Kamu bagaikan senja.
Sekejap, namun membuatku candu.
- Venusya Geova Kyle -
******************
"Heh kebo! Bangun! Udah pagi." Mars menepuk pelan bahu Venus.
"Hmm."
"Bangun, udah pagi. Ntar terlambat ke sekolahnya," ujar Mars.
"Iya," balas Venus malas.
"Yaudah kalau gitu, cepet bangun habis itu siap-siap. Kalau udah langsung kebawah," ujar Mars lalu pergi keluar kamar.
"Iya," balas Venus.
Venus bangun menyibakan selimutnya dengan malas. Matanya masih menyuruh dirinya untuk menutupnya kembali. Ia menolak hal itu. Jika dia melakukan hal itu, ia pasti akan sangat terlambat untuk masuk ke sekolah.
Dengan malas, Radiz memasuki kamar mandinya untuk mandi dan ritual rutin di pagi harinya sebelum sarapan dan berangkat sekolah. Ia tak membutuhkan waktu lama untuk melakukan hal itu.
Venus duduk di meja rias dan mengambil beberapa peralatan make up yang ia punya. Dari sekian banyak make up yang ia punya, ia hanya mengambil sun screen dan bedak serta tak lupa ia juga mengambil kuncir rambut yang dihiasi dengan pita kecil berwarna pink dan sisir.
Ia dengan cepat memoles wajahnya dengan sun screen sebelum menggunakan bedak untuk selanjutnya. Kini Venus mulai memoles bedak serta menguncir rambutnya seperti ekor kuda.
Sederhana, itulah yang menggambarkan sosok Venus saat ini. Walaupun wajahnya tak di poles dengan riasan make up yang begitu tebal namun, dirinya tetap cantik seperti seorang ratu atau putri dari negeri dongeng.
Venus mulai menuruni anak tangga yang jumlahnya bisa terbilang cukup banyak. Ia menuruni anak tangga dengan pelan sembari menenteng tas ransel yang biasa ia gunakan untuk membawa puluhan bukunya.
"Tuh, si es udah dateng," ujar Mars memelankan nadanya.
"Kamu udah siap sayang?" tanya sang mama.
"Udah ma. Tadi dibangunin sama Kak Mars," ujar Venus.
"Oh. Yaudah kalau gitu, kamu sarapan dulu ya," ujar Hera sembari memberikan piring serta sendok dan garpu.
"Makasih ma." Venus mulai mengambil nasi serta ayam yang sudah disiapkan.
"Iya Ven, sama-sama."
Mereka menyantap sarapan mereka masing-masing tanpa ada pembicaraan sedikitpun. Suasana yang nyaman dan tentram yang saat ini terjadi di meja amakn itu.
"Mah Venus mau berangkat dulu ya," ujar Venus berpamitan pada sang mama.
"Iya Ven, hati-hati ya," ujar sang mama berpesan.
Venus serta Mars sudah berada di dalam mobil pribadi Mars. Beberapa hari lalu memang Mars sempat membeli mobil sendiri dengan uang pribadinya. Ia menabung selama ini dengan pendapat yang ia punya.
"Ven!"
"Hmm."
"Gimana sekolahnya? Lancar?" tanya Mars.
"Alhamdulillah lancar kak. Venus juga nyaman kok disana," balas Venus tak sedingin seperti biasanya.
"Syukur deh kalau Venus nyaman disana," balas Mars tak kalah hangat.
"Kakak juga nyaman kan kuliah di Amerika?" tanya Venus balik.
"Nyaman kok. Kakak juga seneng banget bisa punya banyak teman disana. Awalnya kakak gak ngira kau kakak bakalan dapet teman yang sebanyak itu." Jelas Mars sedikit panjang.
"Ya bagus deh kalau gitu," balas Venus.
Mobil pribadi Mars yang baru saja ia beli saat ini sudah terparkir rapi di seberang sekolah Venus. Venus memang sengaja selalu bilang pada Mars jika dirinya tak mau banyak orang yang melihatnya menggunakan barang-barang mahal. Contohnya yang saat ini ia gunakan.
Ia hanya saja tak mau membuat orangain yang kurang mampu iri tentang apa yang ia punya. Ia tak mau membuat orang lain memandangnya seperti orang yang tak kekurangan apapun. Ia hanya berusaha membuat orang lain bahagia dengan tidak memamerkan apa yang ia punya.
"Makasih ya Kak. Venus mau masuk dulu. Kaka hati-hati ya!" Pesan Venus sebelum ia benar-benar memasuki sekolahnya.
"Iya dek. Kamu yang sungguh-sungguh ya kalau belajar." Pesan Mars.
"Iya Kak. Byeee." Venus melambaikan tangan dari seberang jalan.
Venus berjalan sembari memasang wajah dinginnya. Semua sikap dinginnya tak bisa menghalangi sifat dirinya yang sangat hangat dan humoris terhadap siapa saja. Aura hangat dari dalam dirinya sudah sangat dikenal banyak orang. Baik dikalangan sekolah maupun diluar sekolah.
"VENUS!" Teriak Arva.
"Heh Va, lo bisa nggak diem gitu. Dari tadi lo teriak-teriak terus, nih kuping gue budek lama-lama denger suara lo." Sentak Zara.
"Apaan sih Zar. Orang gue cuma mau menyambut kedatangan ratu dari kayangan," ujar Arva yang dibalas cengiran dari Venus.
" Eh.. eh... Si es bisa senyum dong tadi. Sumpah! Itu sesuatu yang amat sangat langka bisa terjadi sama si Venus." Tiba-tiba saja Nada bingung sendiri melihat Venus hanya mengulas senyum.
"Venus juga orang Nad. Jadi kalau dia senyum ya wajar-wajar dong Nad," sahut Zara.
"Kan Venus terkenal jarang banget tebar senyum sama siapa aja. Orang yang paling beruntung aja yang bisa lihat Venus senyum." Jelas Nada.
"Ya lo aja yang emang gak pernah lihat Venus senyum. Kita mah udah biasa," ujar Zara.
"Lo emang manusia yang nggak pernah beruntung Nad." Tawa mereka pecah ketika Arva mengatakan hal tersebut.
"Terus aja ngejek gue sampai kalian sukses," ujar Arva yang sendari tadi hanya menjadi bahan ejekan mereka semua.
"Siapa yang ngejek lo. Lo aja yang selalu mikir buruk tentang kita," sahut Zara.
"Ok, makasih atas perhatiannya. Sekian terima akhir," ujar Arva lalu pergi ke bangkunya.
"Udah nggak usah berantem. Masih pagi udah berantem aja." Lerai Venus.
"Nah kan, dia ngomong panjang lebar kayak gini aja gue seneng banget. Berasa kayak ngelihat BTS tampil tau nggak. Sesuatu yang amazing," ucap Zara.
"Dia ngelakuin hal itu sendiri, tapi malah ngejek gue kayak gitu," ucap Arva.
"Diem lo anak TK," sinis Zara.
"Apaan sih," ucap Arva.
"Bisa diem nggak kalian."
Ketika Venus sedikit menyentak sahabatnya yang tengah berdebat, tiba-tiba saja Aldrich tengah Lewat dengan memasukan kedua tangannya ke dalam sakunya sembari sedikit tersenyum pada adik kelasnya yang tengah menyapa dirinya. Venus yang menyadari hal itupun tak bisa menyangkal jika dirinya terpesona oleh diri Aldrich. Pesona Aldrich memang tak bisa disangkal oleh siapapun yang melihatnya.
"Ssttt. Ven, lo kalau senyum jangan lama-lama. Nanti gue di rumah gue keganti sama kemanisan lo," ujar Zara membuyarkan lamunan Venus.
"Hmm. Nggak kok." Elak Venus.
"Lo ngelihat Aldrich lewat ya. Udah nggak bohong lo sama kita, kalau lo suka bilang aja. Nanti keburu Aldrich diambil sama orang, sakit tau kalau diambil sama orang," bisik Zara.
"Apaan sih Zar, jangan absurd deh Zar," ujar Venus.
Venus memalingkan wajahnya untuk mengambil diary yang berada di dalam tas nya. Ia mulai membuka lembar kedua setelah lembar pertama kemarin ia tulis dengan isi hatinya.
Venus mulai menuliskan sajak hatinya pada diary yang sudah ia ambil tadi. Ia meluapkan rasa kagumnya dan isi hatinya pada sosok Aldrich.
Kamu bagaikan senja
Sekejap, namun membuatku candu.
- Venusya Geova Kyle -
Venus menutup diary itu lalu memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Ia sedikit mengulas senyuman ketika mengingat kemabali memori tadi. Tak bisa dipungkiri jika saat ini Venus tengah sangat terpesona oleh sosok Aldrich.