Chereads / The Secret Of Destiny / Chapter 6 - 1.5 Deather : "Hatiku Akan Selalu Bersamamu"

Chapter 6 - 1.5 Deather : "Hatiku Akan Selalu Bersamamu"

Di sebuah kamar mewah bergaya Eropa terdapat dua orang yang terlihat sangat serasi.

Sang pria dengan kuat menggenggam tangan sang wanita, sepertinya dia sedang menunggu kekasihnya yang sedang koma. Sang pria memiliki wajah yang dekaden dan sedikit kusam terlihat dia sudah menunggu kekasihnya itu untuk waktu yang cukup lama.

Wanita yang sedang terbaring memiliki surai pirang yang sangat panjang hingga mencapai punggungnya. Bulu matanya lebat dan lentik bergetar seiring waktu saat wanita itu bernafas seperti sepasang sayang kupu-kupu yang sedang mengepak. Bibirnya berwarna pucat karena kekurangan darah berbeda dengan kulitnya yang memiliki sedikit lebih banyak warna meskipun masih sama-sama pucat, pembuluh darah terlihat menonjol diputihnya kulit sang wanita.

Tiba-tiba pria yang sedang dengan tenang menjaga wanita itu melonjak kaget hingga kursi yang didudukinya terjatuh.

Bagaimana tidak terkejut dia yang sudah putus asa tentang keadaan kekasihnya yang memiliki kemungkinan tidak akan bangun itu tentu terkejut saat merasakan sedikit gerakan kecil dari tangan kekasihnya.

Namun itu dengan cepat berganti menjadi rasa senang.

Dengan cepat duduk, dia memperhatikan dengan seksama gerakan kekasihnya itu.

Wanita itu sepertinya sedikit kewalahan untuk membuka matanya, hingga akhirnya kelopak matanya terbuka memperlihatkan sepasang manik berwarna merah berkilaun.

Menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk ke matanya, akhirnya wanita itu bisa melihat dengan jelas. Tapi sebelum dia bisa melihat sekeliling, dia lebih dulu merasakan basah ditanganya.

"K-kau akhirnya bangun." sayup - sayup wanita itu mendengar suara serak pria itu yang terus membisikan hal yang sama. Basah ditanganya membuat wanita itu sadar bahwa pria itu sedang menagis.

Tapi dia sangat terkejut, jika tidak merasakan tanganya yang basah dia mungkin tidak akan menyadari keberadaan pria itu yang sedang duduk sisinya.

Dengan lemah dia memutar kepalanya untuk lebih bisa melihat wajah pria itu.

"K... Kenapa kau menangis." ucap wanita itu dengan suara serak. Dia ingin menagis saat mendengarnya, bagaimana mungkin suaranya menjadi begitu serak?

Mendengar wanita itu memanggilnya pria itu ingin berhenti menagis namun air mata tidak bisa berhenti mengalir dari matanya.

"Aku senang kau sudah bangun," ucap pria itu dengan suara yang sedikit serak, dirinya yang sudah lama membayangkan pertemuan mereka berkali-kali tidak pernah berfikir bahwa saat kekasihnya itu bangun dia tidak bisa mengatakan apa-apa selain hal itu.

Melihat dia yang terus menangis wanita itu tidak merasakan jijik, baginya tidak apa-apa bagi pria untuk menagis karena baginya itu berarti bahwa perasaan yang dikeluarkannya tulus. Siapa bilang pria tidak boleh menagis, mereka sama-sama manusia yang memiliki perasaan rapuh yang sama-sama perlu dijaga.

Memperhatikan pria itu yang terus menangis, akhirnya dia membuka mulutnya dan berkata dengan suara serak. "Berhentilah menangis, aku ada disini. Kau terlihat jelek saat menagis." Mendengar suara serak yang di keluarkannya membuat wanita itu ingin menagis, jika pria itu tidak berhenti menangis mungkin dia juga akan ikut menangis bersamanya.

Ucapan wanita itu sepertinya berhasil menarik pria itu dari kesedihannya.

Benar sekarang dia sudah bangun dan ada di sisinya untuk apa dia menangis harusnya dia sangat senang sekarang.

Mendapatkan kembali emosi normalnya, dia melihat kearah wanita itu yang masih melihatnya dengan bingung dan tersenyum lebar. Akhirnya wajahnya yang terlihat suram memiliki sedikit cahaya.

"Senang kau sudah bangun Clara." Clara yang mendengarnya sedikit bingung dan pusing dia tidak bisa mengingat apapun selain bahwa dia bangun disini bersama seorang pria disampingnya.

"Emm aku?" Tanya Clara dengan sedikit aneh. Akhirnya pria itu melihat ada sesuatu yang aneh pada kekasihnya itu.

"Apakah kau tidak ingat?" Pertanyaannya malah membuat Clara semakin pusing.

"Namamu Clara Amelia dan aku Liam Wilson." Setelah mendengar ucapan pria itu dia yakin bahwa dia tidak berbohong, tapi dia semakin penasaran apa hubungan di antara mereka karena sepertinya mereka sangat dekat.

"Apa hubungan kau denganku?" Pertanyaan Clara berhasil membuat pria itu tertegun dengan batuk lembut dia menjawabnya.

"Tunangan. Sebelum kau terluka kita adalah tunangan." Mendapatkan jawaban dari pertanyaannya Clara akhirnya mengerti hubungan mereka. Lagi pula dia tidak merasa asing dengan Wilson. Seperti mereka telah lama bersama.

Namun soal tunangan, dia tiba-tiba menemukan sesuatu yang aneh.

"Tunggu kau bilang sebelum aku terluka kita tunangan lalu berarti kita bukan tunangan sekarang?" Dengan cepat bertanya Clara menunggu jawaban dari pria di hadapannya itu.

"Tidak bukan begitu. Maksudku kita belum mengadakan acara pertunangan sebelumnya jadi aku akan mengadakannya kali ini," jawaban cepat Wilson berhasil meredakan sedikit kebingungan Clara.

"Apakah kau ingin duduk?" Tidak menunggu Clara menjawab dia sudah lebih dulu mengangkatnya dengan hati-hati dan membaringkanya dengan posisi duduk.

Lalu meletakkan bantal dibelakang punggung Clara agar punggungnya tidak sakit, Wilson baru bisa duduk dengan tenang setelah memastikan bahwa semua hal telah di atur dengan benar.

Clara yang melihatnya hanya bisa menahan tawa saat melihat perilaku serius Wilson yang dia anggap imut. Meletakkan tangannya dengan lembut di tangan Wilson yang besar.

"Apakah aku bisa memanggilmu Wilson?" Clara dengan lembut berbicara padanya, Wilson yang melihatnya tersenyum pada Clara.

"Tentu." Sebagai tanggapan Clara tersenyum kepada Wilson. Dia entah kenapa telah merasakan rasa akrab dan nyaman saat berada didekatnya.

Hanya saja itu selalu terasa janggal karena dirinya yang tidak memiliki ingatan.

"Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun? Apakah ini berhubungan dengan kecelakaan yang kau katakan tadi?"

Sejenak Wilson diam termenung Clara yang tau dia sedang berpikirpun ikut diam. Hingga Wilson akhirnya berbicara.

"Enn, kau terluka saat kita sedang melarikan diri dari pembunuh bayaran. Kepalamu mengalami benturan keras yang menyebabkan kau amnesia itu yang dikatakan dokter sewaktu memeriksamu. Tapi aku tidak tau bahwa kau akan koma selama itu," suara Wilson menjadi bergetar di akhir ucapannya terlihat betapa besar pukulan yang didapatkannya karena keadaan koma Clara.

"Berapa lama aku koma?" Setelah sekian lama dia akhirnya hanya bisa menanyakan hal itu kepada Wilson. Wilson mengerti perasaan Clara saat ini dia pasti sangat bingung dan takut karena tidak memiliki ingatan.

"Kau koma selama 3 bulan," Terang Wilson padanya, Clara sangat terkejut bagaimana bisa dia koma selama itu. Pantas saja suaranya sangat serak.

Sebelum dia bisa bertanya lagi, dia merasakan tangan yang telah digenggamnya ditarik dan pindah kepinggangnya. Dengan sedikit tarikan lembut Clara akhirnya terkubur dipelukan Wilson. Dia bisa merasakan hembusan nafas pria itu yang mengenai lehernya. Kepalanya yang terkubur dilehernya membuatnya geli.

Wajah Clara perlahan memerah, walaupun dia tahu bahwa mereka adalah tunangan namun itu sangat memalukan baginya. Untung saja tidak orang selain mereka di ruangan ini.

"Wi-Wilson lepaskan aku, bagaimana jika ada orang yang masuk?" Rona merah semakin menyebar diwajah Clara saat dia merasakan kecupan lembut dilehernya.

Wilson yang sudah nyaman dengan posisi itu tentu saja tidak ingin melepaskan wanita dipelukanya itu. Dengan kepala masih terkubur dileher Clara dia berbicara.

"Tunggu sebentar, aku masih ingin memelukmu. Biarkan aku begini sebentar," bujuk Wilson yang dihadiahi sebuah pelukan lembut dari Clara.

Yah seharusnya dia bisa membiasakan diri lagi pula dia akan menghabiskan banyak waktu bersamanya.

Sedangkan berbagai pertanyaan dikepalanya itu bisa ditanyakan nanti. Sekarang dia pun ingin menikmati pelukan lembut dari Wilson.

Karena terlalu banyak mengerahkan tenaga tadi sekarang Clara sangat mengantuk dan ingin tidur ditambah sebuah pelukan hangat dari tunangannya, dia akhirnya tidak bisa menahan kantuk dan tertidur.

Wilson yang tidak mendengar suara kekasihnya lagi itu melepaskan pelukannya dan melihat tunangannya yang sudah tertidur, dengan senyum lembut dia memindahkan posisi Clara agar lebih nyaman dan membawa wanita itu kedalam pelukannya dan tertidur bersama kekasihnya.

Teater Kecil.

Cherry : "Hari ini kita kembali lagi dengan orang baru sekaligus tidak. Liam Wilson sebagai 'tunangan' Clara."

Cherry : "Mari kita langsung mulai saja.. Ekhm... Sejak kapan Clara menjadi tunanganmu?"

Wilson : "Tentu saja *takut spoiler*"

Cherry : "Apa kau bisa mendengarnya dengan jelas Clara?"

Clara : "..."

Cherry : " Clara?"

Clara : "..."

Cherry : "Baiklah, mari kita akhiri teater kecil chap ini. Sampai jumpa di chap selanjutnya."