6 years ago

At Yudistira International High School, Jakarta Barat—Indonesia. 07:30 AM.

Lapangan basket dalam ruangan di SMA Yudistira Internasional tampak ramai, karena sekarang, tim basket andalan sekolah itu sedang tanding melawan tim basket dari SMA Taruna Nusantara—sekolah khusus tentara.

Cowok berambut hitam lurus yang memakai baju bertuliskan angka 97 tengah mendribble bola, membawa bola itu dengan kaki lincahnya yang berkali-kali lolos melewati lawan, hingga kemudian ketika dia memutarkan tubuh sembari menahan bola, tiga poin sekaligus langsung dia raih setelah berhasil memasukkan bola ke dalam ring dari luar garis pinalti dengan gerakan shooting yang sangat cantik.
"REYHAAAANNNN!!!" teriakan heboh siswi-siswi perempuan langsung memenuhi ruangan. Mereka menjerit sangat keras ketika cowok pujaan mereka berhasil mencetak poin.
"Ya Tuhan! Tiga poin dalam sekali tembakan?! It's amazing!"
"Wow! Bukankah Reyhan ketua tim basket sekolah kita? AHH! TAMPAN SEKALI!!" jerit mereka lagi.
Reyhan tidak memedulikan jeritan para perempuan itu. Dia hanya berjalan santai ke arah bangku di pinggir lapangan setelah wasit menyatakan waktu istirahat. Lelaki itu meminum botol air dinginnya. Segar. Lalu, ketika dia hendak mengelap keringatnya—sapu tangannya malah tidak ada.
Kemana?
"Nyari ini ya?" Reyhan langsung mengangkat kepalanya ke atas untuk melihat siapa yang menjulurkan sapu tangan miliknya saat ini.

Reyhan mendadak diam. Matanya terpaku pada sosok di depannya.
"Tadi jatuh, untungnya gue liat trus langsung gue ambil." ucap orang itu, ternyata seorang perempuan. "Punya lo kan?"
Seolah terhipnotis akan sosoknya, Reyhan masih terpaku, bibir lelaki itu tersenyum. "Iya. Terimakasih."
Setelah itu, tanpa mengatakan apapun lagi perempuan itu berbalik dan pergi meninggalkan Reyhan. Melihat wajahnya tadi, Reyhan langsung menyimpulkan dua kata untuk perempuan itu. Sangat cantik. Reyhan memperhatikan punggung perempuan itu yang menjauh. Dia duduk bersama teman-teman perempuannya yang lain di ujung lapangan. Dan seketika, bibir Reyhan tersenyum lagi begitu matanya tidak sengaja bertemu dengan perempuan itu. Tapi perempuan itu langsung mengalihkan wajahnya, membuat Reyhan gemas.
Pokoknya lo harus jadi pacar gue, cewek cantik! Batin Reyhan.
***
Bel istirahat berbunyi. Semua siswa SMA Yudistira Internasional buru-buru berhambur keluar kelas. Mereka pergi ke kantin untuk mengisi perut yang sudah berdemo meminta makan. Termasuk empat perempuan itu, mereka berempat berjalan bersama menuju kantin. Mereka adalah Intan, Gea, Bilqis, dan Airin.
"Tan, pas kita nonton basket tadi gue gak sengaja liat lo sama Kak Reyhan. Anjir, lo ngapain sama dia?" tanya Gea, sahabat Intan yang paling suka kepoin orang.
"Gue juga liat lo, Tan. Jawab buru!" timpal Bilqis.
"Reyhan? Reyhan yang mana itu? Gue aja gak kenal." tanya Intan seadanya.
"Masa sih?" tanya Gea tak percaya.
"Beneran deh. Gue gak ngerti kalian nanya apa." Intan berkata sungguh-sungguh.
"Ish!" Gea mulai geregetan. "Yang pas lo bilang ke kita-kita kalau lo mau ke toilet! Abis darisana gue malah liat lo nyamperin kak Reyhan." ucap Gea lagi, kali ini sambil mendekat ke Intan.
Intan dan Gea berjalan sebelahan, lalu di sebelah mereka lagi ada Bilqis dan Airin.
Intan berpikir sejenak. "Oh, cowok yang itu."
"Nah! Orang yang lo samperin itu Kak Reyhan! Abirsyam Reyhan Yudistira. Anak dari keluarga pemilik sekolah kita ini, tan!"
"Hah? Kok gue gak tau sih?" ucap Intan polos.
"APA?!" sontak, ketiga teman Intan menyahut ucapan Intan. Gea, Bilqis dan Airin sampai berhenti saking kagetnya. Mereka menatap Intan tak percaya.
Intan ikut berhenti. Dia mengedipkan matanya berkali-kali melihat reaksi teman-temannya itu.
"Intan gak tau tentang Kak Reyhan? Edan! Punya temen kudet banget anjir." oceh Bilqis.
"Iya, nih! Beneran lo gak tau Kak Reyhan?" sahut Airin.
Intan menggeleng.
"Oh my God..." ucap mereka berbarengan.
Karena asyik dengan obrolan tentang Reyhan, mereka tidak sadar bahwa kaki mereka sudah mencapai lantai kantin. Dengan cepat, mereka langsung mengisi meja kosong yang berada di tengah-tengah. Intan duduk sebelahan dengan Airin dan di depan Gea yang duduk sebelahan dengan Bilqis.
"Trus, lo sama Kak Reyhan ngapain aja?" tanya Gea antusias, melanjutkan kegiatan rutinnya tadi. Kepoin Intan.
"Cuma ngasih sapu tangan doang."
"Trus, trus?!" desak Gea.
Intan memutar bola matanya. "Ya enggak lama. Abis itu gue langsung balik."
"Dan lo gak minta foto atau apa gitu?" sahut Airin.
"Enggak."
"Kenapa malah enggak, Tan?!" ucap Airin lagi.
"Ya ngapain coba. Udah kayak artis aja."
"Dia itu lebih dari sekedar artis kali, Tan. Semua orang tau dia. Tau kalau gantengnya itu astaghfirullahnya kebangetan. Keren tingkat dewa. Kaya banget, hartanya tujuh belas turunan gak abis-abis. Rumahnya gedong. Lo tau gak tinggi badannya berapa? Hampir 2m! Trus, kalau cewek-cewek ketemu sama dia, auto mimisan! Kalau liat dari Instagram, bisa-bisa lo hamil onlen!" ucap Gea panjang lebar.
Intan melongo. Bukan karena penjelasan Gea tentang Reyhan yang memang wow itu, tapi karena mulut Gea yang tidak punya rem.
"Trus nih ya, meskipun Kak Reyhan itu terkenal cowok playboy, badboy, tukang bolos, suka malak orang, sebenernya dia pinter banget sama yang namanya pelajaran kimia dan matematika. Dia juga jago renang, panah, basket. Jadi jangan heran kalau banyak cewek yang suka sama dia. Pokoknya dia itu cowok ter-the best sekolah Yudistira!" jelas Gea lagi.
Intan mengangguk. "Termasuk... Lo juga suka sama Reyhan itu?"
"Kak Reyhan! Yang sopan kalau manggil kakak kelas, Intan Cantika Putri." suara lelaki tiba-tiba menjawab perkataan Intan. Sontak mereka semua terdiam, langsung menoleh ke arah suara dan terkejut.
Reyhan duduk di sebelah Intan!
"Well, kenapa gak dilanjutin? Ayo, lanjutin ngomongin guenya." ucap Reyhan santai, kali ini dia mendekatkan badannya ke meja dengan menopang dagunya sambil memperhatikan mereka berempat.
Tidak ada yang tahu, ada sebuah jantung yang sedang berdebar-debar begitu hebatnya.
To be continued.