Chereads / The Dark Side of Namara / Chapter 16 - Istana Klan Sayap Hitam

Chapter 16 - Istana Klan Sayap Hitam

Sepanjang 20 tahun kehidupan, ini adalah kali pertama Namara merasakan terbang di langit. Perasaannya bercampur antara senang, tegang dan juga takut.

Tangan Eros berada di pinggangnya. Namun, Namara masih merasa tidak cukup. Bagaimana jika pria itu melepaskannya begitu saja? Dia akan jatuh dengan bebas.

Eros merasakan ketegangan di tubuh Namara. Tanpa menoleh dia berkata, "Aku tidak akan melepaskanmu."

Tentu saja. Bukan tanpa alasan dia membawa seorang budak seks ke istana. Dia memiliki tujuan tersendiri yang tidak perlu orang lain tahu.

Namara cukup terkejut. Dia langsung menatap pria itu dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan. Apa pria itu bisa membaca pikiran orang lain?

'Sepertinya aku harus lebih berhati-hati,' pikir Namara.

Mereka terus terbang begitu tinggi. Namara tidak bisa melihat bagaimana kondisi di bawah sana karena penglihatannya terhalang oleh awan-awan putih. Baginya yang hanya manusia biasa, ini adalah sesuatu yang menggetarkan.

Untungnya itu tidak berlangsung begitu lama. Setelah keluar dari gumpalan awan, dia langsung disuguhkan dengan pemandangan yang berbeda.

Sebuah bangunan besar dan tinggi dengan puncak-puncak yang runcing kini terlihat di depan mata. Di beberapa sisi bangunan utama terdapat menara-menara yang entah apa fungsinya.

Namara menatap bangunan itu tanpa berkedip. Itu adalah istana klan Sayap Hitam yang sudah lama diharap-harapkan olehnya.

Jika sebelumnya dia pikir istana Klan Sayap hitam berada di tempat yang ramai, dia telah salah. Puluhan meter dari bangunan itu terdapat benteng-benteng pertahanan yang memisahkannya dari keramaian kota. Jadi tempat ini cukup terpisah dan khusus.

Selain itu bangunan ini juga dikelilingi oleh pepohonan yang cukup rimbun. Suasananya menjadi cukup dingin, berbanding terbalik dengan ramainya perkotaan di luar benteng.

Namara juga melihat ada banyak penjaga yang disebar di setiap meter mengelilingi bangunan istana. Akan sangat sulit untuk bisa menerobos masuk. Belum lagi dengan penjaga di luar benteng.

Selain apa yang dilihat dengan mata telanjang, Namara yakin ada banyak array atau formasi tersembunyi yang melindungi bangunan ini. Hanya saja dia tidak bisa melihat ataupun merasakannya.

Eros mendarat tepat di depan pintu masuk istana. Dia melepaskan Namara dan saat itulah seorang pria tampak berjalan keluar dari Istana. Pria itu langsung mendekati mereka.

"Tuan, kepala klan ingin berbicara." Pria itu tak lain adalah Lyco, orang kepercayaan Eros.

"Antar wanita ini ke istana Bintang Barat. Aku akan menemui ayah terlebih dahulu," ucap Eros yang langsung diangguki oleh Lyco.

Namara tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menatap punggung Eros yang bergerak semakin menjauh. Bagus, sepertinya sementara ini dia akan aman dari Eros.

"Sejak kau menginjak tempat ini maka kau sudah menyerahkan kebebasanmu. Jangan pernah mencoba melarikan diri atau mengeluh tentang hal-hal buruk yang mungkin saja terjadi," ucap Lyco sambil menatap Namara.

Sudah puluhan kali dia melihat wanita-wanita yang mencoba melarikan diri karena tidak tahan dengan kehidupan di sini. Namun, pada akhirnya mereka gagal dan berakhir mendapatkan hukuman.

"Terima kasih atas peringatanmu," balas Namara. Apa pria itu sedang bercanda? Melaikan diri? Namara ingin mencomooh.

Dia sudah menyerahkan segalanya. Mulai dari harga diri dan martabatnya. Semua hanya akan sia-sia jika dia melarikan diri tanpa menyelesaikan tujuannya.

"Bagus. Ikutlah denganku sekarang." Lyco berbalik dan Namara pun mengikutinya.

Ketika mereka masuk, pemandangan koridor-koridor yang mengarah ke berbagai tempat langsung bisa ditemui. Namara mengangkat kepala menatap ke atas. Dia bisa melihat langit-langit bangunan yang sangat tinggi.

Ada banyak kristal-kristal dengan warna hitam yang menjadi ornamen bangunan. Meskipun tempat ini terbilang megah, tetapi semuanya berwarna hitam jadi Namara tidak begitu mengistimewakan.

Daripada menganggapnya megah dan indah, Namara lebih menyebutnya gelap dan suram. Apa itu karena nama klan mereka adalah Sayap Hitam?

Namara mengamati setiap lekuk bangunan dengan hati-hati. Ya, dia harus mengetahui dan menghafal dengan benar agar suatu saat nanti dia tidak kesulitan dalam misi balas dendamnya.

Mereka terus bergerak menyusuri koridor. Tiba-tiba Namara mendengar suara gemerincing yang datang dari arah lain. Di depan sana ada sebuah persimpangan, sepertinya ada seseorang yang akan segera lewat.

"Minepi dan menunduklah," perintah Lyco dengan suara yang rendah.

Namara tidak tahu alasannya. Namun, dia langsung menuruti perintah Lyco. Dia melangkah ke sisi dinding dan menunduk. Lyco pun melakukan hal yang sama.

Pada saat itu suara gemerincing menjadi semakin jelas dan semakin dekat. Namara terus menunduk hingga penglihatannya menangkap sepasang kaki telanjang yang melangkah dengan anggun.

Kaki sebelah kiri diikat dengan gelang yang dipenuhi dengan lonceng-lonceng berukuran sangat kecil. Dari bentuk kaki Namara bisa menyimpulkan itu adalah seorang wanita.

Meskipun Namara merasa penasaran, tetapi dia tidak berani mengkat kepala. Dia takut itu akan menyebabkan masalah.

Wanita itu terus melangkah melewati Namara. Namun, tak lama kemudian tiba-tiba suara gemerincing itu berhenti.

"Lyco, apa ini budak seks baru untuk kakak Eros?" Suara itu terdengar sehalus kapas, tetapi ada sedikit ketajaman yang tersirat.

"Benar, Nona," balas Lyco.

"Mmm …."

Suara gemerincing itu kembali mendekat. Wanita itu rupanya penasaran dengan wajah Namara. Terlihat dari perintah yang dilontarkan selanjutnya.

"Angkat kepalamu. Aku ingin melihat wanita seperti apa yang disukai kakak Eros."

Namara hendak mengangkat kepala, tetapi tiba-tiba Lyco memotong, "Maaf, Nona. Tuan Eros tidak akan senang jika mengetahui seseorang mencoba melihat penampilan budak seksnya."

Wanita itu terkekeh kecil. "Ya, kau benar juga," ucapnya. Setelah itu dia kembali melangkah pergi meninggalkan suara gemerincing yang terngiang-ngiang di telinga.

Setelah dirasa aman barulah Namara mendongakkan kepala. Dia menatap ke arah perginya wanita itu. Sayang sekali sosoknya sudah tidak telihat.

"Jangan pernah menunjukkan wajahmu padanya. Kecuali kau mengubah wajahmu menjadi cukup buruk," ucap Lyco. Tampaknya dia memahami kebingungan Namara.

"Kenapa?" tanya Namara tidak mengerti.

"Dia tidak menyukai seseorang yang lebih cantik darinya," balas Lyco sambil melangkah pergi.

Namara cukup terkejut mendengar alasan itu. Dia menjadi penasaran dan bertanya, "Memangnya apa yang akan dia lakukan jika bertemu dengan wanita lain yang lebih cantik?"

"Tidak bisa dipastikan, yang jelas dia tidak akan berperilaku dengan baik. Di istana ini hanya dia yang boleh menjadi wanita tercantik," terang Lyco.

Akhirnya Namara mengerti. Orang-orang di sini memang cukup mengerikan. Bagaimana bisa ada wanita seperti itu? Padahal suaranya terdengar bagus, tetapi sifatnya tidak sebagus suaranya.

"Kalau boleh tahu siapa dia?"

"Dia adalah salah satu dari putri kepala klan. Dia seorang jenius, jadi sifatnya memang sedikit arogan."

Namara mengangguk. Benar-benar tempat yang mengerikan. Itu pasti akan menyenangkan jika dia bisa meruntuhkannya.

Mereka terus berjalan hingga keluar dari bangunan utama. Di depan sana berdiri bangunan lain yang sedikit lebih kecil dari bangunan utama. Di bagian atapnya yang tinggi dan runcing terdapat simbol bintang tunggal.

Namara mengikuti Lyco melewati rerumputan yang memisahkan kedua bangunan. Mereka masuk ke dalam bangunan itu dan langsung dihadapkan dengan dua anak tangga yang mengarah ke timur dan barat.

Lyco tiba-tiba menepuk tangan tiga kali. Namara menjadi bertanya-tanya, apa yang sedang pria itu lakukan?

Beberapa saat kemudian beberapa wanita datang mendekat. Mereka mengenakan seragam yang sama. Ternyata Lyco baru saja memanggil pelayan istana.

"Namara adalah wanita baru yang akan tinggal di sini. Bawa dia dan perbaiki penampilannya!" perintah Lyco dengan tegas.

"Baik," balas para pelayan istana dengan kompak.

Namara menatap Lyco dengan tatapan memprotes. Apanya yang perlu diperbaiki? Penampilannya sudah cukup seperti ini.

Namun, tentu saja Lyco sama sekali tidak memedulikan Namara. Pria itu berbalik pergi begitu saja.