"David!" kesal Vienna kepada sahabatnya ini yang juga tak mau juga menyatakan perasaannya kepada sahabat tercintanya yaitu Sienna.
"Kalau Sienna benar-benar tidak bisa lagi kamu temui lagi baru tahu rasa!" Danica sudah menenangkan Vienna sejak Vienna menceritakan kalau Sienna akan pindah ke Italy.
"Kalau pun aku memberitahunya tentang perasaanku, apa ia akan tetap tinggal disini? Tidak Vienna. Sienna pindah karena perusahaan baru keluarganya baru didirikan disana dan ia harus menjalankannya. Seperti katamu tadikan" ucap David datar.
Sebenarnya David juga merasa kesal pada dirinya yang tak kunjung mengatakan perasaannya kepada Sienna. Mendengar Sienna pindah ke Italy saja sudah membuatnya merasa kehilangan, apa lagi nanti ditinggal beneran coba? Sejak ia melihat Sienna yang selalu bersama dengan sahabat kembarannya ini, telah membuatnya jatuh cinta.
Sikap Sienna yang lembut, baik kepada semua orang, tidak sombong kepada siapa saja kalau ia adalah pewaris tunggal perusahaan terbesar dikota ini dan jangan lupa kalau Sienna juga sempat membuat David tambah jatuh hati dengan senyuman lembutnya yang tanpa sengaja David melihatnya bersama dengan Vienna.
Sebenarnya kalau David mau pun, ia bisa menyusul Sienna pindah ke Italy dan juga berkuliah di kampus yang sama dengan Sienna. Kalau saja ayahnya tidak meminta David untuk menjaga kembarannya yang suka berbuat hal yang ajaib, ia pasti sudah menempeli Sienna kemana saja.
"David bisa saja menyusul Sienna kalau dia mau juga sih Vie" ucap Danica membuat Vienna mendapatkan ide aneh.
"Dan, mari kita membuat rencana" bisik Vienna
"Rencana apa Vie?" Danica mulai penasaran. Danica tahu kalau isi otaknya dengan Vienna pasti sama dan juga pasti Danica akan mendukungnya.
"Mari membuat Sienna jatuh cinta dengan kembaranmu itu" bisik Vienna agar David tidak mendengar ucapannya.
"Caranya?"
"Ideku sangat extreme jika kamu ingin tahu"
"Iya apa itu?" tanya Danica kesal
"Gini" bisik Vienna di kuping Danica sampai sebuah teriakan keluar dari mulut Danica.
"Vienna Blaire Cheverly!!! Apa kamu sudah gila?" teriak Danica membuat David melihat kearah mereka berdua.
'Apa lagi rencana mereka berdua kali ini?' batin David tahu kelakuan ajaib kedua gadis itu.
"Segila-gilanya aku gak akan sampai segitunya juga Vie!" rencana Vienna memang diluar pikiran Danica. Jika ide itu hinggap di kepala Danica, yang ada papa dan mamanya pasti akan mencuci otaknya itu sampai bersih.
"Apa lagi yang mau kalian rencanakan?? Jangan sampai membuatku harus ikut permainan kalian seperti sebelumnya!" tegas David. Ia merasa kedua gadis itu merencankan sesuatu yang akan membuatnya rugi.
"Tidak ada yang kami rencanakan kok Dav, ya kan Vie?" Danica mencoba melupakan rencana aneh Vienna.
"I.. iya.. Iya betul" gugup Vienna dihadapan David. Jika David tahu ide gilanya ini, bisa-bisa ia hanya tinggal nama nanti. Vienna masih mau hidup, kuliah sampai lulus, mempunyai pacar dan menikah.
"Awas aja sampai aku harus terbawa rencana kalian yang aneh itu" David pergi meninggalkan mereka berdua.
"Gila.. David kalau marah tetep yah bikin merinding" ucap Vienna merasa lega setelah kepergian David.
"Aku kembarannya aja merinding Vie. Apalagi kamu?" tambah Danica melihat David menjauh.
"Jadi gimana? Mau pakai rencana itu gak?" tanya Vienna semangat.
"Tapi kalau dampaknya besar nanti, aku tak mau ikutan lagi" ucap Danica pasrah dan semangat Vienna memikirkan rencananya.
*****
Setelah Sienna memberi tahu rencananya yang akan pindah kuliah di Italy, Vienna melancarkan seluruh protesnya kepada Sienna. Vienna tidak terima kalau sahabatnya ini harus pindah dan memungkinkan Sienna kembali akan lebih lama, bisa-bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk Sienna kembali pulang. Vienna tak suka menjauh dari Sienna yang sudah ia anggap seperti kembarannya sendiri.
Sienna telah selesai mengikuti mata kuliahnya hari ini dan ia harus mengurus kepindahan kuliahnya dan juga harus mengurusi keperluan lainnya. Mungkin saat menginjak semester baru, Sienna akan melanjutkan kuliahnya di Italy. Papanya sudah mengurus semua keperluan Sienna di Italy, jadi Sienna hanya harus mengurus kepindahan kuliahnya saja sekarang.
Vienna sebenarnya ingin menemani Sienna untuk mengurus administrasi kuliahnya, tapi Vienna masih ada kuliah yang akan selesai nanti sore. Sienna ingin sekali mengabiskan sisa waktunya untuk bersama Vienna. Ia pasti akan merindukan sahabatnya ini jika sudah berada di Italy dalam waktu pasti akan lama.
Setelah selesai dengan administrasi kepindahannya, Sienna kembali pergi keperpustakaan untuk menyelesaikan tugas terakhirnya sebelum kepindahannya. Selama perjalanannya keperpustakaan, Sienna melihat sekeliling universitasnya yang akan ia tinggalkan. Disana banyak pemandangan indah menurut Sienna, "apa nanti disana pemandangannya sama kaya disini?" batin Sienna.
Selama perjalanan Sienna berpapasan dengan David setelah meninggalkan kembarannya serta sahabatnya bersama dengan ide gila mereka. Sienna melihat wajah David yang menurutnya agak berbeda dari biasanya. Karena David sedang memikirkan kepergian Sienna yang mungkin bertahun-tahun. Apa lagi ia belum menyatakan perasaannya kepadan Sienna.
"David" panggil Sienna. Entah kenapa Sienna ingin sekali menghibur pria itu. Padahal selama ini Sienna merasa tidak nyaman jika bersama David. Apa karena melihat raut wajah David yang tidak seperti biasanya membuat Sienna ingin sekali menghiburnya.
David mengalihkan pandangannya kepada seseorang yang telah memanggilnya. Ia begitu mengenal suara yang memanggilnya itu. Pandangan matanya tertuju pada sosok yang telah memanggil namanya. Wajah David seketika bersinar ternyata Sienna memanggil namanya dan juga melihat Sienna sedang menghampirinya.
"Kamu mau kemana?" tanya Sienna yang sudah dihadapan pria itu.
"Aku.." David tidak tahu ia mau kemana karena pikirannya saja tertuju kepada gadis didepannya ini.
"Apa kamu mau menemaniku keperpus?" ajak Sienna dan dianggukan David.
Selama perjalannan ke perpustakaan, Sienna maupun David tidak ada yang memulai percakapan. Mereka terhanyut dalam pemikiran masing-masing. Yang satu akan perasaannya dan yang satu lagi mencari cara membuat pria disampingnya tidak terlalu sedih.
"Buku apa yang mau kamu cari hari ini?" tanya David yang akhirnya memulai pembicaraan.
"Buku tentang Bisnis Management. Itu tugas yang harus segera aku kumpulkan" jawab Sienna
"Apa kamu mau aku bantu?" tawar David yang juga satu jurusan dengan Sienna.
"Terima kasih. Tapi aku ingin mengerjakannya sesuai dengan kempuanku. Kalau kamu mau, kamu bisa membantuku mencari buku referensinya, aku akan sangat berterima kasih Dav" ucap Sienna
"Baiklah" ucap David dan mereka telah sampai diperpustakaan.
David memilihkan buku yang ia anggap sesuai dengan tugas Sienna yang sedang ia kerjakan. David harap bukunya yang telah ia pilih sesuai dengan keinginan Sienna. Mungkin ini awal bagi David bisa dekat dengan Sienna walaupun hanya sebentar.
"Ini buku yang aku pilih, semoga saja sesuai dengan tugasmu itu yah" David menyerahkan 3 buku untuk Sienna.
Sienna melihat isi buku yang David berikan dan ternyata buku yang dipilihkan David merupakan buku yang sesuai dengan tugasnya sekarang. Sienna sangat berterima kasih kepada David. Ia telah menolongnya lebih cepat dari pada Sienna pikirkan.
"Wah, terima kasih David. Kamu memang dewa penolongku" senyum lebar Sienna membuat David ikut tersenyum.
"Apakah ini sesuai?" Sienna pun menganggukan kepalanya.
"Iya sesuai banget malah. Bisa jadi ini jodoh" ucap Sienna membuat David memikirkan kata jodoh.
"Mungkin saja ini takdir" Sienna pun melihat kearah David dengan tatapan matanya yang berbeda dari biasanya. Tatapan mata yang hangat dan lembut.