Kami dituntun menaiki tangga pualam seperti dicerita kerajaan-kerajaan yang ada di novel, bangunan ini sangat tinggi sampai-sampai kami semua dapat melihat pemandangan seluruh kota ini.
Para pengawal kerajaan yang lain sudah ada disana dan duduk menunggu kami.
"Yosh, sampai juga akhirnya kita!" pahlawan berjubah ungu, Rui, berkata. Dia adalah pahlawan berusia tujuh belas tahun yang suka berpakaian serba ungu. Rambutnya dipotong pendek, dan berwarna merah, dan auranya...seperti menunjukan kecerdasan yang ada diwajahnya. Tapi menurutku dia melakukan seperti itu supaya orang berpikir bahwa dia keren.
"Huh, jadi anak-anak ini adalah kelima pahlawan pedang?"
Seorang pria yang kelihatan penting tengah duduk disinggasana. Dia membungkukg kedepan saat berbicara. Dia tidak memberi kesan yang bagus untukku. Aku nggak bisa begitu saja membiarkan orang yang merendahkan martabat.
"perkenalkan, namaku Altro Lusiia XXIX, dan aku memerintah negeri ini. para paglawan, tunujan wajah kalian kepadaku!"
Aku hampir berteriak padanya agar berhenti mengoceh, tetapi aku berhasil menahan diriku tepat pada waktunya. Kurasa dia adalah seorang penguasa, dan dia sepertinya seorang raja.
"Nah sekaraang, aku akan memulai dengan sebuah penjelasan. saat ini negeri ini, tidak, dunia ini sedang berada di ambang kehancuran."
Seperti perkenalan yang megah. Orang-orang yang bersamaku berbicara. "Yah, kurasa itu masuk akal, mengingat kalian memanggil kami dari dunia lain."
"Ya, sepertinya."
Aku akan memperjelas dan mempersingkat cerita sang raja:
Ada sebuah kepercayaan tentang ramalan akhir dunia. Akan banyak gelombang muncul, dan mereka akan menerjang negeri ini secara berkala, sampai tidak ada yang tersisa. Kecuali gelombang-gelombang tersebut dipantulkan dan bencana yang mengikutinya dapat dihindari, dunia akan kiamat. Ramalan itu sudah ada sejak lama dari waktu ke waktu terus dibicarakan hingga saat ini, dan saat-saat sekarang inilah yang menentukan.
Juga ada sebuah jam kuno yang besar yang akan menunjukan waktu. Jam yang terbuat dari kayu itu memprediksi kedatangan gelombang-gelombang tersebut, dan telah terjadi sebulan yang lalu. Menurut legenda, gelombang tersebut akan datang dalam waktu sebulan.
Awalnya, penduduk negeri ini mencemooh legenda tersebut. Akan tetapi, saat jam tersebut mulai berdentang yang dimana suaranya dapat didengar diseluruh dunia ini katanya, suatu bencana besar mendatangi negeri ini. Sebuah lubang dari langit akan muncul dan mahluk-mahluk yang menakutkan dan mengerikan akan keluar dari lubang tersebut dalam jumlah yang besar.
pada saat itu, para ksatria dan petualang di negeri ini mampu menghadang mahluk-mahluk mengerikan tersebut, tapi gelombang yang selanjutnya diramalkan akan lebih mengerikan.
Pada tingkat ini, negara akan hancur, karena nggak punya cara untuk menangkal bencana yang akan datang. mengingat situasinya mendekati tanpa harapan, kerajaan memutuskan untuk memanggil para pahlawan dari dunia lain.
Kira-kira seperti itulah ringkasannya.
Oh iya, dan ngomong-ngomong, sepertinya senjata legendaris dapat membuat kami memahami bahasa yang ada di dunia ini.
"Baiklah." kata salah satu rekanku. "Aku paham darimana kau berasal. Tapi apa itu artinya kau memaksa kami untuk membantu kalian dari malapetaka ini."
"Aku setuju. Semua ini terdengar sangat egois bagiku. Kalau duniamu berada di jalur kehancuran, biarkan saja hancur. Dari yang kulihat itu semua tidak ada hubungannya dengan kami."
Aku bisa mengerti dari tawa merendahkan tersebut, dia berniat untuk menyembunyikan bahwa dia secara sembunyi-sembunyi berpikir bahwa ini benar-benar keren.
Yah, selanjutnya adalah giliranku untuk berbicara. "Seperti yang telah mereka katakan, kami nggak punya keharusan untuk membantumu. Kalau kami mendedikasikan waktu dan kehidupan kamiuntuk membawa kedamaian pada kerajaanmu, apa yang akan kami dapatkan selain kata 'terima kasih' dan 'sampai jumpa', toh tidak ada yang bisa kalian lakukan untuk kami bawa pulang."
"Hmmm..." sang raha melirik bawahannya. "tentu saja kami berencana memberi kompensasi kalian untuk upaya kalian."
Para pahlawan, termasuk diriku mengepalkan tangan kegembiraan karena telah berhasil bernegosiasi.
"Tentunya," lanjut sang raja. "Aku telah membuat pengaturan untuk mendukung kalian secara finansial, dan juga menyediakan apapun yang kalian butuhkan, sebagai rasa terima kasih kami untuk nama kalian."
"Jangan pikir kau bisa menyuap kami. Selama kita bukan musuh, aku akan membantumu."
"Setuju."
"Aku juga."
kenapa mereka semua bertindak superior sepanjang waktu? apakah mereka lupa dimana kita berada! apa kau berul-betul mau memusuhi raja? Tetap saja kurasa memang bagus untuk bertindak agak berlebihan diawal daripada beresiko kehilangan segalanya ditengah jalan.
"Baiklah kalau begitu, para Pahlawan. Beritahu kami nama kalian."
"Yosh, perkenalkan, namaku Rui, Rui Costa, usiaku tujuh belas dan seorang pelajar, dan juga senjataku terbuat dari logam terkuat di negeri ini, 'Roshiagorudo' kalian bisa memanggil sebutan pedangku 'Roshi'. Yosh."
Sang pahlawan pedang emas, Rui Costa. Dia adalah seorang pria muda yang atraktif. Wajahnya bisa dibilang cukup tampan, dan tidak terlalu tinggi, mungkin kira-kira 155cm. Matanya tajam dan kulitnya putih, sepertinya ia terlihat cukup tangguh menggunakan pedang emasnya
"Baiklah, aku selanjutnya. Namaku Luthfi Cahya. Usia ku tujuh belas tahun, pedangku terbuat dari permata gunung. Kalian bisa memanggil pedangku 'akaiyama'."
Sang pemilik pedang gunung, Luthfi Cahya. Dia seperti seorang yang baik dan kalem. Wajahnya sama menariknya seperti Rui, dan dia memiliki postur badan yang tinggi.
"Ok giliranku. Aku Rin Fathi. delapan belas tahun. Pedangku adalah pedang emas yang terbuat dari jiwa phoenix, kau bisa menyebut pedang ku 'Gorudendenikkusu" atau bisa kalian panggil 'Fenikkusu'.
Sang pahlawan pedang emas, dia tampak seperti orang yang kutubuku, gaya rambutnya agak berelombang dan postur tubuhnya lebih pendek dibandingkan Rui, dan dari tampangnya kulihat dia agak sombong.
"Namaku Sarui. Usiaku dua puluh lima tahun dan aku memiliki pedang auman yang disebut dalam legenda bernama 'Okami'"
Bisa dibilang ciri-ciri Sarui lebih mirip seperni Rin, yaaah..aku sudah males mendeskripsikan mereka semua karena sekarang giliran diriku.
"Namaku Rama, usiaku tujuh belas tahun, dan aku memiliki pedang hitam yang bernama..."
"Tunggu dulu, apa kekuatan dari pedang tersebut."
'Aduh si raja segala nanya lagi', umpatku dalam hati. " Yaa, untuk saat ini aku belum mengetahui kekuatan pedang ini karena si tua itu menjelaskan bahwa ada kesalahan sehingga memanggil pahlawan baru..."
"Cih, banyak alasan saja, bilang saja kau takut untuk menghadapi gelombang."
"Enak saja!"
"Sudah Cukup!, kita disini untuk membahas strategi untuk menghadapi gelombag selanjutnya."
"Maaf tapi, bagaimana cara kami mengevaluasi diri kami sendiri untuk mengetahui kekuatan kami?"
"Apakah kalian tidak menyadari ikon aneh yang mengambang di bidang pandang kalian?"
"Huh?"
Tapi karena dia menyebutkannya....kalau kau memperhatikannya dan berfokus pada sudut bidang pandangmu, ada tanda kecil disana. Aku bisa melihatnya juga.
"Fokuskan pikiran kalian pada ikon itu."
Aku melakukannya, dan mendengar suara pelan sama seperti duduk didepan komputer ternyata.
Rama Kelas : Pahlawan Pedang Hitam Level1 Equipment: Pedang Hitam Peri (Senjata Legendaris) Skill:TidakAda Sihir: Tidak Ada
yang tercantum saat ini cukup sedikit, tapi aku memutuskan untuk mengabaikannya untuk saat ini. Jadi ini yang dimaksud oleh sang raja dengan status? Tunggu sebentar. Apa-apaan ini? semuanya terasa seperti berada didalam game.
"Apa-apaan ini, kita semua masih level 1...itu membuatku gugup."
"Pada Tingkat ini, siapa yang tau kita akan bisa bertarung."
"Apa maksudnya semua ini?"
"Apakah hal ini tidak ada di diunia kalian, para pahlawan? ini namanya 'Status Magic'. Semua orang didunia ini bisa mengobservasinya."
"Sungguh?"
Aku terkesan bahwa mereka menganggap angka numerik dari tubuh ini adalah hal yang normal.
"Dan ada yang harus kami lakukan Angka-angka ini tampak sangat rendah."
"Yah, kalian harus melakukan perjalanan untuk memoles kemampuan kalian dan memperkuat senjata legendaris kalian masing-masing."
"memperkuatnya? maksudmu barang-barang ini tidak kuat secara langsung?"
"Itu benar. Para pahlawan yang dipangil harus meningkatkan sendiri senjata legendaris mereka. Itulah caranya mereka menjadi kuat."
Rui memutar-mutar pedangnya dan berpikir. "Kenapa kita nggak pakai senjata lain saja yang sudah kuat?"
"Tidak, itu tidak bisa, karena senjata legendaris akan bertentangan dengan senjata biasa dan pedang tersebut akan hancur seketika. Dan juga kalian tidak bisa meningkatkan level kalian secara bersamaan karena kelima pedang tersebut sangat bertentangan kekuatan antara yang satu dengan yang lainnya."
"Kenapa begitu?"
"Menurut legenda," dia mulai, "Senjata-Senjata Legendaris yang kalian miliki akan saling mengganggu satu sama lain jika kalian berkelompok. Baik senjata kalian serta kalian sendiri hanya bisa berkembang ketika kalian terpisah satu sama lain."
"Aku nggak betul-betul paham semua itu, tapi kalau kami terus bersama, kami nggak bisa naik level kan?"
Huh? Semua orang mendapatkan instruksi di dekat senjata mereka. Kami mulai membacanya bersamaan.
Peringatan: Senjata-Senjata Legendaris dan pemilik mereka akan mengalami efek yang merugikan jika mereka bertarung bersama.
Perhatian: disarankan bahwa para Pahlawan dan senjatanya digunakan secara individual.
"Kurasa itu memang benar..."
"Jadi intinya kalian harus mencari anggota kalian tersendiri dan kami akan mengumumkannya menggunakan lonceng kerajaan bahwa sang pahlawan telah kembali dan ingin mencari petualang untuk menjadi partnernya, dan juga kami akan menyiapkan kalian perbekalan supaya kaian akan aman saat berpetualang nanti. Dan untuk saat ini, kalian akan kuberikan kamar untuk menginap malam ini dan semoga kalian besok dapat berpetualang dengan gembira."
"Terima kasih."
"Makasih banyak."
Kami semua berterima kasih pada raja dan pergi menuju kamar kami.