Hadyan sendiri tidak berani menyentuh Tasia. Ia hanya terus menatap dan mengikuti langkah permaisurinya dengan tatapan sangat khawatir. Menjaga langkah kaki goyah wanita itu, jika suatu waktu ia tidak mantap menapak karena lemas.
Begitu Tasia akhirnya duduk di atas ranjang, perlahan para tabib mulai mendekati.
"Jangan buka.." Tasia memperingati dengan semakin mengeratkan penutup kepalanya. Suara seraknya terdengar hampir habis dengan nada bergetar.
"Jangan dibuka!" Perintah Hadyan, menegaskan kembali kepada mereka semua. Mereka langsung mengangguk.
"Maaf, Permaisuri. Apakah Permaisuri bersedia mengijinkanku untuk memeriksa nadi pada pergelangan tangan Permaisuri?" Hormat sang tabib. Tasia menjulurkan tangan kirinya dengan sedikit ragu.
"Terimakasih, Permaisuri." Ucap sang tabib sebelum meraih tangan lemas wanita itu dan memeriksa denyut nadinya dengan jemarinya.