Hadyan mengangguk menanggapi pertanyaan Tasia. Namun dahinya sedikit berkerut melihat ekspresi Tasia yang tidak sesuai bayangannya. Tidak ada raut suka cita sama sekali di wajah wanita itu ketika mendengar berita kematian Argani. Hadyan tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Tasia. Entah apa karena gadis itu sedih atau bingung, Hadyan tidak mengerti. Air wajahnya tidak bisa Hadyan baca saat ini. Tapi ada satu hal yang sangat menganggu dirinya sekarang. Ada sebuah aura aneh yang berasal dari dalam tubuh permaisurinya. Hadyan tidak terlalu menyadari dari tadi, karena terlalu berfokus pada rasa rindunya yang sedang ia obati. Namun kini ia dapat mengendus aura tersebut. Aura yang hanya ia ketahui dari cerita sejarah, jauh sebelum ia terlahir ke dunia. Kekuatan.. Bukan.. Keistimewaan yang bisa menjadi anugrah atau bencana. Terdapat di dalam tubuh sang permaisuri.