Chereads / Pengabdi Birahi / Chapter 9 - Pengabdi 9

Chapter 9 - Pengabdi 9

Setelah pekerjaannya selesai, Rezgy pun langsung memacu mobilnya untuk pulang ke rumah. Ia sudah tidak sabar untuk menghadapi libur akhir pekan yang akan dimulai esok hari. Namun di tengah perjalanan, ia merasa begitu lapar. Ia pun memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah restoran fastfood untuk mengisi perut.

Setelah memesan makanan favoritnya, yaitu paket satu ayam, nasi, dan soda dalam ukuran besar, Rezgy pun langsung mengambil posisi di lantai dua, di balkon dengan pandangan yang menghadap ke jalan raya. Ia tidak ingin makan sendirian di tempat tersebut, karena itu ia pun mengirim pesan kepada temannya, Arfan, untuk mampir ke restoran fast food itu.

"Bro, lagi dekat restoran fast food yang biasa, gak? Ke sini dong," ketik Rezgy. Setelah mengirim pesan tersebut, pria berusia 25 tahun itu langsung menikmati makanan siap saji yang ada di hadapannya dengan lahap. Tampaknya ia memang tengah benar-benar lapar.

Sekitar 20 menit kemudian, ia telah selesai menyantap seluruh makanan yang ada di mejanya dan menikmati rasa kenyang setelah perutnya terisi. Ia pun mengeluarkan sebuah bungkus rokok miliknya dan menyalakan sebatang rokok. Ia menghisap dalam-dalam, dan melepaskannya, sembari melepaskan kepenatan hidup yang tersisa dalam dirinya.

Rezgy sudah hampir menghabiskan dua batang rokok ketika Arfan akhirnya datang.

"Lama banget sih Bro?" Keluh Rezgy.

"Sabar kali, gua baru sampe rumah tadi begitu lo WhatsApp," jawab Arfan yang langsung duduk di hadapannya. Ia sudah membawa segelas minuman yang tadi ia pesan di kasir.

"Bilang dong, hee. Gmana kantor, lancar?"

"Ya gitu-gitu aja, Gi. Namanya leasing mah gak banyak perubahan. Kalau pun ada perubahan paling ya masalah orang yang nyicil motor trus gak bayar-bayar," jawab Arfan sambil menyeruput minumannya.

"Hidup gimana hidup? Udah ada gebetan belum?" Tanya Rezgy sambil sedikit tersenyum.

Arfan sudah tahu betul karakter sahabatnya itu. Ia biasanya hanya mengajak bertemu ketika butuh sesuatu, atau ketika ingin menyombongkan sesuatu.

"Lumayan bro, masih jomblo, hee," jawab Arfan sambil memaksa diri untuk tersenyum.

"Makanya jadi orang yang lebih pede dong bro. Biar cewek-cewek pada kesengsem sama lu. Wajah ganteng, body perkasa percuma kalau kurang pede!" ujar Rezgy. Ia kembali mengenang bagaimana perempuan secantik Widia saja rela memuaskan dirinya dengan mulutnya yang suci. Ia menganggap bahwa hal tersebut bisa terjadi karena dirinya merupakan pria yang perkasa.

"Iya deh, iya. Lu masih kan sama Widia?"

"Iya sama Widia, dan sama yang lain-lain juga, hee," ujar Rezgy cengengesan.

"Maksud lu?" tanya Arfan penasaran.

"Rahasia dong. By the way, lu besok sabtu ada acara gak? Jalan bareng yuk."

Arfan langsung mengingat bahwa dia sudah ada janji dengan Widia untuk menemaninya ke mall. Dari kata-kata Widia sepertinya ia tidak ingin Rezgy tahu tentang itu. Arfan pun memutuskan untuk menyembunyikan rencana pertemuan tersebut.

"Duh, gak bisa bro. Besok gua disuruh nemenin nyokap ke rumah sodara."

"Ahh, gitu lu mah. Sekarang udah gak asyik."

Mereka berdua pun terus berbincang tentang banyak hal, hingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul delapan malam. Keduanya pun berpisah untuk menuju rumah masing-masing. Rezgy menggunakan mobil, sedangkan Arfan mengendari motornya.

Namun ketika Rezgy baru masuk ke dalam mobil, sebuah pesan WhatsApp masuk ke smartphone miliknya.

[Rezgy, bisa jemput aku di supermarket gak]

Rezgy pun tersenyum membaca pesan tersebut.

[Baik, saya meluncur.]

Supermarket tersebut hanya berjarak sekitar sepuluh menit dari tempat Rezgy bertemu Arfan. Begitu sampai di sana, ia pun mengarahkan mobil menuju lobby, dan langsung melihat seorang perempuan berusia sekitar 35 tahun yang sedang menenteng dua keranjang belanjaan. Ia sangat mengenal perempuan tersebut karena hampir setiap hari bertemu dengannya.

Perempuan tersebut pun tampak mengenali mobil Rezgy, dan langsung berjalan ke pintu penumpang. Ia pun masuk dan langsung meletakkan belanjaannya di ruang untuk kaki penumpang di bagian bawah.

"Selamat malam, Bu Anita," ujar Rezgy sambil nyengir ke arah perempuan tersebut.

"Pake panggil ibu segala, masih kaku aja kamu," ujar perempuan yang bernama Anita tersebut, yang tengah sibuk memasang sabuk pengaman.

"Jadi mau dipanggil apa? Anita sayang?" Tutur Rezgy sambil tersenyum penuh nafsu.

"Bisa saja kamu."

Anita adalah pimpinan baru di kantor Rezgy. Ia baru menempati posisi tersebut selama dua bulan terakhir. Ia memang begitu dekat dengan Rezgy karena posisinya yang langsung berada di atas Rezgy di kantor. Mereka pun sering bekerja bersama, bahkan terkadang sampai lembur berdua, yang kadang membuat Rezgy lupa akan pacarnya, Widia.

Malam itu, Bu Anita mengenakan atasan tanpa lengan yang berwarna putih, dan celana panjang berwarna hitam. Baju yang ia kenakan cukup minim, hingga Rezgy bisa melihat jelas tali bra berwarna merah muda yang dikenakan Bu Anita di balik pakaiannya. Rezgy sebenarnya sudah melihat itu ketika di kantor, namun ketika melihatnya lagi malam ini, ia pun masih harus meneguk ludahnya sendiri demi menahan birahi.

Mereka berdua pun langsung melanjutkan perjalanan ke arah rumah Bu Anita. Beberapa kali Bu Anita menanyakan tentang pekerjaan Rezgy di kantor, dan Rezgy pun membalas dengan lugas. Meski begitu, hal tersebut sebenarnya hanya basa basi. Dalam hati, Rezgy terus memuji penampilan Bu Anita yang meski telah mempunyai seorang anak, namun tetap tampak seksi. Terlebih lagi dengan rambut panjangnya yang selalu tergerai sampai pinggang.

Tak terasa, mobil Rezgy telah hampir sampai di rumah Bu Anita. Di sebuah tempat yang sepi, Rezgy memperlambat laju kendaraannya hingga berhenti. Tak lupa ia memasang handbrake dan melepaskan sabuk pengaman.

Tanpa menunggu izin, Rezgy langsung mendekati tubuh atasannya tersebut dan mencium bibirnya yang ranum dengan liar. Bu Anita pun tampak tak menolak, dan justru membalas dengan tidak kalah liarnya. Perempuan yang berusia jauh lebih tua dari Rezgy tersebut bahkan membalas rangsangan Rezgy dengan cara menjilati telinga pria muda tersebut.

"Jangan sampai meninggalkan bekas yah, Gi. Nanti ketahuan suamiku," ujar Bu Anita begitu menyadari Rezgy mulai menciumi bagian lehernya yang terbuka.

Tangan Rezgy pun mulai masuk ke balik pakaiannya, dan meremasi payudara yang bulat kenyal milik Bu Anita dari balik bra. Dengan lihai Rezgy langsung masuk ke sela-sela bra dan menyentuh putng Bu Anita. Perempuan tersebut pun hanya bisa mendesah diperlakukan seperti itu.

Bu Anita yang memang sudah pengalaman dalam bermain cinta pun tidak mau kalah. Ia pun mulai memasukkan tangan ke balik kemeja Rezgy, dan mengelus dada pria tersebut. Rezgy pun tampak begitu terlena. Penisnya sudah begitu tegang karena rangsangan perempuan yang lebih tua darinya itu. Perempuan itulah yang telah mencuri perhatian Rezgy ketika tengah bermain cinta dengan Widia di kamar tidur Widia.

Beberapa menit setelahnya, Bu Anita pun meluapkan seluruh birahinya dengan cara memberikan kecupan liar di bibir Rezgy. Sang pria muda itu membalasnya dengan meremas payudara Bu Anita sekuat mungkin. Keduanya pun sama-sama melepaskan desahan terbinal mereka.

"Ahhh, sudah dulu yah, Gi. Nanti takut ada yang lihat," ujar Bu Anita sambil merapikan pakaiannya.

Rezgy tampak kecewa, namun ia tidak mau memaksa atasannya yang cantik tersebut. Ia khawatir kalau perlakuan Bu Anita akan berubah kepadanya bila ia terlalu memaksa. Ia pun ikut merapikan pakaian dan langsung menjalankan mobil ke arah rumah Bu Anita.

"Terima kasih ya Rezgy," ujar Bu Anita sambil mengecup pipi bawahannya tersebut. Rezgy menahan sejenak leher perempuan cantik itu dan mengecup kembali bibirnya yang berbalut lipstik merah. Keduanya pun kembali mengeluarkan desahan binal.

Namun kebersamaan mereka tetap harus diakhiri. Bu Anita pun langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya. Sedangkan Rezgy langsung melanjutkan perjalanan, dan berniat untuk menuntaskan birahinya nanti di rumah.

Ketika masuk ke dalam rumah, Bu Anita ternyata telah ditunggu oleh suami dan anaknya di ruang tamu. Mereka pun saling berpelukan dan berbagi kecupan.

"Tadi pulang sama siapa, Ma?" Tanya suami Bu Anita sambil menggendong anak mereka berdua yang masih berusia lima tahun.

"Owh, itu sama supir Grab," jawab Bu Anita sambil menenteng barang belanjaan miliknya dan mengajak keluarga kecilnya tercinta untuk kembali masuk ke ruang keluarga.

^^^