Chereads / Genius Wife & Superstar Husband / Chapter 71 - Dihampiri Lagi

Chapter 71 - Dihampiri Lagi

"Halo kak Riko, un.. kak Carol," ketika yang lainnya sedang sibuk memakan makan siang mereka, tiba-tiba seorang wanita yang memegang makanannya menyapa mereka.

"Hallo," jawab Riko sambil tersenyum. Sementara Carolina hanya mengangguk saja ketika melihat wanita itu.

Carolina mengingat wanita itu, dia adalah salah satu adik tingkatnya yang mencegahnya untuk bertanya soal Ethan ketika Carolina sedang melakukan registrasi.

"Kita-kita gak di sapa nih?" tanya Dion sambil tersenyum jahil, membuat wanita itu sedikit salah tingkah.

"Oh ya kak Carol, katanya kakak peraih IPK tertinggi dari semester satu ya? Aku boleh minta wa nya nggak? Kali aja bisa nanya-nanya," ucap wanita itu lagi kemudian mengambil handphone miliknya.

"Taruh dulu aja sini makanannya, nanti jatuh lho," ucap Dion lagi yang melihat wanita itu sedikit kesulitan.

"Ah, makasih kak, permisi ya kakak-kakak sekalian," ucapnya lagi lalu menaruh piring makanannya.

"Gimana kak Carol? Aku bisa minta wa nya nggak?" tanya wanita itu lagi.

Carolina yang tahu bahwa wanita itu bermaksud ingin dekat agar bisa minta bantuannya yang waktu itu, bertanya, "Memangnya kamu mau nanya apa? Kalo kamu mau nanya soal koding, mending ke Andrew atau Dion," ucap Carolina yang enggan untuk memberikan nomor teleponnya.

"Iya bener, mending lo nanya ke Andrew atau Dion, kalo si Riko mah gak tau apa-apa dia mah, jadi gak usah," sambung Clara tiba-tiba.

"Yee, meski gitu gue juga ada gunanya tahu!" ucap Riko yang tidak terima dijelekkan oleh Clara.

"Emang apa kegunaan lo?" tantang Clara.

"Sudah lupakan saja kakak-kakak ini yang lagi berantem, mana sini wa kamu nanti nanya ke kakak aja," ucap Dion sambil mengedipkan matanya.

"Ah itu… aku lebih nyaman nanya ke perempuan aja, maaf ya kak," tolak wanita itu dengan halus kemudian kembali menatap Carolina.

Wanita itu berencana untuk mendapatkan wa Carolina dengan tujuan ingin menjadi dekat dengannya dan nanti dia bisa kembali meminta tanda tangan Ethan lewat wanita itu, karena dia masih merasa Ethan adalah ceo NamTech dan apa yang terjadi adalah sebuah konspirasi.

Dia sudah berusaha untuk mencari sosmed milik Carolina, tapi dia tidak menemukan apa-apa, dia juga sudah mencari tahu nomor wanita tersebut, tapi tidak ada yang mau memberikannya, termasuk Riko yang mengatakan untuk memintanya secara langsung saja.

Jadi harapan satu-satunya baginya yaitu meminta nomor Carolina secara langsung.

"Yaudah sini, lo nanya ke gue aja, nih nomor gue," ucap Vera tiba-tiba.

Wanita itu memandang Vera dengan tatapan bingung.

"Vera juga pintar kok, nilai-nilainya bagus, mungkin lo lebih baik nanya ke Vera aja daripada Carol," Andrew yang sejak tadi diam saja menambahkan, dia bisa melihat bahwa Carolina sepertinya enggan untuk memberikan nomornya, jadi dia ingin membantu Carolina.

Vera yang mendengar bahwa Andrew seperti membelanya, merasa senang.

"Nanti kalo mau nanya-nanya chat aja, ya!" ucap Vera setelah memberikan nomor handphone miliknya.

"Baik kak, permisi ya," ucap wanita itu yang memilih untuk mundur sementara dan mengambil kembali makanannya sebelum akhirnya pergi.

Sementara Carolina hanya bisa bernafas lega, padahal kabar tentang Ethan telah lama berlalu, tapi masih saja ada yang menghampirinya.

Tak lama kemudian, mereka semua telah selesai menghabiskan makanannya masing-masing, merasa dirinya gerah, Carolina berdiri dari tempat duduknya.

"Aku duluan, ya, teman-teman," ucapnya.

"Mau balik? Yuk gue anterin," tawar Andrew yang dari tadi sudah menunggu Carolina untuk berdiri. Kelas mereka nanti dimulai jam 3 sore, dan biasanya Carolina sering memutuskan untuk balik ke indekos sebelum akhirnya datang lagi saat kelas akan dimulai.

"Ah gak kok, aku mau ke perpus," ucap Carolina yang lagi pengen ngadem sambil mencari bacaan di perpustakaan.

"Oh gue juga mau ke sana, yuk bareng" tawar Dion tiba-tiba, Carolina hanya mengangguk ketika mendengar hal itu.

Andrew yang sebenarnya ingin ikut, tiba-tiba menjadi canggung karena Dion yang lebih dulu mencuri start, dia akhirnya cuma diam saja dan melihat Dion dan Carolina yang telah pergi.

"Lo mau ngapain emang di perpus?" tanya Dion ketika lagi jalan bersama bareng Carolina.

"Cuma pengen nyari bacaan aja sih,"

"Sambil ngadem?" tanya Dion sambil tertawa geli.

"Ketawa! Kamu juga palingan mau ngadem kan di perpus?" tanya Carolina yang tidak terima ditertawakan oleh Dion.

"Iya dong! Gue juga mau sekalian revisi ini, ntar lo bantuin gue, ya!" ucap Dion yang menunjukkan ransel yang tampak berat untuk menandakan dia sedang membawa laptop.

"Dasar!" ucap Carolina. Sebenarnya dibandingkan teman-temannya yang lain, Carolina lebih lepas dan tidak terlalu menjaga imagenya di depan Dion. Entah kenapa Dion bisa membuatnya merasa lebih lepas, tapi tetap saja dia tidak akan berkata kasar atau marah-marah di hadapan pria itu seperti yang dia lakukan pada si bodoh apel merah.

"Lo yang namanya Carolina, bukan? Anak teknik semester 7?" Carolina dan Dion yang sedang berjalan menuju ke arah perpustakaan, tiba-tiba dihadang oleh dua orang wanita yang memakai pakaian putih.

Dilihat dari pakaian mereka, keduanya bisa langsung tahu bahwa kedua orang itu adalah anak keperawatan.

"Iya, ada apa ya?" tanya Carolina yang bingung. Saat ini mereka berdua masih di wilayah gedung fakultas teknik, jadi bisa diambil kesimpulan bahwa anak keperawatan itu sengaja mencarinya.

"Lo gangguin pacar orang ya? Hayoo, ini ceweknya mau labrak lo," ucap Dion sambil tersenyum geli.

"Yee, nggak lah, udah kamu diem aja, dasar!" ucap Carolina lagi yang tidak terima dengan kata-kata Dion, meski dia sebenarnya tahu kalau pria itu hanya bercanda.

"Ah, begini, lo magang di NamTech, kan?" tanya salah satu dari wanita itu.

Ketika mendengar hal itu, firasat Carolina langsung tidak enak.

"Iya,"

"Jadi gini.. tiga minggu lagi kan fakultas ilmu keperawatan akan dies natalis, kami berencana ingin mengundang Ethan," ucap mahasiswa yang bertanya tadi.

"Kami tahu kok kalau Ethan sebenarnya CEO NamTech saat ini, kami juga tahu bahwa kamu sering ketemu sama Ethan," ucap temannya yang lain.

"Apa… Dari mana mereka mengetahuinya?" pikir Carolina ketika mendengar kata-kata mereka. Hal ini lebih parah dibandingkan foto yang pernah beredar sebelumnya.

Carolina hanya bisa menebak bahwa mereka berdua mendapatkan informasi dari orang dalam, tapi siapa? Apakah salah satu anggota tim Andi yang memberitahukannya pada mereka?

"Ah, kamu bisa tenang aja, kami tidak akan menyebarkannya," lanjut mereka lagi.

Melihat Carolina yang hanya diam saja, mereka menambahkan.

"Jadi kami ingin minta tolong ke lo, untuk memberitahukan Ethan soal ini, jika kami langsung menghubungi manajernya, pasti bayarannya lebih mahal, kalo ke lo kan mungkin bisa dapat diskon dikit, kami memiliki budgetnya, kok! Memang rencananya dies natalis kali ini akan kami lakukan secara besar-besaran! Daripada mengundang beberapa artis tanah air, mending kami mengundang Ethan saja, banyak juga dari kami yang ngefans sama dia."

"Ah begitu, aku gak tahu sih info yang kalian dapatkan itu dari mana, tapi itu gak benar, kok," ucap Carolina yang berusaha untuk mengelak.

"Iya, kami ngerti, bisa minta nomor wa kamu gak? Nanti kamu bisa kontak kami jika itu terjadi. Kami juga bakal kasi kamu bayaran kok kalo Ethan berhasil kami undang," ucap wanita satunya yang memang terlebih lebih kalem daripada wanita yang satunya.

Mata Carolina terbuka ketika mendengar dia akan mendapatkan bayaran,

"Yah.. tidak ada salahnya juga sih menanyakan ke apel merah bodoh itu apakah dia bisa datang, lagi pula kalo tiga minggu lagi gue udah gak magang lagi di NamTech, jadi bodo amat deh si bodoh itu bakal viral lagi atau kagak, gue paksa aja dia nanti sebelum gue kelar magang," pikir Carolina yang mulai memikirkan sebuah ide lagi.

"Yaudah, aku usahain ya, tapi gak janji," ucap Carolina kemudian membagikan nomor handphone miliknya.

"Oke, yaudah kami permisi dulu," ucap wanita yang kelihatan lebih kalem tadi.

Carolina mengangguk kemudian kembali berjalan bersama Dion menuju perpustakaannya.

Tapi dia sedikit was was, hari ini dia kembali dihampiri sebanyak dua kali hanya untuk menanyakan soal Ethan.

Padahal dia hanya ingin menghabiskan kehidupan kampusnya dengan tenang.

***

"Carol, mau pulang kan? Yuk bareng!" Andrew yang tadi merasa dicuri startnya oleh Dion, kini menawarkan lebih dulu untuk pulang bareng Carolina setelah kelas sore mereka telah berakhir.

"Ah.. itu… maaf ya Ndrew, aku udah dijemput," ucap Carolina dengan tatapan minta maaf, tadi dia mendapatkan pesan dari Andi bahwa pria itu telah sampai di depan kampusnya.

"Ohh.. siapa nih yang jemput? Pacar lo? Wah akhirnya Carol punya cowok juga, aww, banyak yang akan patah hati nih," ucap Riko yang berada di situ, sengaja berkata seperti itu untuk menggoda Andrew.

"Hehehe, bukan kok, yaudah aku duluan, ya!" ucap Carolina yang tidak enak untuk membuat Andi menunggu terlalu lama.

"Gue juga ikut dong, pengen lihat cowok seperti apa yang jemput lo! Tenang saja, gue bisa menilai cowok dengan hanya sekali lihat kok! Yuk bro, lo ikut juga!" ucap Riko yang tanpa tahu malu ingin ikut melihat siapa cowok itu.

Andrew yang sebenarnya juga penasaran tapi malu untuk ikut, hanya bisa menatap Riko dengan tatapan berterima kasih, sementara Riko hanya mengangguk saja ketika ditatap oleh Andrew.