Setelah memesan makanan dan kembali duduk di kursi kosong tadi, Carolina menyantap gado-gado yang dia pesan dengan lahap. Sudah dua minggu sejak terakhir dia makan gado-gado yang sesuai dengan seleranya, dia beberapa kali memesan gado-gado secara online, tapi gado-gado milik ibu kantin tetap yang terbaik, selain gado-gado buatan mamanya.
Carolina baru saja akan memasukkan kerupuk yang telah dicelupkan bumbu kacang ke dalam mulutnya, namun tiba-tiba beberapa orang mulai duduk disampingnya, Carolina melirik mereka sekilas sebelum akhirnya memutuskan untuk tidak peduli.
Hal biasa bagi seseorang untuk berbagi meja di kantin, apalagi saat kantin lagi ramai karena jam makan siang, tapi biasanya yang tidak mendapatkan kursi telah mengenal orang yang mendapatkan kursi terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk bergabung.
Sangat jarang bagi yang tidak mendapatkan kursi untuk langsung duduk di meja orang yang tidak dikenalnya, kecuali orang itu benar-benar pandai bergaul dan tidak canggung untuk bertemu dengan orang baru.
Walau hanya melihat sekilas, Carolina tahu bahwa dia tidak mengenal mereka, tapi dia sama sekali tidak keberatan berbagi meja dengan mereka, karena ada kemungkinan mereka mengenalnya, dia hanya mengenal teman seangkatannya, sih, karena dia tipe mahasiswa kupu-kupu.
"Lo yang magang di NamTech, ya?" tiba-tiba wanita yang duduk disampingnya bertanya.
Tidak… Jangan bilang...
"Ah, iya," meski firasatnya udah tidak enak, Carolina tetap menjawab mereka.
"Lo bener-bener lihat Ethan?" tanya salah satunya lagi.
Tuhkan! Si apel merah lagi!
Carolina diam saja dan terus memakan gado-gadonya, dia bahkan sengaja memperlambat gerakan mengunyahnya.
"Iya," jawab Carolina setelah menelan makanannya, tapi belum sempat para wanita itu bertanya lagi, Carolina sudah memasukkan makanannya kembali di dalam mulutnya.
"Kami minta tolong, dong," ucap salah satunya lagi.
Sambil mengunyah, Carolina melihat kembali lima orang yang duduk di meja dan tiga orang yang berdiri di dekatnya. Carolina sedikit mengernyit, wajah mereka terlihat tua dan tidak polos seperti wajah kelima wanita sebelumnya, jadi Carolina mengambil kesimpulan bahwa mereka sudah di tahun ketiga atau keempat mereka.
Tapi fakultas teknik biasanya hanya memiliki sedikit wanita jika sudah berada di semester akhir, contohnya saja angkatan mereka di program studi Teknik Informatika, wanita yang tersisa tinggal 5 orang, di prodi yang lain juga rata-rata berjumlah sama, gak ada yang sampai 8 orang.
Tapi pandangan Carolina tertuju pada gelang karet berwarna kuning yang dikenakan oleh 3 orang diantara mereka, itukan gelang fakultas ekonomi!
Jangan bilang mereka mahasiswa dari fakultas ekonomi!
Apa mereka sampai mencarinya di gedung dan kantin fakultas teknik untuk menanyakan soal apel merah?!
"Minta tolong apa? Oh ya, anak fekon gak punya kantin ya sampe main ke kantin fatek?" tanya Carolina. Ketika tahu mereka bukan satu fakultas dengannya, dia tidak perlu repot-repot untuk bersikap "baik", kan? Toh kalau mereka mengatakan dirinya gak baik, pasti anak-anak fatek gak akan percaya karena mereka dari kalangan "luar".
"Maksud lo?" tiba-tiba salah satu wanita yang berdiri, merasa tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Carolina.
Temannya yang duduk berhadapan dengan Carolina yang dari tadi diam saja, menatap wanita itu seakan memberi isyarat untuk bersikap baik dan tidak mencari keributan, dia kemudian menatap Carolina dan berkata,
"Umm… nanti di lembar pengesahan perusahaan lo bakal nulis nama Ethan, kan? Sebagai pemimpin perusahaan?"
Ketika magang, lembar pengesahan adalah salah satu bagian yang penting yang harus ada pada laporan magang. Fungsinya untuk mengesahkan kalau anak magang itu sudah melakukan kerja magang dari awal sampai akhir disertai dengan adanya bukti laporan.
Di lembar tersebut, memang harus ada tandatangan dari manajer atau pemimpin perusahaan, dan akhirnya harus di cap dengan cap perusahaan.
Tapi Carolina belum memutuskan apakah dia harus membuat formatnya untuk manajer atau pemimpin perusahaan, hal tersebut akan dia pikirkan nanti, karena laporannya saja belum ada. Carolina menjelaskan hal tersebut kepada mereka.
"Formatnya dibuat pake nama pemimpin perusahaan, dong!" ucap salah satunya lagi, sedikit memohon.
Carolina hanya menatap mereka dan memakan kembali makanannya.
Siapa lo ngatur-ngatur format laporan gue?
"Ehem," wanita tadi yang duduk berhadapan dengan Carolina batuk sebentar, sebelum melanjutkan, "Kalau kamu mau menulis nama Ethan, kami bisa minta tolong untuk minta tanda tangannya, nggak? Sekalian nulis nama kami, ini list nama-nama kami," ucapnya kemudian mengeluarkan sebuah kertas yang berisi list nama-nama mereka.
Melihat hal tersebut, Carolina akhirnya sadar bahwa mereka meminta tolong untuk mendapatkan tanda tangan khusus. Si apel merah harus mungkin harus menuliskan dear ditambah nama mereka, dan akhirnya memberikan tanda tangan, mungkin sekalian dengan tanggal hari dia menandatangani kertas itu.
"Maaf ya, aku gak bisa," jawab Carolina menolak dengan nada halus, berharap mereka mengerti dan tidak mengganggunya lagi.
"Pelit banget sih! Kita minta tolong baik-baik, juga!" salah satu dari mereka tiba-tiba merasa kesal karena Carolina menolak mereka. Tapi Carolina hanya diam saja dan terus memakan gado-gadonya, dia bahkan sengaja mengambil kerupuk dengan tangannya, mencelupkannya ke bumbu kacang, dan memakannya.
Wanita yang duduk berhadapan dengan Carolina hanya tersenyum mengerti, sebelum berdiri dari tempat duduknya, dia berkata, "Ini kertas list nama-nama kami ya, kali aja kamu berubah pikiran dan bisa bantu kami. Kami fans banget sama Ethan soalnya, yuk teman-teman kita balik,"
Carolina hanya diam saja dan terus memakan gado-gadonya, tidak menatap mereka yang pergi apalagi kertas yang mereka tinggalkan di atas meja.
"Mereka siapa? Kamu gak apa-apa?" baru saja Carolina akan kembali menikmati gado-gadonya, Andrew yang melihat para wanita itu sudah pergi, duduk di kursi yang berhadapan dengannya.
"Gak tau, numpang duduk aja tadi," jawab Carolina asal dan mempercepat kecepatannya untuk mengunyah makanan di mulutnya.
Andrew hanya diam saja, ada sesuatu yang berbeda dari Carolina, apakah dia marah padanya?
"Aku duluan, ya," ucap Carolina setelah menghabiskan gado-gadonya.
"Kamu mau balik indekos? Ayo, aku anterin," tawar Andrew
Carolina melirik cuaca di luar yang terlihat panas, "Yaudah, yuk," jawabnya akhirnya.
Meski saat ini dia tidak begitu menyukai Andrew, daripada dia harus naik ojek dan mengeluarkan uang, mending sekalian dia diantar sama Andrew. Lagipula, Andrew sendiri kok yang menawarkan, bukan dia yang meminta untuk diantarkan!
"Kayaknya cuma perasaan gue aja," pikir Andrew yang mengira ada sesuatu yang salah dengan Carolina,
"Ayo, motor aku di parkir di situ," ucap Andrew sambil tersenyum.
***
"Aku balik dulu, ya," ucap Andrew ketika Carolina telah turun dari motornya.
"Iya, hati-hati," jawab Carolina kemudian langsung masuk ke dalam.
"Eh, Ra, udah lama?" tanya Carolina yang terkejut ketika melihat Clara dan satu orang wanita telah menunggunya di depan kamarnya.
"Ah, gak kok," jawab Clara yang memang belum lama menunggu Carolina.
"Tumben kamu kemari, kenapa gak chat dulu?" tanya Carolina basa basi sambil mencari kunci kamarnya.
"Udah chat kok, tapi kata Riko lo lagi dikerumuni oleh anak-anak fekon," ucap Clara yang sebelumnya telah menanyakan ke Riko apa dia melihat Carolina di kampus, Riko hanya membalasnya dengan foto Carolina di kantin yang dikerumuni oleh para wanita lain.
"Ah iya, aku belum pegang handphone. Ayo masuk," ucap Carolina setelah membuka pintu kamarnya.
"Kami cuma gak lama kok, di sini aja," tolak Clara.
"Oh oke, terus kamu kenapa kemari? Ah! Bajumu ya? Masih di tempat laundry, Ra. Aku belum mengambilnya," ucap Carolina yang hanya bisa memikirkan alasan tersebut yang membuat Clara datang mengunjunginya.
Mungkinkah dia butuh untuk memakai baju yang dia pinjamkan di club hotel sewaktu mereka ke Bali?
"Bukan! Itu bajunya gak lo balikan juga gak apa-apa. Jadi gini..." ucap Clara lagi yang sengaja menggantungkan kata-katanya karena bingung harus berkata apa.
"Wah, bener, Ra. Mirip!" tiba-tiba wanita yang datang bersama Clara itu berkata, dia melihat layar handphone miliknya dan kemudian melihat wajah Carolina.
"Yee, jadi lo kira lo bohongin gue, ya?" tanya Clara. Wanita itu hanya nyengir.
"Ada apa?" tanya Carolina yang kebingungan.
"Ah ini, sebenarnya gue kesini gara-gara foto ini," ucap Clara akhirnya kemudian menunjukkan layar handphone milik wanita itu.
Carolina melihat foto itu, itu adalah foto si apel merah dengan mahasiswa yang memakai jas almamater Universitas Cerdas yang Carolina lihat tadi sewaktu lima wanita semester tiga menghadangnya, tapi sepertinya foto itu sedikit berbeda dari foto yang dia lihat tadi.
Tunggu dulu…
Kenapa di foto ini wajah gue kelihatan dengan jelas?!
Bukankah seharusnya wajah gue di blur, ya?!