"P-pangeran Jeha?!"
Jing Zhou terkejut begitu Hyouka datang membawa seorang pria yang tak asing baginya.
Jeha hanya tersenyum kecil menanggapinya.
"Hyouka?!"
Jing Zhou benar-benar tak paham apa yang terjadi kali ini. Entah ini hanya mimpi atau kenyataan,yang jelas pikirannya sudah kemana-mana.
Setahu dia pangeran Jeha sudah tewas 5 tahun yang lalu. Lalu kenapa tiba-tiba disiang bolong begini seorang pria yang dikenal sebagai pangeran ke-5 ini muncul dihadapannya.
"Diamlah jika kau penasaran dengan ini"
Hyouka masuk kedalam rumahnya meninggalkan Jeha dan Jing Zhou diluar.
Mungkin karena ia tak mau berpikir panjang Jing Zhou melanjutkan pekerjaannya untuk memotong kayu. Sedangkan Jeha melihat-lihat seisi rumah disini.
Jeha duduk disebuah kursi,matanya masih disibukkan dengan rasa penasaran pada benda-benda didalam rumah ini.
"Apa kau yakin bisa menyembunyikan ku dari prajurit itu?"
Kini ia melemparkan sebuah pertanyaan kepada Hyouka.
"Aku bisa menyembunyikanmu asalkan aku bisa menjadi Adipati"
"Kau yakin dengan itu? Aku rasa dilihat dari fisikmu kau tak akan bisa"
Hyouka ingin sekali memotong lidahnya begitu pria didepannya ini meremehkannya dengan mudah hanya karena badannya yang kecil.
"Jangan lupakan aku sebagai pangeran ke-5"
Niatnya itu terkurung begitu Jeha mengatakan itu. Ia sempat lupa bahwa yang dihadapannya ini adalah pangeran ke-5, yang dulunya sering menghadapi mungsuhnya dengan mudah.
"Memangnya aku peduli? Aku bahkan bisa mengalahkan pangeran ke-5 itu. Tunggu saja ketika aku turun di medan perang nanti"
Jeha tersenyum tipis mendengar jawaban dari Hyouka. Bagaimana dia bisa percaya diri jika ia tahu masa sulit itu akan datang ketika ujian seleksi dibuka untuknya.
"Hyouka siapa sebenarnya pria ini?"
Jing Zhou memasuki rumah seraya menyenderkan kapaknya pada dinding. Ia melangkah menghampiri Jeha serta menggunakan tatapan tajamnya.
"D-dia..."
"Aku Guan Xing dari luar desa. Aku datang untuk mencari pekerjaan di sini untung saja Hyouka datang menawarkan untuk tinggal disini"
Jing Zhou hanya mengangguk paham mendengar penjelasan Jeha.
Bukan karena Jeha dan Hyouka tidak mempercayai Jing Zhou. Namun,tentu kesepakatan mereka berdua menjadi sebuah alasan dibalik pembohongan ini.
"Itu benar. Aku rasa kau membutuhkan seseorang untuk membantumu menyelesaikan pekerjaan. Benar begitu tuan Guan Xing?"
Jeha membelalakan matanya seolah tak setuju dengan apa yang dikatakan Hyouka. Apa yang dimaksud selama dia tinggal disini akan menjadi pembantu Jing Zhou?.
"Tapi aku tak punya waktu untuk itu" jawab Jeha santai.
Hyouka menginjak kaki Jeha memberikan sebuah kode jika dia harus menuruti perkataannya tadi. Jeha menjerit kesakitan begitu kakinya diinjak dengan kerasboleh wanita didepannya ini.
"Kenapa kau menginjakku?!'
Hyouka hanya melotot kepada pria ini. Sedangkan Jing Zhou di buat kebingungan oleh kelakuanndua orang didepannya ini.
"Aku pikir anda pangeran Jeha" katanya.
"Bagaimana bisa anda berpikir seperti itu beliau bahkan sudah mati 5 tahun yang lalu"
"Yah itu sebabnya aku berpikir bahwa diriku sedang bermimpi"
Jeha tersenyum bangga begitu ia merasa bahwa rencananya berhasil. Sedangkan Hyouka hanya menyimak pembicaraan mereka berdua.
"Ngomong-ngomong aku Zha Jing Zhou. Senang bertemu denganmu tuan"
****
"Permisi baginda hamba membawa sebuah laporan"
Seorang prajurit memasuki ruangan serba merah itu. Ia menunduk hormat kepada pria yang sekarang memasang wajah serius.
"Ditemukan dua korban dengan luka yang sama seperti korban-korban sebelumnya. Pelaku juga menjatuhkan sesuatu kepada korban tersebut"
Jelas prajurit itu. Pria itu mengangguk paham setelah prajurit itu menjelaskannya secara singkat namun jelas.
"Tunjukkan kepadaku"
Prajurit itu menghampiri pria itu dengan membawa sesuatu ditangannya.
Pria itu menerima sesuatu yang telah diberikan prajurit itu.
Dilihatnya satu buah sisik berwarna putih mengkilap. Ia tersenyum tipis setelah melihat sisik putih tersebut.
"Segera kirim pasukan ke tempat kejadian!"
****
"Sudah berapa lama kau mengerjakan semua ini?"
"Aku tidak tahu. Yang pasti aku tidak menyebutnya bahwa ini sebuah pekerjaan untukku,ini sudah menjadi hobiku"
Jing Zhou dengan serius dan telaten merakit panahnya. Ia sudah sangat lama membuat berbagai macam senjata didesanya.
Jeha hanya mengangguk-angguk paham seraya melihat beberapa senjata hasil tangan Jing Zhou yang sudah banyak terpajang di dindingnya itu.
"Kau sudah lama ya tinggal bersama Hyouka?"
Tanya Jeha penasaran kepada Jing Zhou yang masih disibukkan dengan panahnya.
"Ya semenjak orang tuanya meninggal aku tinggal bersama dia."
"Meninggal?"
"Aku tidak tahu, Hyouka pasti akan marah jika aku akan menceritakan kepadamu. Orang tuanya tewas mengenaskan dan sepertinya siluman naga putih yang membunuh mereka"
Jelas Jing Zhou membuat Jeha sedikit terkejut.
"Kenapa kau begitu yakin bahwa yang membunuh mereka adalah siluman naga putih?"
Jing Zhou hanya menggelengkan kepalanya seolah mengatakan bahwa dia tidak mengetahui mengenai hal itu.
Jeha terdiam sebentar.
"Ngomong-ngomong. Kau punya rambut yang menarik"
Celetuk Jing Zhou. Jeha berusaha untuk tenang menyembunyikan ekspresi nya yang sebenarnya terkejut.
"Itulah sebabnya aku berpikir jika kau tadi adalah pangeran Jeha"
Jeha hanya terdiam menanggapi omongan Jing Zhou. Jika dipikir sekali lagi Jing Zhou bikan orang yang mudah dibodohi. Dengan arti sekali ada hal yang mencurigakan dia aka berusaha mengkorek kebenarannya.
"Tuang Guan Xing kenapa anda diam?"
Kini Jing Zhou melemparkan sebuah pertanyaan kepadanya membuat Jeha membuyarkan lamunannya.
"Aku hanya memikirkan Hyouka. Wanita seperti dia bisa dibilang sangat tangguh"
"Ya benar aku bahkan tak rela mengijinkannya untuk mengikuti seleksi Adipati dikerajaan nantinya"
Jeha mengelilingi seisi ruangan, berusaha menyembunyikan sesuatu yang membuat Jing Zhou curiga tentangnya.
"Tuan sebenarnya aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu."
****
"Kenapa kau membawaku kesini?"
"Ini seperti tempat rahasia. sangat jarang orang-orang berada disini."
Jing Zhou membawa Jeha ke sebuah sungai yang sangat sepi dimana penduduk jarang melewatinya.
Suasananya begitu menbuat tenang. Mungkin ini sebabnya Jing Zhou sering berkunjung ke tempat ini.
Jing Zhou berusaha menaiki batu besar disana. Ia terduduk santai sambil bersenandung kecil.
Jeha hanya mencelupkan tangannya pada air sungai yang jernih tersebut. Ia merasakan dingin dan kesejukan pada tempat ini.
Karena pada dasarnya Jeha hanya hidup pada kegelapan tanpa ada cahaya ataupun kesejukan yang mengelilinginya. Ia mulai merasakan nyaman pada tempat ini.
"Kau bisa mandi disini. Tidak ada yang melarangmu"
Jing Zhou turun dari batu itu menuju sungai. Ia melepaskan setengah bajunya lalu menceburkan dirinya pada air sungai yang dingin tersebut.
Jeha hanya melihatnya di tepi sungai. Melihat Jing Zhou dengan tenang berenang di sana.
"Tuan apa kau tak ingin mencobanya?!" Panggil Jing Zhou.
"Aku tidak bisa berenang"
Jing Zhou keluar dari air menghampiri Jeha disana yang hanya memainkan air dengan tangannya.
Jing Zhou menarik tangannya membawanya ketengah sungai. Kini bajunya basah akibat Jing Zhou. Karena pada dasarnya pakaian Jeha berwarna putih sehingga jika terkena air maka bajunya itu akan tembus pandang dan menampakkan tubuhnya.
"Tuan apa yang ada ditubuhmu itu?"