Selesai makan, Hadyan memberikan Tasia obat yang terasa sangat pahit hingga gadis itu memberikan ekspresi lucu setelah meneguknya. Hadyan terkekeh geli sembari langsung menyuapi secuput gula pasir ke atas lidah gadis itu.
"Jangan tertawa! Ini sangat pahit, tau!" Omel Tasia.
"Kau seperti anak kecil. Aku kan sudah memberimu gula." Sahut Hadyan masih dengan ekspresi geli.
"Gula secuil itu mana bisa menghilangkan rasa pahit separah ini, Hadyan? Itu sungguhan obat? Bukan racun, kan?" Ia meneguk air putih namun rasa pahit getir di lidahnya tidak kunjung hilang.
"Tabib bilang, obatnya tidak boleh terkena gula terlalu banyak. Apa aku segila itu sampai memberimu racun?" Hadyan tertawa. Ia menatap Tasia sejenak "Ada cara lain untuk menghilangkan rasa pahitnya."
Gadis itu balik menatapnya dengan wajah penuh harap "Bagaimana? Tunjukkan padaku."