Rebirth 48
Chapter 11: Dibalik semuanya.
"Apa! Pulau R gagal di taklukan? Apa yang sebenarnya terjadi?" bentak seseorang yang sedang duduk di atas sebuah kursi pemimpin sambil menggerak mejanya dengan sangat marah.
"Ma-maaf ketua, kami benar-benar tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba saja belasan portal yang sudah di rencanakan untuk terbuka di pulau R menghilang secara misterius," balas seseorang yang sedang menunduk sambil menggigil ketakutan.
"TAK BERGUNA!" teriaknya sambil melibaskan tangannya.
Zabs!
Kepala bawahan tersebut langsung terpisah dari kepalanya dan menggelinding.
"Tenangkan amarahmu ketua, setidaknya hasil dari rencana kita tak semuanya gagal," bujuk seseorang yang sedang berdiri di samping sosok pemimpin itu.
"Yah ... Itu benar juga, dengan begini para warga dimensi lain itu akan sadar bahwa para Enders tidak boleh di remehkan, dan akan mengeluarkan pasukan lebih kuat lagi."
"Itu benar tuanku, dan untuk portal yang kita buka secara diam-diam. Semuanya berhasil dengan sempurna di laboratorium rahasia kita. Sekarang kita bisa dengan bebas menguji dan bereksperimen dengan makhluk-makhluk dunia lain yang keluar."
"Bagus, bagus. Dengan begini maka aku juga bisa terus mengumpulkan darah persembahan, lanjutkan."
"Baik tuan."
***
Di kedalaman hutan, tepatnya di markas rahasia para Silance sistem.
Shin bangun setelah tidak sengaja tertidur saat di baringkan di kasur. Ia duduk sambil mengucek-ngucek matanya. Lalu melihat ke sekitar.
"Huaaaammm." Shin menguap santai. Sesaat kemudian perhatiannya tertuju pada seseorang yang sedang duduk di meja dekat jendala kamarnya.
"Ah, pagi Pedra," sapa Shin yang melirik ke arahnya.
Pedra saat itu juga langsung bangun dan berlari ke arah Shin.
"Ah, master. Apakah master baik-baik saja? Bagaimana kondisi master?" tanya Pedra berturut-turut sambil menatap shin tajam.
"A-aah. Kau tenang dulu ya Pedra ...."
"Ah, maafkan sikap saya master, saya terlalu senang tadi dan tidak bisa mengontrol diri." Pedra menunduk meminta maaf.
"Sudah, sudah. Lebih baik kau duduk di pinggir kasur saja."
"Baik." Pedra pun degan hati-hati duduk di sebelahku.
"Haaah, soal pertanyaan mu tadi. Tampaknya aku memaksa tubuhku sendiri hingga mencapai batas Maximal. Karena itu tampaknya aku harus mengistirahatkan tubuhku selama seminggu atau lebih." Shin menjawab sambil melihat telapak tangan kirinya.
"A-aah ... Maaf master, karena tidak bisa membantu. Saya berterima kasih, jika master tidak menelan semua portal itu, maka sudah dipastikan kita yang ada di sana mati." Pedra menunduk sedih karena tidak bisa menjawab apa-apa.
"Sudah-sudah," respon Shin yang kemudian mengelus-elus kepala Pedra.
"Sekarang kau keluar dulu ya, aku ingin beristirahat sebentar lagi sambil memulihkan kekuatanku," tambah Shin lagi yang kemudian memasang senyum tulus.
Pedra kaget, ia tersipu malu.
"Ba-baik master," balas Pedra sambil bangun.
Pedra pun berbalik.
"Aaahhh!! Master sangat keren, aku bahkan tidak bisa memahami satu langkah yang di pikirkannya sedikitpun. Dia benar-benar master yang luar biasa." Pedra berteriak di dalam hatinya sambil berjalan keluar dengan wajah senang.
**
Beberapa saat setelah
Pedra menutup pintu. Shin langsung menyeringai.
"Tapi boong!"
"Horeee! Akhirnya aku bisa membebaskan diri!!" Shin dengan bahagia berguling-guling di kasurnya.
"Hummmm, kali ini ngapain ya, apakah aku harus jalan-jalan? Atau mendaki? Ah, tapi semuanya membutuhkan tenaga, dan uang. Haaah." Shin menghela nafas panjang.
"Oiya!! Aku baru ingat bahwa tubuh ini dulunya seorang introvet. Dia sering membaca komik di web ... Jika tidak salah namanya ...." Shin mengingat-ingat, sesaat kemudian ia langsung memasang wajah senang, dan kemudian bangun lalu berjalan menuju lemari di kamarnya.
Sesaat kemudian ia langsung mengambil sebuah laptop dari lemari itu, dan kemudian kembali ke atas kasur, ia langsung membuka web yang di maksud.
"Yes! Bener web nya, saatnya bersenang-senang!!" teriak Shin di dalam hati dengan sangat senang.
***
Beberapa hari kemudian ...
Kali ini Shin masih terbangun seperti biasa. Ia melirik sekitar, dan baru teringat bahwa ia sudah 3 hari menghilang tanpa kabar dari sekolah. Ia langsung buru-buru bangun dan berjalan keluar kamar.
"Ah, selamat pagi master," sapa Ella yang terlihat sedang membawa sebuah baskom berisikan daging.
"Ah, pagi Ella," Shin melirik ke arah baskom tersebut.
"Dan, kau sedang apa?"
"Ah, saya sedang membawa daging hasil buruan pagi ini ke Pedra, saya pikir akan menaruh sisanya di dalam mesin pendingin," balas Ella yang kemudian melirik Shin dengan kebingungan.
Ella, ia kembali kesini 1 hari yang lalu, sekarang di mansion hanya kurang 2 orang dari five prefix. Dengan kembalinya dia, maka kekuatan tempur akan meningkat pesat.
"Anda terlihat terburu-buru, mau kemana?" Ella memiringkan kepalanya.
Shin seketika tersentak, ia langsung menutup mulut Ella.
"Shhssttt," desisnya mencoba menutup mulut Ella.
Ella seketika kaget dan hampir menjatuhkan ember yang di pegangnya. Shin kemudian menggunakan tangan yang lainya untuk menangkap ember tersebut.
"Jangan kau beritahu mereka berdua ya, aku saat ini akan pergi keluar." Shin membalas pertanyaan itu dengan bisik-bisik
"E-eh? Bukannya saat ini anda sedang terluka? Bukankah Anda harusnya berbaring berbaring di kasur untuk 4 hari lagi?" Ella bertanya dengan kaget.
"Shhhsstt, jangan berisik. Aku melakukan ini karena ... Karena ...."
Shin seketika berfikir dalam hatinya.
"Sial ... Jika aku berkata ini tentang sekolah, maka Ella akan menjawabnya dengan sesuatu seperti sekolah itu tidak penting, siaaal. Aku hanya ingin hidup normal." Shin berteriak keras di dalam hatinya.
"Karena, ada hal yang sangat penting saat ini ...." Shin melanjutkan perkataannya sambil melirik ke arah lain.
Namun, entah kenapa Ella terlihat tersentak kaget. Ia baru inga bahwa tuannya itu tidak pernah bisa ditebak, dan rencananya yang sempura tidak akan pernah terpikirkan oleh anggota Silance Sistem.
"Ba-baik," balas Ella yang menatap Shin kagum. Shin pun memasang ekspresi kebingungan.
"Ba-baguslah kalau begitu," respon Shin yang mengerutkan kedua dahinya.
"Nih," Shin mengembalikan ember tadi.
"Kalau begitu aku pergi dulu." Shin mulai berjalan menjauh dari Ella
"Baik, jika anda membutuhkan sesuatu maka anda hanya perlu memanggil kami."
"Pastinya!"
Ella pun kembali berjalan menuju dapur mansion dengan ekspresi bangga pada masternya.
Sesampainya disana ...
"Pedraaa, aku membawa yang baru hari ini nih!" ucap Ella sambil masuk kedalam dapur.
"Ah, kebetulan saat ini aku ingin memasak daging," ucap Pedra yang kemudian menerima baskom dari Ella.
"Ah iya, tadi kau lewat kamarnya master kan? Bagaimana kondisinya?" tanya Lena yang juga sedang ada d dapur membantu Pedra memasak.
"A-ah, soal itu ... Sebenarnya master sudah meninggal mansion." Ella memalingkan mukanya.
"Apa!!" teriak Pedra dan Lena yang kaget.
"Bukannya master masih terluka?" tambah Lena yang masih kaget.
"Ya-yah, master bilang ada sesuatu yang sangat penting yang harus ia lakukan," jawab Ella
"Sigh ... Master ya, aku sama sekali tidak bisa memahami rencananya." Pedra menghela nafas panjang.
"Ya-yah, kita hanya bisa berharap bahwa master tidak terluka lagi karena memaksakan dirinya." Pedra mencoba menenangkan mereka berdua.
"Yaaah, itu benar," respon Lena dan Pedra serentak.
***
Di sisi lain, Shin yang sudah pulang kekosannya dan memaikai seragam, keluar dari ruangan dengan terburu-buru dan berlari menuju sekolah. Karena bangunan sekolah lama nya rusak parah, semua murid di satukan dengan kuliah sebelah, yang dimana katanya murid-murid di sekolah itu adalah murid-murid berkelas. Namun Shin tak peduli.
Shin terus berlari, hingga akhirnya ia sampai di depan gerbang bangunan kuliahan para murid elit itu. Ia masuk namun sama sekali tak menerima sambutan dari murid-murid disana, Shin berjalan menuju kelas yang sudah di umumkan di grup kelas sambil menerima tatapan direndahkan.
Namun, di balik itu semua. Shin merasa bahagia di dalam hatinya.
"Ahhh, ini dia! Ini dia perasaan sebagai karakter Sampingan yang sudah tidak kurasakan belakangan ini!" sorak Shin di dalam hatinya dengan sangat senang.
Namun, disaat-saat perasaan senang itu, tiba-tiba saja ada seseorang yang sengaja menabrakkan tubuhnya ke arah Shin.
Bruk!
Shin yang mencobanya bersikap seperti lelaki normal berpura-pura terjatuh kebelakang.
"Aduuh, kalau jalan lihat-lihat dong," desis Shin kesal sambil kembali berdiri.
"Pffft, lihat si rakyat jelata ini. Kau yang seharusnya minggir dari jalanku!" seru seorang laki-laki dengan sangat arogan. Walau ia memilik wajah tampan, tampaknya ia terlalu percaya diri dengan latar belakangnya.
"Cih," decit Shin memandang rendahnya.
"Haaah? Apa? Apakah kau tadi berdecit? Apakah kau merendahkanku sialan?" Laki-laki itu langsung menarik kerah Shin dengan sangat kesal.
Shin yang saat itu merasa kesal, mulai mengumpulkan energi angin di sekitarnya untuk memukul terbang laki-laki itu, namun tiba-tiba saja ada perempuan yang memisahkan mereka berdua.
"Cukup Rey! Hentikan!" seru seorang perempuan berambut merah muda dengan percaya diri.
"Cih," decit Rey yang langsung mendorong Shin jatuh.
"Baiklah-baiklah, kalau begitu apakah kau sudah membenarkan jawaban atas pernyataanku kemarin?" Rey masih dengan sangat arogan membersihkan kedua tangannya.
"Bukankah sudah aku jawab! Aku tidak menyukai lelaki arogan sepertimu!" bentak perempuan yang terlihat sangat kesal.
"Cih, kuperingatkan sekali lagi, lebih baik kau koreksi jawabanmu itu, Neya. atau kau akan menyesal," balas Rey dengan wajah sangat kesal berjalan meninggalkan mereka berdua. Neya hanya menanggapinya dengan wajah dingin.
Beberapa saat kemudian Neya mengulurkan tangan ke arah Shin.
"Apakah kau baik-baik saja?" tanya nya dengan tersenyum lembut.
Shin Kemudian tersentak.
"Sial, jika aku menerima uluran tangan itu, maka kemungkinan besar dia akan mengantarkanku ke kelas yang aku tuju, dan kemudian orang-orang akan memandangku, yang artinya aku menjadi pusat perhatian. Bukan hanya itu, jika kita terlihat dekat, maka lelaki arogan sepertinya yang sangat menyukai wanita ini akan terus mengganggu kehidupan karakter Sampinganku, AHHH!! SANGAT MENYEBALKAN!"
Shin dengan reflek menampar uluran tangan itu dan bangun sendiri, lalu berjalan meninggalkan Neya yang masih terpaku diam, ia tak paham apa yang sedang terjadi.
>>Bersambung<<
~Higashi