"A-aku pikir ... kau bercanda, ha-ha-ha," ucap Yena tertawa kaku.
"Aku serius."
Dua kata yang membuat hatinya mendadak bising. Seulas rona kemerahan menghiasi pipi sampai ke telinga. Kali ini, Yena benar-benar bingung. Fakta bahwa dirinya adalah seorang manusia yang mewarisi darah elve juga sangat mengejutkan. Sekarang, malah dituntut untuk memilih tinggal dengan ayahnya atau ikut bersama takdirnya, yaitu Hazard.
"A-aku tak tahu. Aku bahkan belum sempat memikirkannya lebih jauh."
Pegangan Hazard dilepas. Ketara sekali raut kecewa tercipta di wajahnya. "Aku tahu ... dan mengerti. Memang sangat sulit untuk memutuskan sesuatu seperti itu," lalu tersenyum sesaat dan kembali berjalan keluar pintu.
Sedetik kemudian Hazard berhenti lagi tanpa menoleh. "Kau bisa mengunjungi ayahmu kapanpun kau ingin. Aku tidak akan melarangmu," pungkasnya dibarengi dengan helaan napas, kemudian segera berlalu meninggalkan Yena.
***