Chapter 13 - Alasan

"Makasih," ucap Carolina kepada pelayan yang membawa makanan mereka sebelum pelayan itu pergi. Dia kemudian mulai mencomot kentang goreng yang dia pesan.

"Tadi kamu mau bilang apa, ndrew?" tanya Carolina ketika mengingat bahwa Andrew tadi ingin mengatakan sesuatu.

Andrew terdiam sebentar, mengaduk-aduk minuman yang dia pesan.

"Sekarang atau tidak sama sekali," pikir Andrew.

"Itu… Sebenarnya… setiap kali aku lihat kamu, kamu menginspirasi aku untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik. Kamu dan aku selama 3 tahun terakhir ini selalu ke mana-mana bareng, dan ngobrol banyak hal," Andrew terdiam sejenak, berusaha melihat ekspresi wajah Carolina. Tapi Carolina masih memandang ke arah laut.

"Duh, dari samping aja kamu cantik banget," pikir Andrew yang benar-benar sudah jatuh hati.

"Dan hmm, semakin banyak waktu yang aku habiskan bersama kamu, semakin spesial waktu itu terasa bagiku."

"Maksudku… hmm… aku menyukaimu, bukan hanya sebagai seorang teman saja, tapi aku menyukaimu sebagai wanita."

"Maukah kamu menjadi pacarku?" tanya Andrew sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal, dan tersenyum malu, wajahnya sedikit memerah tapi tersamarkan akan cahaya matahari yang sebentar lagi tenggelam.

Carolina menatap Andrew yang masih menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya. Dia bisa melihat ketulusan Andrew di sana, tapi… ini sama sekali bukan waktu baginya untuk terlibat dalam hubungan yang romantis.

Dia harus mencari dan menemukan papanya!

Awalnya dia mengira bahwa papanya yang menghilang 11 tahun yang lalu sudah meninggal atau memang sengaja meninggalkan mama dan adiknya demi wanita lain. Papanya menghilang sejak dia berumur 6 tahun, dan samar-samar ingatannya tentang papanya mulai memudar.

Tapi suatu hari, ketika dia pulang kuliah di hari pertamanya, dia mendapatkan sebuah pesan aneh di handphonenya.

[hro eygrr, wplnsee shjes mnyyv kr artvrxwttny gprqgw, aacg flntme aaqgqf, brxlltv neeiygl. aacg wlyntk vaza]

Awalnya Carolina mengabaikan pesan itu, toh nomor pengirimnya juga tidak ada. Tapi ketika dia hendak memasukkan sandi di laptopnya. Dia tiba-tiba mengingat sesuatu.

Sandi!

Tiga bulan sebelum papanya menghilang, papanya pernah mengajarkan cara membuat pesan yang membutuhkan sandi khusus agar bisa membacanya!

Carolina bahkan mengingat bagaimana papanya dan dia bermain seolah-olah mereka adalah mata-mata dan mamanya adalah penjahatnya yang tidak boleh membaca pesan itu.

Dia kemudian mencari di internet hal serupa dan mengetahui bahwa itu dinamakan enkripsi.

Setelah mempelajari teori dasarnya, dia mencoba untuk memecahkan pesan itu.

Pertama dia mencoba untuk menerapkan teknik menggeserkan setiap huruf sesuai angka. Dia kemudian memulainya dari tanggal lahirnya, tapi pesan itu masih belum terbaca. Selanjutnya dia mencoba bulan lahirnya, tapi hasilnya masih sama. Begitu pun dengan digit terakhir tahun kelahirannya.

Dia kemudian mencoba semua angka yang berarti bagi keluarga mereka. Mulai dari ulang tahun, papanya, mamanya, adiknya, pernikahan papa dan mamanya. Tapi pesannya masih tidak jelas.

Carolina kemudian mencoba menerapkan teknik lain yang bisa menggunakan huruf sebagai sandi khususnya. Dia mencoba menggunakan namanya, adiknya, papanya, mamanya, dan semua kata yang bisa dia pikirkan untuk menjadi sandi khususnya. Tapi hasilnya masih sama, pesannya masih tidak jelas.

Dalam keadaan yang hampir menyerah karena sudah mencobanya selama 10 jam tapi masih tidak ada hasil. Carolina beristirahat sejenak di atas tempat tidur, berusaha mengingat kenangan dirinya bersama dengan papanya.

"Papa, papa, kok papa kadang manggil Lina itu Angel? Nama Lina kan Carolina, bukan Angel," tanya Carolina kecil kepada papanya yang asik di depan komputer.

Carolina kecil saat itu yang masih berusia hampir 6 tahun tapi dia sudah mengerti bahwa nama lengkapnya adalah Carolina Akai. Dia hanya penasaran kenapa papanya sering memanggilnya dengan nama Angel padahal itu bukan namanya.

"Angel itu dalam bahasa inggris artinya malaikat, sayang. Kamu malaikat yang dikirimkan Tuhan ke Papa dan Mama," ucap papanya yang kemudian mengangkatnya dan mendudukan Carolina kecil ke pangkuannya.

"Tapi kata mama malaikat itu adanya di sana dan ada juga yang jagain Lina," ucap Carolina kecil menunjuk ke atas.

Papanya tersenyum melihat tingkah lucu Carolina kecil..

"Hmm, kalau begitu Lina adalah malaikat yang jatuh dari sana untuk jagain papa," ucap papanya.

"Oke! Lina akan menjadi malaikat papa, mama dan Chandra!" ucap Carolina kecil sambil tersenyum.

"Udah papa lepas, Lina mau main sama Chandra dulu," ucap Carolina berusaha melepaskan diri dari pangkuan papanya.

"Cium papa dulu," ucap papanya kemudian menyodorkan pipi kirinya yang langsung dicium oleh Carolina.

"Sebelahnya lagi," ucap papanya yang kali ini menyodorkan pipi kanannya.

"Muah," cium Carolina kecil yang kemudian langsung lari mencari adiknya.

Carolina melontarkan hampa, "Hahaha, bisa-bisanya aku melupakan hal itu," ucapnya kemudian menghapus air matanya yang ternyata keluar.

Benar-benar kenangan yang indah!

Dia kemudian bangkit berdiri dan mencoba sandi Angel. Nama khusus yang diberikan oleh papanya. Setelah beberapa menit, pesan itu mulai jelas.

[Hei Angel, selamat sudah masuk ke Universitas Cerdas, papa bangga padamu. Berhati hatilah. Papa sayang kamu]

Air mata Carolina mengalir ketika membaca pesan itu.

Itu benar-benar pesan dari papanya!

Papanya masih hidup!

Tapi dia sedikit mengernyit ketika membaca kata untuk berhati-hati. Apakah papanya dalam bahaya? Sehingga papanya mengirimkan pesan yang terenkripsi kepadanya dan menyuruhnya untuk berhati-hati?

Sejak hari itu, Carolina memutuskan untuk mencari papanya. Dia kemudian mulai mempelajari mengenai sistem keamanan dan cara meretas. Dengan harapan agar dia bisa menghubungi atau dihubungi oleh papanya.

Sampai akhirnya ada sebuah perusahaan yang mengeluarkan sebuah tantangan untuk memberikan uang jika berhasil meretas sistem keamanan perusahaan mereka. Carolina kemudian berhasil meretasnya dan dikarenakan dia akan dibayar, dia memberitahukan metode canggih untuk meningkatkan keamanan mereka.

Uang yang dia terima dari pekerjaan itu lebih besar daripada dugaannya, sehingga dia memutuskan untuk melakukan pekerjaan serupa sebagai sampingan, hitung-hitung menambah uang jajannya.

Setelah itu dia hanya mengambil pekerjaan dengan bayaran yang paling mahal, satu pekerjaan dengan bayaran mahal lebih baik daripada melakukan beberapa pekerjaan dengan bayaran yang sama.

Carolina akhirnya menyadari bahwa dia membutuhkan sebuah nama untuk melakukan pekerjaan sampingannya, dia memutuskan untuk menggunakan FA. Singkatan dari Fallen Angel, malaikat jatuh.

Dia hanya bisa berharap bahwa papanya akan menyadari bahwa itu adalah dirinya. Dengan menggunakan sebuah singkatan, dia sudah berhati-hati, seperti pesan dari papanya.

Tapi tiga tahun sudah berlalu sejak pesan yang diterimanya, tapi papanya sama sekali belum menghubunginya dan dia sama sekali belum bisa melacaknya.

Dia bahkan sampai membuat Yui, agar bisa membantunya melacak papanya ketika dia sedang berada di kampus. Walau alasan utamanya membuat Yui karena awalnya hanya dari menonton anime.

Andrew memang adalah pria yang baik, dan kalau dia tidak tahu papanya masih hidup, mungkin dia akan segera menerima pria itu untuk menjadi pacarnya.

Tapi...saat ini, bukan waktu yang tepat baginya untuk terjebak dalam sebuah hubungan asmara.

Dia harus menemukan papanya!

"Ndrew…" ucap Carolina pelan dan menatap Andrew dengan tatapan bersalah.

Andrew baru pertama kali melihat wajah Carolina yang seperti itu. Wajahnya terlihat seperti dia kesulitan untuk mengatakan sesuatu.

Andrew menghembuskan nafasnya. Ini memang bukan hasil yang dia harapkan, tapi setidaknya dia sudah mengungkapkan perasaannya.

"Gak apa-apa, aku ngerti," ucap Andrew sambil tersenyum. Seolah-olah sudah mengetahui bahwa Carolina akan mengatakan hal yang tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan.

"Maaf ya! Kamu pria yang baik kok. Aku yakin di sana ada yang lebih baik untuk kamu," ucap Carolina yang masih tersenyum.

"Kamu gak perlu minta maaf segala. Aku lega akhirnya bisa ungkapkan perasaanku ke kamu. Kita masih bisa temenan, kan? Yah kalo kamu nanti berubah pikiran dan mau jadi pacarku juga boleh, hehe," ucap Andrew yang masih tersenyum. Namun matanya mulai berkaca-kaca.

"Iya, kita masih bisa temenan kok. Wah! Pemandangannya indah!" tiba-tiba Carolina mengalihkan pandangannya dari Andrew dan menatap pemandangan di hadapannya.

Andrew memanfaatkan momen itu untuk mengusap matanya. Dia tidak ingin air matanya jatuh saat ini. Setidaknya tidak di depan Carolina.

Carolina diam-diam menghembuskan nafasnya.

Dua tahun lagi, kalau memang dua tahun lagi dia tidak bisa menemukan papanya atau papanya tidak menghubunginya lagi. Dia akan menyerah, berhenti menjadi FA, dan mencoba untuk hidup seperti wanita biasanya.

Jika saat itu telah tiba dan Andrew masih merasakan hal yang sama. Dia akan menerima perasaan pria itu.

Tapi untuk saat ini, dia tidak bisa mengatakan alasannya atau pun membuat pria itu untuk menunggunya. Apa lagi saat melihat mata Andrew yang berkaca-kaca dan hampir mengeluarkan air mata. Dia bahkan sengaja mengalihkan pandangannya untuk memberikan pria itu kesempatan untuk mengusap matanya. Dia tidak tega untuk melihat pria itu menangis di depannya.

Andrew adalah pria yang baik.

Rasanya akan terlalu egois untuk menyuruh Andrew menunggu padahal dia sendiri tidak bisa mengatakan alasannya.