Chapter 07 : Kenalan...
*Author POV*
Dengan air mata yang mengalir dikedua pipinya, dia bergegas meninggalkan Elang sendirian di tengah-tengah aula yang sekarang dipenuhi oleh murid murid yang mulai memasuki kelas mereka masing masing.
Anak baru itu tentu merasa sangat bersalah padanya, dia tidak berpikir, candaannya akan berdampak sejauh ini.
Dia kemudian, mengikutinya ke kelasnya, tetapi ketika Elang baru saja akan memanggilnya, seorang anak laki-laki menariknya ke dalam pelukannya
Wajah si gadis terlihat melembut, ketika anak laki-laki itu memeluknya, jadi Elang kira mungkin lelaki itu pacarnya
Tidak lama kemudian, pasangan itu memasuki kelas mereka, Elang merasa seseorang menepuk pundaknya, dia berbalik untuk melihat pria paruh baya, dengan label nama di dadanya, yang bertuliskan Kepala Sekolah.
Pria paruh baya itu, bertanya kepadanya
"Ehhh...Anak muda, kenapa kamu masih di sini ? Kamu pengen dihukum kayak gimana ? HMMMM ?!"
Nadanya yang tegas sontak membuat Elang sedikit terkejut
"Aku..aku minta maaf pak, aku baru di sini" jawabnya
"Kalau begitu, ikut bapak untuk mengisi beberapa formulir di kantor bapak"
Dia hanya mengangguk
"Ganteng ganteng kok cengeng sih, lap dulu air matanya, malu sama yang lain. Kayak baru pertama kali sekolah aja kamu"
Ketika dia menyentuh matanya, memang benar apa yang dikatakan lelaki tua itu, dia menangis, tetapi mengapa ?
Setelah mengisi beberapa formulir, pria setengah baya bernama Mamat tadi meraih teleponnya untuk memanggil salah satu guru.
Pintu diketuk, dan seorang pria paruh baya yang sangat tinggi berjalan masuk, mereka mengobrol sebentar, kemudian Pak Mamat menunjukkan bahwa orang yang baru saja masuk adalah Pak Cahyo, wali kelas dan Guru Olahraganya.
Dia berjalan ke kelas barunya bersama Cahyo dan seorang murid baru lainnya, yang merupakan anak laki-laki sepertinya.
Begitu dia sampai di sana, dia terkejut melihat bahwa kelas barunya, adalah kelas yang sama dengan gadis tadi dan pacarnya masuk sebelumnya.
Dia dan bocah lelaki lainnya, saling berkenalan sebentar dan bertukar nama sebelum Cahyo menyuruh mereka masuk.
Dan tepat ketika dia masuk, gadis itu berdiri di sana di depannya, di samping Cahyo, menatapnya dengan sedikit kaget bercampur kemarahan yang melintas di matanya, lalu mengalihkan pandangannya.
"Silahkan perkenalkan diri kalian masing masing, asalnya darimana, umur berapa, dan alasan pindah kesini"-Cahyo
"YOO..WAZZUUPP GUYS..Kenalin My name is Mark Jourell, panggil aja Mark, gua dari Canada, gua 17 years old, gua pindah kesini cuz Daddy gua lagi ada kerjaan disini, hope we can be good friends"-Mark
"Ey, gua Elang Wira Dirgantara, Elang aja singkatnya, gua dari LA tapi asli sini, gua 18 taun, gua kesini cuz mau nuntasin masalah keluarga"-Elang
"UUUUUU..APAA TUCH"-Arga
//Tak//
"Berisique, Ga"-Daniel, menggetuk kepala teman sebangkunya dengan botol minumnya, si empunya hanya bisa meringis kesakitan
Lamunan Kekeiy dibuyarkan oleh Cahyo, untuk menyuruhnya kembali duduk ditempatnya
Mark duduk disebelah Arga dan Jaya, dibelakang Kekeiy dan Meri, sementara Elang berada disamping kedua gadis itu
Bisakah hari ini bertambah buruk lagi ?, batin Kekeiy
"Hai"
Elang berusaha memulai percakapan dengan sang gadis, namun tak ada mendapat balasan darinya, entah itu jawaban yang keluar dari bibir mungilnya ataupun hanya sebuah anggukan kecil
Ia menghela nafas, sementara Meri menatap keduanya bingung, apa mereka sudah saling mengenal ? Apa yang terjadi dengan kalian ?
Otaknya yang hampir sebesar otak udang itu terus memikirkannya hingga tak menyadari bahwa bel istirahat telah berbunyi dimana sahabatnya langsung menariknya pergi keluar kelas
Elang lagi-lagi menghela nafas, tapi kali ini lebih panjang dari sebelumnya, entah bagaimana caranya ia dapat berbaikan dengan gadis itu
Ia bingung apa yang harus ia lakukan untuk berdamai dengannya, ia mengacak ngacak rambutnya, menandakan ia sedang frustasi, membuat perhatian beberapa murid teralih padanya
Seketika sebuah ide muncul dari otaknya, ia bergegas menuju kantin, mencari seorang insan untuk berdamai
*Author POV Ends*
*Alin POV*
Hari ini, sama saja seperti hari hari yang telah kulalui selama 19 tahun terakhir, tak banyak yang berubah
Yang kutahu pasti tak akan berubah ialah perasaan ku pada seorang putri direktur utama perusahaan terkenal di Jakarta, Keiysy namanya, namun aku lebih suka memanggilnya sayang dibanding Keiy
Kutemukan kedua orang tuaku sedang menyantap sarapan didapur dikelilingi pelayan pelayan yang sudah bekerja dirumahku lebih dari 30 tahun lamanya, ya mereka memang cukup berusia sekarang
Namun, itu tujuan keluargaku semakin lama mereka bekerja pada kami, semakin percaya kami kepada mereka
Omong-omong ibuku merupakan seorang gadis pengusaha yang tak terlalu besar dan ayahku adalah putra satu-satunya konglomerat yang termasuk kedalam 5 orang terkaya dan tersukses didunia
Ibuku memulai hari dengan omelan seperti biasanya
"Alin ?"
"Iya, bu"
"Kamu sudah siap ?"
"Sudah, setelah sarapan Alin langsung berangkat sekolah"
"Bukan itu yang ibu maksud sayang, apa kamu sidah siap menikah ?"
"Ibuu~ Alin masih berada dikelas 2 SMA..Baru saja beranjak 18 tahun"
"Sayang, kamu sudah hampir menginjak usia 20 tahun, lebih cepat menikah, lebih cepat kamu mempunyai keturunan"
"Alin masih ingin sekolah, Alin masih ingin kerja, ingin menikmati masa muda yang hanya datang sekali seumur hidup"
"Kalau Alin menikah, Alin juga masih bisa melakukan semua hal itu kok, dan akan lebih menyenangkan karena kamu mempumyai istri yang akan menemani kamu"
"Alin tahu, Bu..Alin hanya tidak ingin tergesa-gesa"
"Apa kamu mau melajang seumur hidupmu ?"
"Bukan seperti itu, Bu..Alin akan menikah tapi nanti pada saat waktunya..Jikalau waktunya tepat dan Alin sudah matang mempersiapkan semuanya, barulah saat itu Alin akan meminang Keiy"
"Alin juga yakin kalau Keiy tidak ingin menikah diusia belia, kami masih remaja, Bu"
"Ayah dan Ibu juga menikah diusia kalian loh, apa kamu tidak iri ?"
"Tidak, Alin bangga menjadi diri Alin sendiri..Ali tidak perlu mengikuti jejak siapapun..Alinbisa melakukannya sendiri dengan kemampuan terbaik yang Alin miliki"
"Jadi, tolong Ibu, Ayah, jangan paksa Alin menikah lagi ya..Alin nggak suka terpaksa menikah..apalagi kalau bukan dengan Keiy"
"Begini, Lin..."
Akhirnya, Ayah angkat suara
"Kamu tahu betul bagaimana nenek dan kakekmu serta kerabat kerabatmu yang lain, kalau mereka sampai tahu kamu menyukai gadis dengan status dibawah kita"
"Tapi, Ayah kenapa kita harus melihat orang dari statusnya ? Kita hanyalah manusia biasa yang tak sempurna, mengapa Alin hanya diperbolehkan menyukai gadis gadis bangsawan ataupun konglomerat saja ? Padahal mereka tak memiliki sopan santun dan hanya mengincar harta kita ?"
"Karena, keluarga ayah berpikir begitu dan itu sudah menjadi kepercayaan keluarga kita sekarang, bahwa kita tidak boleh mengecewaka arwah leluhur kita"
"Tapi, ayah itu konyol..Itu sudah berabad abad lamanya..Sekarang sudah modern, situasi sekarang dan masa lalu tidak bisa disamakan"
"Ayah tak ingin ada perdebatan lagi, diskusi selesai..Sekarang pergi kesekolahmu, Ayah yang antar"
"/hhh/ Baik, Ayah"
Sepertinya Ayah akan mengadakan pawai lagi
Terkadang, aku berpikir kenapa aku dilahirkan dalam keluarga penuh dengan kepercayaan yang kuno..Aku ingin dikehidupan selanjutnya untuk menjadi orang yang sederhana
*Alin POV Ends*
---------------♡--------------