Max tak bisa tidur malam itu setelah pembicaraan dan pertemuan singkat antara dirinya dan Edward. Dia sudah berpikir matang matang, menerima keluh kesah dari Pauline sampai dia memutuskan mengambil jalan terbaik menurut dirinya. Dia juga sudah memikirkan masak masak akan rencana yang akan dia jalani ke depan nanti, jika Edward punya pikiran licik lima langkah maka Max mencari langkah ke enam dan selanjutnya.
"Max, boleh aku masuk?" Suara Pauline mengganggu istirahat Max, sebenarnya dia juga tak bisa Istirahat dengan baik sejak Lia tak ada dalam hidupnya. Dia hanya mengikuti alur hidup yang dibuat bak jalan zig zag penuh liku tajam yang dibuat oleh orang tuanya.
Max bangkit dari ranjang, meluruskan punggung. "Masuklah mam." Ujarnya diiringi suara pintu terbuka setelah dia menekan remote approve dari nakas tak jauh dari posisi ia berbaring.