"Hadyan! Maaf.. Aku tidurnya lama sekali ya?" Tasia berusaha menyingkir dari atas tubuh Hadyan, lalu ia terhenti saat mengingat bahwa dirinya sedang terluka karena pinggulnya kembali terasa nyeri.
"Hati-hati! Jangan asal bergerak!" Omel Hadyan dengan menahan pinggang wanita itu.
"I.. iya.. Maaf, aku lupa karna tubuhku sudah tidak terlalu sakit. Apa karna aku banyak tidur ya?"
"Selama kau tidur, aku menyalurkan energiku padamu. Sepertinya kau bisa menyerapnya dengan baik. Kalau begini, lukamu bisa sembuh lebih cepat." Jelas Hadyan sambil membantu Tasia untuk turun dari atas tubuhnya.
"Benarkah? Hah.. baguslah.. Kupikir aku bisa cacat begini seumur hidup."
"Jaga kata-katamu. Aku akan memotong kedua tanganku sendiri, dari pada membiarkanmu menjadi cacat." Balas Hadyan. "Hari ini aku sendiri yang akan merawatmu. Kau mau makan apa?"
"Bubur ikan. Daging ikannya yang banyak." Jawab Tasia sambil membayangkan makanan yang membuat air liurnya siap menetes.