Chereads / Terjerat Cinta Kontrak / Chapter 13 - Bibir yang Menggoda

Chapter 13 - Bibir yang Menggoda

Yose masih tertegun, sebenarnya dia lebih memilih untuk tidur di atas sofa daripada tidur dengan Reina. Yah, karena dia juga lelaki dan lagipula Reina terlalu banyak peraturan jadi dia tak bisa bebas untuk tidur di atas kasurnya.

"Cepat!" teriak Reina dari dalam. Yose pun langsung bangkit dari duduknya kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Seperti apa yang dikatakan Reina tadi, akhirnya dia mandi keramas di pagi-pagi buta.

Dan setelah selesai, Yose melangkah perlahan ke atas kasur milik Reina. Wanita itu sudah memejamkan matanya dengan memunggungi Yose.

Yose menghela napasnya kemudian menaikkan kakinya satu persatu. Rasanya tubuhnya sangat kaku saat ini apalagi ketika yang ada di sampingnya adalah Reina.

Namun perlahan, tubuh Yose sudah di atas kasur Reina. Kedua tangannya ia letakkan di atas perut dengan mata menatap langit-langit.

Ia kemudian melirik ke arah Reina. Padahal sudah beberapa hari ini dia tidak apa-apa tidur sendirian, malahan mengusir Yose dari kamarnya dan menyuruhnya untuk tidur di luar kamar, tapi sekarang dia sendiri yang memintanya untuk tidur menemaninya.

"Memang mimpi apa sih?" gumam Yose. Ia kemudian memejamkan matanya. Dan tak lama setelah itu dia sudah masuk ke alam mimpinya.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Sudah satu jam Reina berada di samping Yose tapi nyatanya dia malah tak bisa tidur di samping suaminya.

Reina membalikan tubuhnya, dan tanpa sengaja melihat Yose yang saat itu sedang tidur menghadap ke arahnya.

Reina dapat melihat wajah Yose begitu jelas malam itu. Tanpa ada rambut yang menutupi keningnya lagi.

Wangi sabun masih tercium dari tubuh Yose. Dan Reina tersenyum ketika melihat wajah Yose yang tidur seperti anak kecil itu.

Ujung jari Reina menyentuh hidung kemudian turun ke bibir Yose. Lelaki itu sempat terganggu tapi dia masih melanjutkan tidurnya, mungkin karena malam itu dia sudah sangat mengantuk lantaran kelelahan.

Bahkan ketika Reina terus memandangi wajah itu. Yose bergeming tanpa membalikkan tubuhnya lagi.

"Dasar pria miskin," bisik Reina.

Ketika melihat bibir Yose, jantung Reina berdegub sangat kencang. Reina memegangi dadanya sendiri dan merasakan sesuatu yang aneh menyelinap ke dalam hatinya.

Rasa yang menggelenyar dan membuatnya seperti orang gila saat ini. Sudah satu jam lebih dan dia masih betah untuk memandang wajah lelaki itu.

Tanpa Reina sadari wajahnya mendekat ke arah wajah Yose. Dan ia mencium bibir Yose sekilas dan memastikan kalau jantungnya berdebar karena saat ini dia sedang tidur dengan Yose bukan karena masalah lain.

Tetapi sayangnya, ketika Reina mencium bibir lelaki itu Reina tak bisa berhenti. Dia ingin mengecupnya lagi dan lagi. Sampai rasa penasaran itu tak terbendung kemudian Reina mencium bibir Yose lagi.

Yose yang merasa jika bibirnya ada yang melumatnya langsung membuka matanya. Dia terlonjak kaget ketika melihat wajah Reina begitu sangat dekat dengan wajahnya.

Matanya melebar sempurna dan Reina terkejut melihat Yose terbangun karena kegiatannya.

BRUK!!

Reina mendorong tubuh Yose sampai terjatuh di atas lantai. Dia sangat malu karena kegiatannnya terpergok oleh Yose.

Reina langsung menutupi ujung kaki sampai ujung kepalanya dengan selimut. Ia benar-benar tak bisa menghadapi Yose kali ini.

"Kalau kamu malu, aku akan melupakan kejadian barusan," ucap Yose dengan tenang.

Setelah bangkit dari jatuhnya Yose keluar dari kamar Reina. Ia melirik ke arah kasur Reina sebelum akhirnya menutup rapat pintu tersebut.

Sementara itu Reina menendang selimutnya ketika Yose sudah pergi dari kamarnya.

"Dasar Reina ceroboh," geramnya kesal. "Kenapa kamu mencium bibir lelaki miskin itu." Ia terus merutuki dirinya sendiri karena sudah maju terlebih dulu dan menggoda. Padahal dulu ia yakin jika tidak akan tertarik dengan Yose.

Pagi harinya Reina sudah mendapati Yose sedang duduk di kursi meja makan yang ada di dapur. Dia tengah sarapan usai selesai memasak.

"Kamu harus sarapan," ucap Yose, ia menyapa seakan tidak terjadi apa-apa tadi malam.

Reina langsung duduk dan tak mengatakan apa-apa pada Yose. 

Mungkin Yose sudah melupakannya, tapi tetap saja Reina malu karena sudah ketahuan oleh Yose.

"Tadi malam—sepertinya aku sudah gila," ucap Reina duluan. Dia harus mengaku meskipun akan sangat memalukan.

Tetapi Yose diam.

Reina menatap bibir itu lagi, dan bayangan tadi malam terlintas lagi.

"Aku sudah melupakannya," sahut Yose.

"Semudah itu?"

Yose menatap wajah Reina.

"Lalu aku harus bagaimana?"

Kali ini Reina yang diam. Dia malah kecewa karena Yose mengatakan hal itu padanya.

"Nanti aku akan ke toko kue nenekku, aku akan membereskan tokonya jadi akan pulang malam."

"Oke."

Yose berdiri kemudian membereskan piringnya sendiri. Setelah itu dia bersiap pergi untuk ke sekolah.

"Aku akan naik bus hari ini, jadi kamu bisa memakai mobilmu," ucap Yose sebelum benar-benar pergi dari rumah tersebut.

"Hmm."

TING!

Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel milik Yose. Dari Lara yang saat ini katanya sedang berada di perjalanan menuju haltenya.

Dengan langkah begitu ringan, Yose pergi menuju halte bus dengan semangat.

Usai kepergian Yose, Reina mendorong piringnya. Ia sama sekali tidak nafsu makan saat ini.

Hingga sebuah dorongan kuat dari dalam tenggorokannya dan memaksanya untuk mengeluarkannya.

Cairan bening ia muntahkan ke dalam wastafel. Lalu ia mengusapnya dengan kasar. "Sepertinya hari yang berat akan kujalani sebentar lagi," ucapnya pelan.

Ia kemudian berjalan lagi ke arah meja makan lantas duduk di sana. Reina kemudian memegang perutnya yang saat ini masih belum menampakkan kehamilan.

Mungkin bayinya masih malu untuk muncul atau karena tubuh Reina kecil jadi perutnya tidak seperti kebanyakan wanita hamil.

"Maafkan aku karena tidak bisa hidup dengan baik selama ini," ucap Reina sambil mengusap perutnya.

"Ayahmu berada di penjara karena aku. Kuharap kamu tidak akan pernah marah padaku," gumam Reina lagi.

Bayangan-bayangan menyeramkan itu terus mengusiknya. Ia memang tidak dipenjara. Tetapi bayangan lelaki yang hendak memperkosanya waktu itu benar-benar membuat mimpi malamnya menjadi buruk.

Namun anehnya tidurnya menjadi nyenyak jika ada Yose tidur di sampingnya.

"Tapi aku tak bisa memintanya untuk tidur di kamarku lagi," bisik Reina menyesal.

Antara malu dan menyesal. Dulu dia sudah terang-terangan bersikap kasar lelaki itu. Dan kini hatinya sedikit menginginkannya.

"Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya kan? Kalau iya, tamatlah riwayatku."

"Aku akan setia pada ayahmu. Dan berusaha sekuat mungkin agar tidak terjerat olehnya. Ayahmu lebih tampan bahkan lebih berani. Tidak seperti lelaki miskin itu."

Namun itu hanyalah sangkalan Reina saja. Karena dalam hatinya. Ia mengatakan hal lain dan hanya diketahui oleh Reina sendiri.