Chereads / Terjerat Cinta Kontrak / Chapter 15 - Kecurigaan Reina

Chapter 15 - Kecurigaan Reina

Reina mencuri pandang ke arah Yose berulang kali, sampai lelaki itu menyadarinya jika sejak tadi Reina menatapnya ketika asik dengan potongan pizza-nya.

"Kamu aneh," ucap Reina.

"Aneh kenapa?" tanya Yose.

Reina diam kembali, dia tak mengatakan apa-apa lagi. Namun dia merasa kalau Yose malam ini sangat berbeda.

Kalau biasanya lelaki itu akan tampak murung berada di dekatnya, tapi saat ini dia terlihat sangat bersemangat.

Ada suatu hal yang tak diketahui oleh Reina saat ini. Sesuatu yang sedang disembunyikan oleh suami bayarannya tersebut.

"Aku akan bereskan mejanya, kamu tidur saja duluan." Yose berdiri kemudian membereskan kotak pizza yang sudah kosong.

Sementara itu Reina menurut tanpa melawan, dia masuk ke dalam kamarnya dan menunggu Yose di dalam sana.

Namun sampai setengah jam berlalu, dia tidak mendapati bayangan lelaki itu masuk ke dalam ruangannya.

"Dia di mana sih?" gumam Reina sambil bertanya.

Reina menurunkan kedua kakinya, berjalan perlahan menuju pintu untuk mengintip suaminya tersebut.

Dan amarah Reina memuncak ketika melihat Yose sedang asik dengan layar gawainya. Dia bahkan senyum-senyum sendiri sambil mengetikkan sesuatu di keyboard-nya.

"Kamu lagi apa? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk masuk ke dalam kamarku?" tanya Reina dengan dingin.

Yose menaikkan dagunya dan menatap Reina yang tengah bersidekap.

"Oh—oke. Aku akan ke sana setelah ini," sahut Yose.

"Sekarang," geram Reina. "Kamu tahu kan kalau aku tak bisa tidur kalau sendiria."

"Uhmm—maksudku aku bisa tidur tapi aku akan mimpi buruk kalau—"

"Baiklah, aku akan ke sana sekarang." Yose memasukkan ponselnya setelah dia berdiri dari rebahannya.

Ia melangkah mendahului Reina yang masih tertegun karena kalimatnya dipotong oleh Yose.

Mengambil napas sangat dalam—Reina mencoba bersabar pada Yose kali ini. Dia akan memaafkannya karena sudah menyela kalimatnya.

"Yos," panggil Reina. Dia berdiri di ambang pintu dan melihat Yose sedang merapikan ranjangnya.

"Iya, ada apa?" sahutnya dengan tenang.

Reina sudah sedikit banyak tahu tentang sifat suaminya itu, dia sangat tenang. Bahkan ketika dia mendapatkan perilaku buruk darinya.

Dan hal itu yang membuat Reina tak bisa terus-terusan memarahi Yose.

"Aku akan mandi setelah merapikan tempat tidur ini," ucap Yose.

"Bukan masalah itu."

"Lalu apa?"

"Tadi—kamu ke mana saja?" tanya Reina. Ia duduk di tepi ranjang dan menatap Yose.

"Nenekku di rumah sakit jadi aku ke sana dan kemudian membereskan toko miliknya, kenapa?" Yose menoleh ke arah Reina.

Wajah putih bersih dan sangat segar itu menatapnya. Hembusan angin malam yang melewati jendela yang lupa ditutup Reina membelai lembut rambut Yose yang hitam.

"Aku akan menutup jendelanya dulu, kamu bersiaplah tidur. Aku akan di sini, jadi tenang saja."

Reina tak menyahut, hanya menatap ke mana lelaki itu pergi. Lalu setelahnya dia masuk ke dalam kamar mandi.

"Reina … Reina … memangnya jawaban apa yang kamu harapkan dari dia? Dia hanyalah lelaki bayaran yang miskin, jadi buat apa kamu bertanya hal yang macam-macam padanya?"

Dan sampai tiga puluh menit berlalu, Yose keluar dari kamar mandi. Dan melihat Reina sudah meringkuk di sisi ranjangnya.

Yose yang tahu Reina kedinginan langsung menyelimuti tubuhnya.

Dia duduk di sampingnya sambil membuka ponselnya kembali. Sejak tadi dia chat dengan Lara. Namun untung saja Reina tidak curiga, atau mungkin Reina curiga tapi dia tak mengatakannya secara langsung.

**

"Wah! Reina, kamu datang dengan siapa hari ini?" tanya nenek Yose. Dia terlihat sangat senang ketika melihat istri dari cucunya datang untuk menjenguknya.

Padahal ia pikir dulu Reina tidak menyukai dirinya karena hanya penjual roti murahan.

"Sendiri, Nek. Sebelum ke restoran saya menjenguk Anda tanpa Yose karena dia ke sekolah," jawab Reina dengan lembut.

Sejak kapan dia menjadi lembut seperti itu? padahal dulu dia terkenal sangat angkuh dan sombong.

"Nenek kapan keluar dari rumah sakit?"

"Nanti sore, katanya Yose akan datang ke rumah sakit buat jemput nenek."

Reina hanya mengulum senyumnya, setelah meletakkan sekeranjang buah dan bunga wanita itu pamit pergi karena masih harus bekerja.

"Hati-hati di jalan ya," ujar Nenek Yose.

Reina mengangguk kemudian menghilang dari pandangan nenek Yose.

"Yah, setidaknya aku bukan menantu kurang ajar," gumam Reina.

Sementara itu di sekolah, Yose tampak malu-malu bertemu dengan Lara. Padahal keduanya biasanya sangat banyak mengobrol kalau berada di ruang guru.

Namun karena kejadian kemarin, mereka jadi tampak malu-malu dan kikuk.

Apalagi setelah chat yang menghabiskan malam mereka tadi malam.

"Apakah suami kamu marah?" tanya Yose.

"Tidak, dia kemarin belum pulang waktu aku tiba di rumah."

"Syukurlah kalau begitu," balas Yose.

"Nenek bagaimana?"

"Sudah membaik kata Gavin, dan nanti sore dia sudah diizinkan pulang."

Mereka tidak tahu jika ada sepasang mata yang sedang mengawasi mereka berdua. Mata yang sangat tajam dari jarak yang tak jauh dari mereka berdua.

"Apa-apaan mereka ini, sudah punya pasangan tapi masih bisa saling menggoda seperti itu."

"Pak, ini tugas yang kemarin," ucap salah satu murid sambil memberikan tugas pada guru biologi tersebut.

**

"Reina!" seru Indra, Reina sontak menatap ke arah suara.

"Kamu sakit?" tanya Indra.

"Aku—mual. Dan perutku mulai tak enak sejak tadi."

"Kamu hamil?"

Reina mengangguk.

"Lebih baik kamu pergi ke dokter sekarang juga, masalah restoran biar aku saja yang mengurusnya."

Reina hendak menolak tapi Indra meyakinkan Reina bahwa restoran akan baik-baik saja.

"Sebaiknya kamu suruh suami kamu mengantarkanmu ke rumah sakit," ucap Indra. Ia memberikan air putih pada Reina.

"Dia lagi mengajar hari ini, aku tak bisa menganggunya lagi."

Dan hari itu, Reina pulang lebih cepat dari biasanya karena badannya terasa tidak enak. Mungkin karena hamil muda makanya dia menjadi seperti itu.

Jika itu bukan anak Daniel, mungkin dia akan mengutuknya sejak tadi.

Perasaan mual dan kepala yang berat ia tahan selama seharian. "Sepertinya aku butuh pembantu," ucap Reina. Ia melihat ke sekeliling rumahnya. Memang rapi tapi ada beberapa debu yang berterbangan ke mana-mana.

Ia juga tak mungkin menyuruh Yose untuk membersihkan rumah tersebut karena dia hanyalah suami bayaran bukan pembantu.

Dan rasanya saat ini dia sangat ingin bertemu dengan Yose, memakan masakannya dan berbincang dengan lelaki itu meski sangat melelahkan.

Reina mencoba untuk menghubungi Yose tapi panggilannya tidak masuk.

"Ke mana sih dia, kenapa jadi sering menghilang," gerutu Reina.

Sementara itu, Yose dan Lara masih berada di sekolahan karena ada rapat mingguan sekolah.

Sebentar lagi sekolah akan mengadakan acara study tour dan menginap empat hari tiga malam.

"Kamu ikut?" tanya Lara.

"Itu tergantung keputusanmu," jawab Yose dengan berbisik.