Chereads / SUPERHERO / Chapter 2 - ]|LAHIRNYA SIMATA MALAIKAT|[

Chapter 2 - ]|LAHIRNYA SIMATA MALAIKAT|[

Di sebuah ruangan dengan penerangan yang remang remang, orang itu mengerang pelan.

kedua tangannya memegangi kepalanya, ia duduk bersimpuh namun berlahan erangan itu semakin berat, ia menggerakkan kepalanya tak beraturan.berdiri sempoyongan.

menabrak meja yang membuat semua benda yang ada di atasnya berantakan, sebuah beberapa buku terjatuh kelantai. ia semakin erat memegangi kepalanya, meremas rambutnya. seolah kepalanya sedang terbakar api, orang itu menundukkan kepalanya ia berlari ke kamar mandi dan membuka keran wastafel. lalu membasahi kepalanya yang terasa begitu panas dan menyakitkan.

tapi rasa panas yang membakar kepalanya tak kunjung hilang. beberapa kali ia membenturkan keningnya di tepian wastafel.

lalu memandang wajahnya yang berubah merah karena darah yang mulai keluar begitu banyak. sebuah teriakan memecah keheningan malah di ruangan itu, dan di susul suara ledakan hebat yang mengakibatkan ruangan itu terbakar hangus.

"Selamat pagi pemirsa, morning news mengabarkan untuk ada berita terkini.

berita pertama kita awali dengan kasus sebuah kebakaran yang terjadi di kota Jakarta, Tepatnya di sebuah apartemen yang ada di kawasan Jakarta Selatan. diduga karena konsleting aliran listrik, sebuah kebakaran telah menghanguskan sebuah ruangan. tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. meski api telah berhasil di padamkan setelah satu jam semenjak peristiwa itu terjadi.."

"Semoga bukan "Dia"..!"

"Dia.?" Seorang laki laki umur dua puluh tahunan bertanya pada temanya.

"Aku merasakan firasat buruk,"

lanjut pria bertopi hitam dan jaket kulit dan celana yang berwana sama hitam itu dengan gamang.

ia masih melihat layar televisi yang ada di depanya dengan seksama, ia yakin betul dengan ketakinannya. Bukan karena arus pendek listrik. tapi apa.. dia sendri masih belum tau pasti.

teman pria bertopi itu masih duduk santai sambil memainkan beberapa kartu Remi di tangan kanannya. jati jemarinya lihai memainkan beberapa kartu,membolak balikan dan kadang denga jari jempolnya ia melempar satu kartu ke udara, dan menangkapnya lagi.

"kalau firasatmu benar akan hal itu," ia menghentikan aksinya beberapa saat dan berdiri dari duduknya,

"Maka, Ini adalah awal dunia Card yang berbeda."

dia berdiri dengan gagah dan penuh rasa senang, Cahaya lampu tak dapat menenggelamkan ketampanannya yang mempesona. dengan Rambut hitam klimis model potongan yang sedang di sukai kalangan anak muda. Kemejan putih lengkap dengan dasi hitam, blazer dan celana yang berwarna sama hitam membuatnya mirip seperti anggota idol group dari negri ginseng itu.

"Aku juga berharap seperti itu. Manusia di jaman ini sudah terlalu jauh melanggar batas antara dunia." pria bertopi itu menyelipkan sebatang rokok di sela bibirnya, antingnya yang bergantung di kedua daun telinganya bergoyang goyang.

lalu tangannya mengambil pemantik api dan menyalakannya, ia hisap kuat kuat rokok itu dengan kuat, seketika asap mengepul dari sela sela bibirnya..

sekali helaan nafas ia hembuskan asap rokok itu keudara...

"Apakah yang lain juga sudah tau tentang kedatangan orang ini.?"

"Entahlah, mungkin hanya beberapa saja, Tak banyak dari kita yang bisa merasakan Cosmo yang sangat kecil, apalagi tentang Ramalan Si Penyihir Bintang.

"Jujur saja," pria berdasi itu melangkahkan kakinya menjauh dari temanya yang sedang menikmati hisapan rokok sampai matanya menyipit,

"Aku tak begitu percaya akan ramalan itu"

"Hemm, itu wajar." ia menjentikan jarinya di batang rokok, lalu abunya berjatuhan ke dalam sebuah wadah kecil bening yang terbuat dari kaca, di sebelahnya patung seekor kucing duduk dengan anngunya, matanya berwarna biru. beberapa buku dan kertas tersusun rapi bersebelahan.

di tengah meja yang lumayan besar itu ada laptop yang sedari tadi masih menyala. di samping kiri prua bertopi itu ada sebuah lemari kecil warna hitam, vas dan bunga yan segar berdiri sejajar dengan sebuah bingkai hitam berisi foto empat orang yang sama sama bertelanjang dada dengan gaya masing masing.

yang menurut mereka waktu itu keren...

"Baiklah," Pria bertopi itu berdiri dengan menghela nafas panjang.

"Sebaiknya aku segera pergi, lagipula sudah waktunya jam makan siang." ia memandang temanya dengan senyum kecil.

"apa kau akan mengumpulkan yang lain?"

timpal pria berdasi itu duduk kembali di kursi hitamnya.

"Untuk..?"

"Entahlah, aku hanya berfikir soal ramalan itu, Andai itu benar akan terjadi dan firasatmu itu benar. hal besar akan terjadi kan.?"

"Mungkin aku harus menunggu beberapa hari lagi, dan menunggu kabar selanjutnya tentang kasus kebakaran itu." ia matikan rokok di tangannya dengan menekannya kedalam wadah bening itu.

"Apa menurutmu lebih baik aku datang ke lokasi kebakaran itu"

"Emm... itu lebih baik."

"hemmffff... Baiklah, Sampai ketemu lagi kalau begitu." lalu pria bertopi itu pergi meninggalkan lawan bicaranya, Membuka pintu dan melangkah keluar dari ruangan.

••••••

sementara itu di tempat lokasi kebakaran,

Seorang pria dengan topeng dengan dua penyaring udara di kanan kiri, matanya yang tajam mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. suasan sudah sepi sore itu, sehingga pria bertopeng itu bisa masuk dengan bebas. tulang pelipisnya sedikit menonjol dan alisnya tipis kecil dan memanjang

perawakannya yang kurus di balut dengan seragam warna abu abu tua, seperti pakaian seorang anggota polisi. baju berlengan panjang, ikat pinggang warna hitam besar, di samping pinggangnya terselip sebuah senapan besar dengan isi dua belas amunisi.

sedang di samping yang lain ikat pinggang itu, terselip sebuah katana berukuran sedang.

berdiam tenang di dalam sarungnya, gagang yang di balut dengan indah, tiga batu berwarna hijau dengan tali tergantung di ujung gagangnya.

"Sepertinya bukan hanya aku satu satunya orang yang ada disini." pria bertopeng itu berkata. Suaranya sedikit tak jelas karena topeng yang ia gunaka.

sebuah gelombang kecil pun seketika muncul di antara langit langit yang sebagian rusak parah karena ledakan.

"Hehehehe... Sepertinya aku tak pandai bermain petak umpet." sebuah suara terdengar, perlahan pemilik suara itu pun muncul di antara gelombang yang terus bergerak,

Daap...!!

suara benturan lantai ruangan denga sepatu hitam pria bertopi itu.

Pria yang ada di depanya pun langsung mundur beberapa langkah dan memasang kewaspadaan penuh, tangan kirinya menggenggam erat sarung katana yang terselip di pinggangnya.

"Bertopeng," kata pria bertopi

"Kau pasti dari kelompok Ninja Moderen."

ia berjalan kesamping sambil bola matanya bergerak mendeteksi setiap sudut yang ada di depanya, lalu ia menendang sebuah kotak besar, seketika kotak itu roboh.

"Ahhh..! Sory, niatnya aku ingin duduk di atasnya, tapi ternyata seperti yang kau lihat, baru kutendang saja sudah hancur."

papar pria bertopi itu. yang di ajak bicara masih diam dan sigap dengan posisi yang sama.

"Tidak lucu kan kalau aku terjatuh karena mendudukinya," Tangannya kirinya memegang pinggiran jaket kulit hitamnya sedang tangan kanannya masuk kedalam jaket itu.

pria bertopeng yang ada di depanya pun, kaget. tangan kanannya langsung menggenggam gagang katana miliknya.

"Rokok.?" ujar pria bertopi menawarkan sebungkus rokok,

"Ahh.!!" Sory, ahahahha. Aku lupa kau memakai topeng itu, Pasti sulit untukmu. Maksudku, dengan topeng di wajahmu itu."

jelasnya dengan mengerahkan tangannya di sekitar wajahnya. lalu ia pun menunduk melihat bungkus rokok, dan mengecek isinya.

"Soal,! Rokokku tinggal sebatang." gerutunya. sebatang rokok terselip sudah di antara kedua bibirnya. lalu ia meremas bungkus rokok itu dan membuangnya kesamping,membentur dinding yang hangus dan kemudian jatuh kelantai.

"Katakan padaku," kepulan asap putih keluar dari mulutnya.

"Siapa yang menyuruhmu?"

"Bukan urusanmu!"Jawabnya ketus.

"Ayolah, jangan terlalu serius seperti itu," tangan kirinya masuk kedalam saku sedang tangan kanannya masih memegang rokok.

"Baiklah, lagipula aku tidak ada urusan denganmu." ia mengecek lagi sekeliling ruangan itu. Benar benar kacau.

"Dilihat dari kondisinya, Sepertinya ledakannya cukup hebat." ujarnya dengan memandang tembok yang retak di mana mana.

"Sebenarnya apa tujuanmu kesini?!"

"Aahhhh... Aku hanya kebetulan lewat saja," jawabnya santai tanpa melihat lawan bicaranya.

"Kau cukup berani dengan membelakangi ku."

Pria bertopeng itu pun melesat cepat sambil mencabut katana dari sarungnya, dan sebuah sabetan kilat berhasil memotong tubuh pria bertopi itu. Namun perlahan tubuh itu bergerak seperti gelombang, bergoyang goyang dan hilang perlahan.

"Sial!" Gerutunya. dengan cepat dia pun mencabut senapan yang menggantung di pinggangnya, dan mengarahkan ke segala penjuru Ruangan.

"Disana..!"

DOORR!!.

Sebuah peluru menghantam tembok sudut ruangan.

Hening,

Lagi, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan sambil memutar tubuhnya.

"Kau cukup pintar berpura pura ternyata."

"Ahh..Tentu saja tidak."

DOORRR.!!

"Apa kau bermaksud menghancurkan tempat ini.?" Suara itu menggema di ruangan yang sempit dan temaram.

"Kalau itu perlu untuk membunuhmu.!"

"Jangaann, Nanti kau bisa menyesal."

API...!!

Tiba tiba ia muncul dengan berjongkok di depan bertopeng itu. dan telapak tangan kanannya melesat cepat mengarah ke wajah pria bertopeng itu. percikan percikan bunga api kecil berterbangan di sekitar tangan kanannya. telapak tangannya terlihat jelas seperti terbakar.

Pria bertopeng itupun terperanjat kaget dengan serangan yang datang dari posisi yang tak terduga , iapun denga cepat membanting tubuhnya kebelakang dan berputar ke kanan sambil tangannya menarik pelatuk senapan yang ada di tangannya.

DORR!!...

Lalu tubuhnya terjatuh beberapa langkah kebelakang, Namun dengan sigap dia kembali memasang posisi, kali ini ia masih berjongkok. kaki kirinya menjulur ke depan tangan kanan mengarah ke depan, sedang tangan kirinya berada di balik punggungnya.

Celananya sedikit kotor, terkena debu,

dan kerah bajunya sedikit mengeluarkan asap putih. Terbakar.

Sedang pria yang di depanya pun sekarang sama sama sigap, dan tangan kanannya mengepulkan asap. keduanya saling beradu pandang. Diam.

sementara seekor burung tiba tiba hinggap di jendela, kepalanya bergerak acak dan patah patah. kepalanya miring matanya memandang kedua orang yang sedang sama sama diam. entah menunggu apa mereka.

lama burung itu memandang, mungkin menebak atau sedang membaca situasi yang terjadi di depanya.

Angin berhembus cukup kencang sehingga membuat sang burung terbang pergi meninggalkan kedua orang itu

tapi bersamaan kepakan sayap pertama sang burung, kedua orang itu sama sama melesat, maju secara bersamaan seolah kepergian burung itu adalah kode yang di sepakati bersama untuk memulai sebuah pertarungan.

Sabetan katana dengan mudah ia hindari. sehingga hanya menggores angin.

ia melopat sambil berputar kesamping, dan menghantamkan tinjunya ke arah pria bertopeng, seketika Api melesat menghantam pria bertopeng.untuk menghindari serangan itu, ia bergerak ke arah yang berlawanan dari musuhnya. kaki mendarat kelantai dan langsung tenggelam seolah ditelan lantai ruangan itu. Dan Hilang.

"Ahh.!Kau main petak umpet sekarang.."

Ucapnya dengan senyum, telapak tangannya menempel erat ke lantai.

"Kekuatan 🔥 api tingkat kedua," ia mengerahkan kekuatan di tangannya.

"GELOMBANG API!!." hentakan kekuatan meretakkan lantai ruangan itu, sedang api semakin membesar memenuhi Lantai ruangan itu.

Tapi sebuah Gelomban lain memotong gerakan api si pria bertopeng itu. Gelombang angin yang tercipta sanggup melindunginya dari serangan gelombang api si pria bertopi.

Tak ingin menyia nyiakan kesempatan, ia langsung bergerak cepat kearah asal gelombang itu, tangan kirinya terkepal dan. "Tinju Api!!"

Pria bertopeng itupun terpental menabrak kaca jendela dan terlempar jauh keluar ruangan. Topengnya hancur terbakar,

Tubuhnya menghantam tepian dinding apartemen di seberang. dengan sigap tangannya meraih pinggiran dan bergelantungan.

ia merasakan hawa panas masih membakar wajahnya. dengan sekuat tenaga ia bertahan dan naik perlahan.

musuhnya hanya memandangnya dari Ruangan yang telah menjadi semakin berantakan.

lalu menghilang di balik dinding yang masih mengepulkan asap tipis.

"Aahhh... haaaahh. aahh.. Sialan Orang itu, Kuat juga ternyata dia." ia mencoba mengamb.nafas yang terpotong".

ia pun Duduk bersandar setelah susah payah memanjat masuk kedalam lorong apartemen itu.

Berlahan ia lepaskan topeng yang sebagian sudah rusak terbakar. kulit pipi di sebelah kiri sampai keatas alisnya terasa panas. Sakit, Perih. terdapat guratan dan warna yang sedikit berbeda di wajah pria itu.

setelah beberapa saat duduk untuk mengatur dan mengambil nafas, akhirnya ia berdiri dengan tertatih.

ia tak hiraukan kemana pedang katananya atau dimana senapannya.

Yang ada di otaknya sekarang adalah untuk segera kembali ke markas. dan melapor kepada ketua kelompok Ninja Moderen.

Sepertinya benar tentang ramalan itu.

tentang kehadiran seorang yang akan mbawa kehancuran dan kedamaian. Didunia Card

Sementara Martin, Si Pria Bertopi hitam mengendarai Motornya dengan santai. menyusuri jalan Jakarta yang tak terlalu padat. tiba tiba suara dering telfon terdengar. Martin pun menghentikan laju motornya,

"Haloo.!"

"Gimana soal tempat itu ?" Tanya seseorang di ujung telfon.

"Ahhhh... iyaa, Aku baru saja dari sana. dan."

"Dan Apa.?"

"Sepertinya benar soal ramalan itu, dan soal firasatku."

"Ada orang lain?"

"Yaaa.. Dari kelompok Ninja Moderen, Mereka juga sudah bergerak."

"Hanya satu.?"

"Yang aku temui hanya satu, Entah kalau ada kelompok lain yang melihat dari kejauhan."

"kau berkenalan dengannya.?"

"hahahaha..Aku memberinya sedikit tanda perkenalan."

"Seberapa besar?"

"Aaahahahaha.. Cukuplah untuk mebuatnya punya alasan untuk mengingatku seumur hidup dan mencari ku.."

"Hahahaha...Ternyata kau masih gila seperti dulu Martin."

"Aaahh.. jangan seperti itu, di banding denganmu. Aku belum seberapa. Siapa yang tak kenal Satria. Si beruang Salju.!."

"Ahahah itu hanya masalalu Martin, Masalalu.."

"Masalalu yang akan di ingat Banyak orang."

"Sudahlah, jadi kau akan mulai bergerak sendiri atau mau dengan kelompok.?"

"Mungkin malam ini aku akan mulai mengumpulkan yang lain.."

"Baiklah, Kalau Butuh sesuatu, Kau tau dimana aku. Martin si kuda Api.."

Tuuuttt...tuuutt..

"Sial, dia menutup telfonnya duluan."

Pria berdasi hitam yang bernama Satria itu memasukan Handphonenya kedalam sakunya. Lalu berjalan keluar ruanganya, Diluar ruangan Satria berpapasan dengan beberapa Karyawan ya.

semua memberi salam dengan sedikit membungkukkan badannya.

Satria menyusuri Lorong dan melewati ruang demi ruang. ia merogoh sakunya dan mengeluarkan handphonenya.

"Halo, Siapkan mobilnya, Aku ingin Pergi kesuatu tempat." Satria memberi perintah kepada sopir pribadinya.

"Baik pak.!" jawab sopirnya dengan sigap.

Satria kembali memasukan handphonenya

lalu melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

Mobil Satria melesat membelah langit Jakarta yang sudah mulai merambat berubah warna menjadi gelap.

lampu lampu jalan mulai menampakan sinarnya yang kemayu,

Martin pun memutar gas motornya untuk menambah kecepatan. motor besarnya menderu, melewati beberapa mobil dan kendaraan lain yang seperti sudah mulai lelah setelah beraktifitas seharian.

Hawa mulai terasa dingin.kepulan asap kenalpot meninggalkan jejak Martin.