Chereads / Lingerie / Chapter 2 - Danish, Aku Pergi

Chapter 2 - Danish, Aku Pergi

Malam ini adalah malam terakhir aku tidur di dalam Yayasan Putra Abadi ini , aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata ini karena hatiku sangat sedih jika aku mengenang kembali masa masa kecil ku tinggal disini bersama teman teman yang semuanya senasib dengan ku , tidak mempunyai keluarga dan hidup dalam keadaan yang tidak normal . Perlahan air mata ini menetes membasahi selimut ku , aku hanya bisa menangis bersama kenangan yang akan kubawa meninggalkan tempat ini . Puas sudah rasanya aku menangis namun mata ini pun tetap tidak bisa merasakan kantuk . 

Aku pun segera turun dari ranjang ku mencoba keluar dari kamar ini , aku berjalan menuju halaman Yayasan aku ingin melihat bintang di langit yang terang dimalam ini . 

" Jika nanti ada bintang jatuh , aku akan memohon dengan cepat , agar keinginan ku bisa cepat terpenuhi ." sambil diiringi senyum Aku berkata dalam hatiku lalu ku percepat langkah kaki ku ini dengan penuh harapan , yaa.... aku berharap dimalam terakhir aku berada di Yayasan ini , aku ingin sekali melihat bintang jatuh dan memohon untuk mengabulkan satu permintaan ku yang sangat ku ingin kan didalam hidup ku ini .

" Au... Auleel... mo..mo te ..ma.. na..?"

Hampir saja aku berteriak karena terkejut mendengar suara dan melihat teman ku yang bernama Danish sudah berdiri di samping ku mengikuti diriku . Entah dari kapan dia sudah mengikuti pergi ke halaman Yayasan ini .

" Danish... ! kenapa belum tidur , ini sudah larut malam nanti suster Yayasan akan memarahi dirimu.."

Dengan bahasa isyarat aku berkata kepada Danish kembali lagi ke kamar aku takut nanti dia dimarahi oleh Yayasan Jika dia mengikuti ku keluar dari kamar .

" Aku tidak bisa tidur ... Bolehkah aku ikut bersamamu, agar kita bisa berbicara sampai aku lelah dan aku mengantuk... aku kesepian , Aku ingin bercerita ..."

Dengan wajahnya yang begitu polos Danish berkata kepadaku dengan memakai bahasa isyarat dia meminta ku agar aku memperbolehkannya ikut bersama ku , lalu aku menjawabnya dengan anggukan kepala aku , ku gandeng tangan Danish dan ku ajak dia berjalan bersama ku menuju ke halaman Yayasan ini , lakupun duduk berdua bersama Danish di bangku taman yang memang biasa aku duduki bersama dengan dirinya . Aku pun hampir lupa bahwa malam ini merupakan malam terakhir juga bagiku melihat senyum nya Danish . 

Danish adalah teman terbaik selama aku tinggal di dalam Yayasan ini , sesungguhnya Dia adalah anak seorang konglomerat terkenal namun sayang ..... Dia seperti di buang oleh keluarganya hanya karena dia terlahir sebagai anak yang cacat hingga mereka sanggup membuangnya . Tidak ada sanak saudara yang mengunjunginya hanya seorang supir pribadi yang tiap bulan mengantarkan semua kebutuhan Danish yang dipesan oleh Yayasan dan diminta oleh Danish . Tiap bulan supir itu mengantarkan baju buat Danish , uang dan semua makanan atau mainan yang dia inginkan oleh Danish , Danish adalah anak yang paling tercukupi kebutuhannya diantara semua anak didalam Yayasan ini , namun sayang hingga saat ini dia mengakui dia tidak mengenal kedua orang tuanya ataupun melihat wajah kedua orang tuanya , padahal kedua Orang tuanya masih hidup dan semua kakak kakak nya pun hidup penuh kebahagiaan . Namun mereka sanggup melupakan Danish yang berada di Yayasan ini .

Ternyata sesungguhnya hidup Danish lebih sengsara dari pada hidupku , aku memang tidak pernah mengenal kedua orang tuaku karena mereka telah meninggal dunia disaat aku masih balita . Tetapi Danish , dia mempunyai kedua orang tua namun sayang orang tuanya malu untuk mengakui kehadiran Danish dalam dunia ini dan semua saudara saudara nya pun tidak mau mengakui bahwa Danish terlahir ke dalam dunia ini dan menjadi bagian dalam keluarga mereka . Terkadang aku ingin bertanya kepada Tuhan Mengapa ketidak adilan dalam dunia ini harus diciptakan , ketidak adilan yang terkadang hanya menanggung rasa sakit dari awal kehidupan sampai akhir kematian , namun jika tersadar kembali aku tidak bisa apa-apa , aku cuma manusia yang terdiri dari daging dan darah yang bisa mati kapan saja .

" Danish apa yang ingin kamu ceritakan ? aku akan mendengarkannya .... aku akan menemanimu selama kamu ingin berbagi cerita dengan ku ..." 

Aku berkata kepada Danish dengan memakai bahasa isyarat , ku lihat dari wajahnya dia merasa bahagia bisa bersama dengan ku saat ini . Aku ingin di malam ini dia bisa membagi ceritanya kepada ku .

Sesungguhnya antara aku dan Danish mempunyai satu hati yang sama , yaitu hati yang penuh dengan rasa hampa dan kesepian hingga terkadang menjadikan frustasi .

" Aurel ..... Apa benar besok kamu akan pergi meninggalkan Yayasan ini , jika kamu pergi Lalu siapa yang akan menemaniku di tempat ini , Bolehkah aku ikut bersamamu , aku akan menjagamu karena aku kan laki-laki..... "

Entah senjata macam apa yang mampu menusuk hatiku hingga kurasakan sesakit ini , aku tidak sanggup lagi menatap mata Danish yang begitu besarnya berharap kepadaku seperti aku berharap di malam ini bisa melihat bintang jatuh , Ku peluk tubuh Danish dengan sekuat hatiku lalu aku pun menangis di pundaknya seperti dia pun menangis di pundak ku , seandainya aku bisa membawanya pergi bersama diriku , Aku ingin mengajaknya pergi bersama ku , karena hanya dialah sebenarnya orang yang bisa ku anggap sebagai saudara dan teman satu satunya didalam hidup ku ....

Akhirnya aku dan Danish pun berhenti menangis , kini kami berdua bersama-sama di malam ini hanya bisa menatap langit dan bintang bintang , menunggu entah kapan salah satu bintang itu akan terjatuh ....

Danish merangkul pundakku dan Aku pun merangkul pundaknya , aku berjanji kepada Danish jika aku berhasil nanti , aku kan kembali ke sini dan menjemput nya pergi dari tempat ini , begitu pula dengan Danish dia berjanji dia akan menerima operasi pada tulang punggungnya , hingga dia mampu berjalan dengan tegak di saat aku menjemputnya nanti .

Biarlah malam ini menjadi saksi perjanjian antara aku dan Danish , kami adalah dua orang anak manusia yang merasa saling membutuhkan dan saling memberikan semangat karena kami berdua adalah dua orang anak manusia yang terlahir dalam kesepian 

" Aurel Aku mengantuk Bisakah kita kembali ke kamar atau kita akan tidur di sini ?" 

Aku tertawa melihat Danish memberikan bahasa isyarat kepadaku , ku lihat matanya Danish memang sudah sangat Sayu , mungkin karena dia telah puas menangis hingga akhirnya dia pun merasakan mengantuk , akupun berdiri dan menggandeng tangan nya kembali untuk mengajaknya pergi kembali menuju kamar tidur nya .

Sesampainya di pintu kamar tidur Danish , ku peluk tubuh Danish sekali lagi , karena aku tahu bahwa saat aku pergi nanti , pasti aku tidak diijinkan untuk berjumpa dengan nya , karena Bu Deti tidak suka melihat air mata perpisahan .

Bu Deti , selalu bilang " Hidup jangan ditangisi tetapi harus dijalani sesulit apapun hidup didunia ini , kita harus bersyukur bahwa kita pernah merasakan menjadi manusia . "

========== >>>>>