Rusak, patah, hancur dan gelap, begitulah kondosi hatiku saat ini. Kenyataan ini terlalu pahit bagiku, terlebih lagi ini hari ulang tahunku, dimana seharusnya aku bersuka cita merayakan moment ini dengan orang-orang yang aku kasihi, namun kenyataannya berkata sebaliknya.
Dulu ku pernah memimpikan cerita cintaku dengan Aldo akan berakhir dengan happy ending bak cerita novel cinta yang sering aku baca.
Tuhan... mengapa kau ambil orang-orang yang aku sayang... Kejahatan apa yang telah kuperbuat hingga Kau tak berpihak kepadaku. Aku sudah mengerjakan apa yang Engkau perintahkan dan aku pula sudah berbuat baik kepada sesamaku. Apakah semua itu belum cukup bagi Mu?.
Setelah mengetahui kenyataan itu seketika aku langsung jatuh pingsan dan tak sadarkan diri, kenyataan ini membuatku sangat terpukul.
"nak bangun nak" mamanya Aldo berusaha membanguni ku sambil mengoleskan minyak angin ke kepala ku, ternyata aku sudah dibawa kerumah Aldo.
Rasa sedih yang teramat masih aku rasakan, rasanya belum ikhlas saja melepas kepergiannya. Mimpi-mimpi yang sudah kita ukir bersama harus pupus begitu saja, padahal tinggal selangkah lagi mimpi itu menjadi nyata. Di sisi lain aku kagum melihat keluarga Aldo yang begitu tegar dan kuatnya menerima kenyataan ini.
"Nak sekarang Aldo sudah tenang, dia sudah bahagia disana. Kami harap kamu juga bisa mengikhlaskan ya..." keluarga Aldo terus berusaha menenangkanku, padahal sebenarnya merekalah yang hatinya lebih hancur atas kepergian Aldo.
Aldo mengalami kecelakaan tunggal ketika hendak menemuiku di kosan. Aldo meninggal di tempat kejadian disebabkan pendarahan hebat dikepalanya. Mobil Aldo menabrak pohon besar yang ada tidak jauh dari kosanku.
"Aldo sering curhat sama kakak bahwa aldo sangat mencintai Risma. Dimata Aldo Rismalah wanita yang paling sempurna." Ungkap kakaknya Aldo sambil memegang tanganku.
"Hari ini Aldo sangat bahagia nak, dia senang karna mau berjumpa dengan keluarga Risma di Jogja, Aldo berniat untuk melamar Risma. Aldo sudah membeli cincin yang akan dia sematkan di jari Risma. Tapi takdir berkata lain, Allah lebih dulu mengambilnya dari kita" lanjut mamanya Aldo sambil menangis dan memelukku.
"Bi kenapa kamu tega ninggalin aku bi, kamu sudah janji mau hidup bersamaku selamanya, kamu bilang kamu akan selalu menjagaku. Kita sudah berencana untuk menikah di tahun ini dan hidup bahagia selamanya. Tapi sekarang kamu pergi meninggalkanku sendiri" Aku tak kuasa menahan kesedihanku ini.
"Nak istigfar nak, ikhlaskan Aldo, dia sudah tenang disana" mamanya Aldo menenangkanku sambil sesekali mengelus punggungku. Namun aku terus menangis dan tak percaya Aldo akan meninggalkanku secepat ini.
Firasatku tentang aldo di dalam mobil tadi ternyata semuanya benar, ada yang tidak beres pada Aldo, aku melihat keanehan-keanehan pada dirinya, mulai dari sikap dan raut mukanya yang berbeda dari biasanya, seperti bukan Aldo yang aku kenal selama ini. Ternyata dia sudah meninggal sebelum bertemu denganku di kosan tadi. Dan chat ucapan ulang tahun itu adalah chat terakhir dari dia untukku sebelum dia mengalami kecelakaan itu.
Karena kondisiku yang tidak memungkinkan untuk balik ke jogja, mamanya Aldo memintaku untuk sementara tinggal dirumahnya sampai keaadaanku membaik,
"Nak... Sementara Risma tinggal lah dulu disini sampai keadaan risma lebih baik"
"Baik mah, terima kasih sudah baik sama Risma"
"Sama-sama nak, Oh ya terima kasih ya nak sudah menemani Aldo selama ini, maafkan kalo dia punya salah atau pernah membuat hati Risma terluka"
Sudah 4 hari aku tinggal di rumah Aldo, aku memutuskan untuk kembali ke keluargaku di Jogja, meninggalkan surabaya dengan sejuta kenangannya, dengan itu mungkin saja kesedihan ini sedikit terobati. Sebab tinggal disini membuat hatiku kian hancur, banyak sekali kenangan manis bersama Aldo dirumah ini, terlebih lagi dikamarnya, ada banyak gambar kami berdua yang terpajang indah di dinding kamarnya, bukti betapa besar cintanya kepadaku.
Sejak kepergiaan Aldo hidupku berubah, aku bukan lagi aku yang dulu, aku menjadi pemurung, pendiam, gampang marah dan suka menyendiri di kamar, berbedalah dari Risma yang dulu, yang biasanya selalu ceria.
Rasanya Hati ini telah mati dan ikut terkubur bersama jasad Aldo waktu itu, ini karena rasaku padanya teramat dalam, sehingga luka yang tercipta karena kepergiannya susah disembuhkan, mungkin tidak akan bisa sembuh, bagaimana bisa sembuh? Jika penawarnya saja sudah pergi dan takkan bisa kembali.
Hari-hari berlalu dan bulan pun berganti, namun hidupku kulalui tanpa arti, kuliahku berantakan. Kebiasaanku hanya mengurung diri di kamar, jangankan keluar rumah, untuk berinteraksi sama keluarga saja rasanya aku malas. Keluar kamar hanya kalau mau makan saja, selebihnya aku habiskan hariku sendiri didalam kamar yang tanpa pencahayaan ini. Sengaja aku matikan lampunya, gelap memang, namun aku suka itu. Sekarang aku menjadi pecinta gelap dan sepi, karena pada saat itulah aku merasakan kehadirannya, hembusan nafasnya sangat terasa ditelingaku, "Hessssshh.....".
Ya dia kembali, Aldoku kini kembali, meskipun hanya sebatas hembusan nafas, namun aku yakin itu dia. Mungkin dia sedang memberi isyarat akan keberadaanya. Hembusan nafas itu sering aku rasakan saat malam hari di gelapnya kamar ini.
Kini aku mulai bisa tersenyum kembali, aku pikir aku sudah lupa caranya tersenyum, saking lamanya aku tidak melakukannya.
Setiap malam aku hanya berdiam diri di sudut kamar ini sembari menunggu Aldoku menyapaku kembali walau hanya dengan hembusan nafasnya itu, dan akupun suka berbicara seorang diri dikamar, berharap dia mendengar apa yang aku bicarakan.
"Aldo, aku tau kamu ada disini, aku kangen sama kamu, banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu".