia terhenti ketika melihat kerumunan orang yang antri untuk berjalan keluar dari zona aman.
Shin yang bingung memarkirkan motornya di pinggir jalan, lalu menuju salah seorang yang mengantri.
"Hey, kenapa kalian mengantri untuk keluar di gerbang barat?" tanya Shin.
Seseorang yang berada di antrian paling belakang berbalik.
"Apakah kau belum tau? Rupanya semua monster yang keluar dari portal, saat kau kalahkan sebagian kekuatannya akan terserap kedalam dirimu. Dengan kata lain kau bisa meningkatkan kekuatanmu. Saat mecapai suatu batas, kekuatanmu itu akan berevolusi menjadi sesuatu yang lebih kuat. Bukan hanya itu, daging dan material dari monster-monster yang keluar dari portal sangat berguna loh. Bisa kau jual dengan harga yang lumayan, tapi kau harus tau resikonya sangat berbahaya," jelas orang itu yang langsung membuat Shin kaget.
"Terima kasih penjelasannya kawan, kalau begitu aku akan ikut mengantri," jawab Shin sambil menepuk pundaknya dan tersenyum senang.
"Tentu. Ah, sekarang giliranku. Kalau begitu aku duluan kawan," ucapnya yang langsung pergi menuju pintu gerbang.
...
...
...
"Tunggu! Bukankah itu artinya kekuatanku juga sangat meningkat! Aku bahkan tak dapat menghitung berapa banyak monster yang sudah ku kalahkan," seru Shin di dalam hatinya dengan sangat kaget.
Ia kemudian ikut mengantri dan berniat keluar untuk menguji kekuatannya.
Setelah 10 menitan mengantri, ia kini berdiri di depan orang yang bertugas.
"Lalu, apa urusanmu keluar?" tanya laki-laki itu dengan dingin.
"Aku ingin mengalahkan beberapa monster."
"Apakah kau sudah memiliki kartu izin?"
"Kartu izin? Aku belum memilikinya."
"Kalau begitu apakah kau ingin membuatnya? Harganya 300 ribu."
"300 ribu hanya untuk kartu? Buset mahal banget!" jawab Shin di dalam hatinya.
Beruntung, Shin memegang salah satu kartu ATM yang di berikan bawahannya.
"Tentu, buat sekarang," balas Shin yang memberikan kartu ATM itu.
Orang itu kaget, karena ini adalah kartu ATM jenis baru yang di produksi setelag hari ke 7 Zakaerta di bangun. Kartu ini hanya orang-orang teratas yang memilikinya. Sekarang baru hari ke 21, tidak mungkin orang biasa akan memilikinya Secepat itu.
"Tentu tuan!" Ia langsung merubah cara bicaranya dan dengan cepat masuk kedalam posnya. Disana ada beberapa orang dan mereka menggunakan pola sihir khusus agar kartu tersebut tak dapat di duplikasi.
Setelah 5 menitan, orang itu keluar.
"Ini kartunya tuan," ucapnya sambil menyerahkan kartu izin dengan sopan.
Shin hanya tertawa sinis, dasar manusia ya. Mereka akan berubah total hanya dengan sesuatu seperti ini.
Shin dengan acuh megambil kartu tersebut.
"Oiya tuan, dan ini adalah daftar bahan-bahan dari monster yang bisa di uangkan." Orang itu kemudian memberikan sebuah kertas yang cukup tembak, mungkin ada 10 tumpuk dan bolak-baliknya ada gambar serta nama-nama bahannya.
"Oke," balas Shin lagi dengan nada yang sama mendina kertas tersebut. Shin lalu menggulung kertas tersebut dan menaruhnya di kantung belakang.
Ia kemudian berjalan menuju pintu gerbang untuk manusia. Ia menggesekkan kartu izin tersebut, seketika pintu besi besar dan tebal itu tertarik ke atas.
Shin melangkah keluar, tampak di bagian luar area ini sangat luas daripada bagian Utara. Shin juga melihat banyak sekali pertanian disini, sepertinya mereka akan memberikannya kartu izin yang berbeda untuk para petani ya.
Shin berjalan lurus di atas jalan yang sudah di siapkan, jalannya lebar serta luas. Di kiri dan kanan tampak orang-orang sedang menanam beberapa jenis tumbuhan. Tampaknya jarak dari sini sampai ke pelindung utama ada sekitar 500m.
"Sial, kenapa begitu jauh," derunya dengan lemas.
Ia pun saat itu juga melihat ada beberapa motor di depan yang sedang berjalan pulang.
"Oiya, kenapa ga kubawa aja sekalian motorku!" teriak Shin di dalam hatinya dengan menyesal karena meninggalkan motor Shin di pinggir jalan.
"Sial, semoga saja tak hilang."
Shin terus berjalan menuju pelindung utama, disaat hampir sampai. Ia tiba-tiba saja mendengar Ella berbicara padanya.
"Master! Anda saat ini sedang dimana? Ini sudah sangat telat dan semua orang sudah mulai makan."
Shin langsung kaget saat mendengar teriakannya Ella.
"Aaahh, maaf Ella. Aku tak bisa menjelaskannya. Intinya saat ini aku sedang sangat sibuk, dan tak bisa pulang sampai sore nanti."
"Apa! Bagaimana bisa? bukanya master yang buru-buru ingin makan bersama tadi?" tambah Lena yang ikut terlihat kesal.
Shin merasa terganggu dan agak bersalah. Karena itu ...
"Sudah, katakan saja pada mereka aku sibuk. Kalau begitu ku sudahi dulu."
"Apa! Bagaimana Mas—." Telepati Ella dan Lena langsung di putuskan oleh Shin.
"Sial, aku lupa untuk makan bersama. Tapi aku sudah sampai di sini, kembali tanpa hasil hanya akan membuatku semakin kesal," desis Shin yang sudah berada di depan penghalang.
Tampak ada beberapa penjaga yang terus waspada di depan pelindung, Shin dengan acuh menggesekkan kartu lagi ke tugu di samping kanan dan pelindungnya pun agak terbuka.
Shin mengacuhkan Beberapa penjaga itu dan langsung berlari lurus menuju hutan.
Setelah berlari dengan cepat selama 20 menit, ia kemudian sampai di tempat yang menurutnya pas untuk menguji kekuatannya.
"Baiklah, mari kita mulai dari pedang dulu," ucap Shin yang kemudian mengambil pedang dari ke enam senjata jiwa yang berpuatar mengelilinginya.
Shin kemudian berfokus pada pedangnya, ia menyatakan energinya pada pedangnya.
Seketika terjadi ledakan aura ke atas yang cukup kuat. Bentuk Padang itu kini semakin keren, dan aura hitam di sekelilingnya juga semakin gelap.
Shin Kemudian fokus, saat itulah ia langsung menyadari apa kekuatan barunya.
Itu adalah membuat kloning bayangan Shin sendiri, yang kekuatannya setengah dari kekuatan asli milik Shin.
Shin sangat kagum dengan itu, terlebih lagi ia bisa membuat maxinal 5 klon secara bersamaan. Itu akan membuatnya semakin mudah.
Shin lalu berpindah ke panah, setelah mengevolusi panahnya, sama seperti pedang. Corak dan pola panah itu semakin indah.
Shin lalu mengeluarkan kekuatan barunya. Ada 3 kekuatan barunya.
1.) Saat panah di tembakkan, panah tersebut akan menggandakan dirinya menjadi 3x lipat. Dan di saat yang bersamaan, dalam satu tembakan bisa menembak 3 panah sekaligus. Dengan kata lain, sekali tembak akan keluar 9 anak panah api.
2.) Saat panah di tembakan, panah tersebut bisa mengejar dan mengikuti gerakan target dari anak panahnya.
3.) Ketika mengenai target, anak panah tersebut bisa meledak, dan selain ledekan. Akan ada cipratan api yang akan langsung membakar yang di kenainya.
"Buset! Makin over power aja nih panah," teriak Shin dengan kagum.
Ia lalu beranjak menggunakan pedang Cambuk, pedang yang bisa memanjang.
Tadinya, senjata ini sangat jarang di gunakan karena kekuatannya yang paling lemah dari kelima senjata yang lainnya, dan tipe kekuatannya adalah support. Setelah berevolusi, pedang cambuk ini kini bisa membuat penggunanya mengendalikan air, dan menyerap air untuk menyembuhkan dirinya. Dengan kata lain, selama Shin bertarung dalam keadaan hujan atau area yang berair(laut). Maka ia akan abadi. Sungguh kekuatan yang menakutkan.
Shin lalu mengambil tombaknya. Bagaimana kondisinya? Tombak ini adalah salah satu senjata yang sudah berevolusi ke fase kedua. Apakah ia saat ini juga sudah berevolusi? Menjadi ke fase ketiga?"
Rupanya iya! Kali ini, Shin bisa membuat pasukan lainya dari batu, saat di kuatkan. Maka ia bisa membuat pasukan Golem dari kristal. Walau, kekuatan ini menggunakan banyak sekali energi, hampir menyamai sabit.
Dan tentu saja, yang terakhir sabit. Kekuatan apa yang akan ia dapatkan setelah evolusi?
Itu adalah ruangan dimensi lain yang ia ciptakan di dalam sabit tersebut! Bahkan ruangan itu benar-benar seperti bumi, hutan hijau dan bahkan ia melihat ada air terjun.
Sedangkan kekuatan membuat dimensi yang ia w Kevi, itu hanya dimensi kosong dan hitam. Jika begini maka dimensi itu bisa digunakan untuk membuat markas Silance Sistem.
Shin merasa sangat senang saat ini. Ia benar-benar puas dengan evolusi senjata jiwa miliknya.
Dan terakhir, kekuatan katana ini tadinya adalah menyerap petir, dan membuat tebasan petir. Senjata yang cukup normal untuk awal, tapi setelah berevolusi ke fase kedua, dia akan memiliki kekuatan apa?
Shin sangat tak sabar mengetahuinya.
Tapi sayangnya, senjata jiwa Katana belum berevolusi.
Shin agak kecewa.
Tiba-tiba saja, ia merasakan ada seseorang yang terus memperhatikannya dari belakang. Ia kemudian menciptakan beruang bayangan dan menggunakan itu untuk menyergap orang tersebut dari belakang.
Anehnya. Orang tersebut tak melawan. Ia dengan santai menyerahkan dirinya sambil di bawa beruang bayangan milik Shin.
"Siapa kau ini?" tanya Shin dengan hawa membunuh.
"Ya-yah, santai aja dulu. Aku tidak berniat untuk memusuhimu, aku hanya kesini karena merasakan ledakan aura yang sangat kuat untuk beberapa kali."
Shin tak bereaksi, ia mengarahkan katana petir nya ke arah lelaki itu.
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Baiklah-baiklah, aku adalah salah seorang yang membangun Zakaerta. Tepatnya orang ketuju, namaku Vain."
"Eh?" Shin memasang ekspresi bingung.
"Apakah bocah sepertimu tidak berbohong?" tanya Shin sambil melihat anak laki-laki. Dia bahkan terlihat lebih muda dari Lita, anak SMP mungkin?
"Aku serius!"
Shin hanya memasang ekspresi bodoh.
Anak laki-laki itu yang mulai kesal. Ia tiba-tiba saja melepaskan diri dari beruang bayangan Shin. Ia lalu menggambar suatu simbol dengan sangat cepat di udara, beberapa saat kemudian tiba-tiba saja keluar sebuah pedang dari besi yang terlihat canggih. Apakah ia baru saja memanggil senjatanya?
"Sekarang, apa kau percaya?"
>>Bersambung<<
~Higashi