Written by : Siska Friestiani
LoCC : 2014
Re-publish Web Novel : 1 November 2020
*Siskahaling*
Mario masih bergelung hangat dengan selimut putih tebal yang masih melingkupi tubuhnya. Dan Alyssa, tidak ada niatan sedikit pun untuk membangunkan Mario mengingat jam tiga subuh tadi Mario baru berhasil memejamkan matanya. Karena sebelumnya suaminya itu bolak-balik ke kamar mandi mencoba memuntahkan isi perutnya yang nyatanya tidak ada yang keluar. Mario hanya bisa memasukan buah dan air kedalam perutnya. Pria itu selalu menolak mengisi nasi karena perutnya akan kembali bergejolak jika makanan berkarbohidrat tersebut masuk ke perutnya.
Akhirnya, inilah yang terjadi pagi ini. Mario yang masih bergelung dengan alam mimpinya. Dan untuk urusan kantor Alyssa telah memberi perintah kepada Louis dan Mike untuk mengurus perusahaan. Biarlah orang kepercayaannya dan Mario yang mengurusnya untuk beberapa hari kedepan. Toh, memang itu bukan tujuannya memiliki orang kepercayaan?
Ketukan pintu dari luar menyadarkan Alyssa. Setelah mempersilahkan orang tersebut masuk, pintu terbuka dan ternyata Margareth datang dengan membawa nampan ditangannya. Alyssa hampir saja lupa jika ia memiliki Margareth yang tidak akan pernah membiarkan ia dan Mario melewatkan sarapan. Wanita paruh baya itu pasti sudah siap dengan menu andalannya yang setiap hari selalu berubah dan yang pasti menggugah selera.
"Selamat pagi Nyonya" sapa Margareth ramah, lalu meletakkan nampan tersebut di atas nakas.
Alyssa tersenyum membalas sapaan Margareth.
"Terimakasih, Margareth"
"Sama-sama Nyonya. Kalau begitu saya permisi kebelakang. Jangan lupa sarapannya dimakan. Saya juga sudah membuatkan susu ibu hamil untuk Nyonya" ucap Margareth lalu pergi setelah mendapat anggukan dari Alyssa.
"Lagi-lagi aku bangun sambil meluk guling sialan itu" Alyssa tersentak merasakan rengkuhan di belakang tubuhnya ditambah sesuatu yang kini bersembunyi di ceruk lehernya. Siapa lagi? Mario tentu saja.
'Sudah bangun rupanya' batin Alyssa.
"Masih mual?" tanya Alyssa yang tak menggubris gerutuan Mario. Bisa panjang urusannya jika ia menanggapi gerutuan Mario barusan.
"Tidak usah ngalihin pembicaraan"
Mario memperbaiki posisinya di bahu Alyssa, mencari tempat yang ia rasa nyaman untuk melanjutkan kembali tidurnya.
"Margareth sudah mengantarkan sarapan, lebih baik kau sarapan dulu"
"Dan kau akan melihatku kembali memuntahkannya pagi ini" Mario menjawab malas. Sedangkan Alyssa menghela napas.
"Kau harus makan Mario" Mario menggeleng keras di bahu Alyssa.
"Aku suapin" tawar Alyssa, sedikit bernegosiasi dengan Mario.
Mario tersenyum penuh arti. Untung saja Alyssa membelakanginya. Ia yakin Alyssa akan beranjak pergi ketika melihat senyumnya.
"Oke, asal menggunakan mulutmu aku tidak akan keberatan"
"Yakkkk!!" teriak Alyssa begitu mendengar permintaan Mario yang menurutnya tak masuk akal itu. Ohh tolong siapa pun yang memiliki obat yang bikin kadar mesum berkurang, beri tahu Alyssa, ia akan membelinya berapa pun harganya.
Sedangkan Mario hanya terkekeh di tempat persembunyiannya. Tangannya semakin erat melingkar seperti ular di pinggang istrinya. Lumayan, pagi-pagi dapat hiburan.
"Kalau begitu terserah, kau mau tidak makan pun aku tak perduli. Dasar mesum!!" Alyssa melepaskan tangan Mario yang berada di pinggang lalu beranjak dari sana.
"Mau kemana, Hon?"
"Mandi!" ketus Alyssa
"Ikut!?" ucap Mario semangat lalu menyibakkan selimut putih di tubuhnya.
"Tidak sebelum kau menghabiskan dulu sarapanmu" perintah Alyssa lalu menghilang di balik pintu kamar mandi. Mario lagi-lagi hanya terkekeh melihat tingkah menggemaskan istrinya lalu beralih menatap nampan berisi sup hangat yang begitu menggoda untuk disantap. Mario hanya mengedikkan bahunya, lalu kembali menarik selimut dan melanjutkan istirahat paginya. Jarang-jarang bukan ia mendapat waktu istirahat seperti ini? Memanfaatkan waktu lebih baik. Sebenarnya ia ingin memanfaatkan waktunya dengan bermanja ria dengan istrinya. Tapi kalian lihat bukan jika Alyssa sama sekali tidak bisa diajak untuk memanfaatkan waktu. Kasihan sekali kau Mario.
*siskahaling*
"Kita mau kemana?" Tanya Alyssa sembari menatap Mario yang kini tengah bersemangat menyetir di kursi kemudi.
Mario, pria itu menatap Alyssa lalu tersenyum sejenak sebelum kembali fokus menyetir. Entahlah, apa lagi yang akan Mario lakukan hari ini. Percuma saja rasanya Alyssa menyuruh Louis untuk mengurus kantor agar Mario bisa istirahat, nyatanya suaminya ini cukup sulit diatur.
"Kau bahkan tadi belum memakan sarapanmu, dan sekarang kau mengajak ku pergi" Alyssa kembali membuka suara saat Mario tak menjawab pertanyaan. Suaminya ini benar-benar minta di mutilasi.
"Tenang saja Hon, aku akan sarapan setelah ini. Aku hanya ingin membawa mu ke suatu tempat" jawab Mario dengan wajah misteriusnya.
Tak sampai dua puluh menit ia sudah sampai di tempat yang Mario rahasiakan tadi padanya. Namun yang membuat Alyssa bingung sekarang, untuk apa suaminya ini membawanya ke café Sivia. Bukan kah Margareth sudah menyiapkan makanan untuk sarapan?
Mario langsung saja keluar dari mobil ketika mobil berhasil terparkir rapi di halaman café. Lalu Mario berlari kecil memutari mobil dan dengan gantle membukakan pintu mobil untuk Alyssa. Alyssa sendiri merona saat Mario begitu romantis menurutnya saat ini.
Dibantu Mario, Alyssa keluar dari mobil. Dan langsung saja Mario melingkarkan lengannya di pinggang Alyssa dan memasuki café milik Sivia tersebut.
Oh, ayolah jangan lupakan bagaimana suasana café saat ini. Walaupun tak begitu ramai namun Alyssa masih dapat mendengar bisikan-bisikan dari para mata yang kini tengah menatap dirinya dan Mario. Namun bukankah ia sudah sering berada di posisi seperti ini? Bahkan tidak ada apa-apanya jika diandingkan dengan sesi lamaran gila yang dulu pernah Mario lakukan padanya.
Lagi-lagi Alyssa tak mampu menahan rona merah di pipinya saat Mario menarik kursi untuk ia duduki. Hah, entahlah Mario terlihat begitu manis saat ini.
"Tunggu sebentar disini, Hon" ucap Mario lalu meninggalkan Alyssa disana yang sebeloumnya meninggalkan kecupan hangat di puncak kepala Alyssa.
Alyssa menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Mencoba menikmati kenyamanan yang disuguhkan oleh café tersebut. Seketika Alyssa menyadari jika ia sudah sangat lama tidak berkunjung menikmati secangkir cappuccino di café sahabatnya ini. Banyak perubahan yang terjadi. Perubahaan nuansa biru muda yang membuat suasana café menjadi lebih nyaman. Ditambah beberapa ornament klasik di bagian dinding dan juga lukisan-lukisan kuno terpajang rapi di setiap dinding café.
Alyssa lagi-lagi tersenyum ketika ia duduk di kursi yang selalu menjadi kursi favoritnya. Kursi yang berada di pojok dinding yang langsung dapat memandang halaman belakang café melalui pintu kaca yang ada disana.
"Boleh saya bergabung, Nona?" Alyssa seperti merasakan de javu saat suara familiar tersebut tertangkap di indra pendengerannya.
Dan benar saja kini Mario berdiri disamping kursi di sebrang tempat duduknya dengan segelas cangkir kopi dan senyum maut yang mampu membuat semua kaum hawa terpesona.
"Apan aku menggangu waktumu?" Alyssa kembali mengerenyit saat dirasa ia pernah berada disituasi seperti ini. Dan Alyssa seketika ingin menjerit rasanya saat ia mengingat peristiwa tersebut.
"Kau ingin mengulang awal pertemuan kita dulu?" Alyssa tersenyum sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada.
"Ah, aku lupa memperkenalkan diri. Aku Mario, boleh aku mengetahui siapa nama mu cantik?" Mario kembali mengucapkan setiap kata diawal pertemuan mereka. Alyssa memasang wajah kesal seolah tak suka dengan Mario yang begitu cerewet.
"Aku rasa nama ku tidak terlalu penting untuk menjadi nama yang berada di barisan hidupmu, Tuan"
"Itu penting Nona, untuk wanita secantik dirimu aku rasa itu penting" ucap Mario memasang senyum memukaunya. Dan Alyssa tidak perpengaruh sama sekali.
"Maaf aku bukan wanita gampangan seperti wanita-wanita pelacur mu yang gila akan pujian manis"
Mario tersenyum ketika mendengar jawaban Alyssa. Ia tidak menyangka Alyssa masih mengingat begitu detail peristiwa awal pertemuan mereka berdua.
"Bukankah aku tidak mengatakannya?" balas Mario. Alyssa tersenyum sinis mendengarnya.
"Ku rasa cukup untuk membuang waktumu Tuan. Aku sarankan kau pergi dari sini sebelum suamiku kembali dan akan membunuhmu jika mengetahui kau sedang menggangu istrinya."
Mario terkekeh mendengar jawaban Alyssa. Lalu setelah itu memasang wajah sedih. Putus asa.
"Benarkah wanita cantik dihapanku ini telah memiliki suami? Ahhh, aku kalah cepat ternyata" Mario memutar jarinya di atas cangkir kopinya. Wajahnya semakin menampakkan raut seolah ia benar-benar kecewa.
"Baiklah, aku akan tetap bersama mu disini menunggu suami mu datang. Aku ingin mengetahui bagaimana sosok pria yang berhasil memiliki wanita cantik seperti mu. Apa dia lebih tampan dariku?"
"Tentu saja, suamiku pria yang sangat tampan. Bahkan kau sama sekali tidak ada apa-apanya jika dibandingkan suamiku" Alyssa tersenyum sinis menatap Mario.
Mario mengangguk-anggukan kepalanya. "Yah, aku percaya padamu, Nona jika suamimu itu pria yang sangat luar biasa tampan" aku Mario lalu menarik turunkan alisnya menatap Alyssa yang kini tengah tersenyum menatapnya.
Lalu keduanya tertawa saat menyadari tingkah konyol yang baru saja mereka berdua lakukan.
***
Adegan yang manis manis dulu ya...
Sebelum nanti konflik utama nya datang menyapa.
Hahahahah.