Chereads / The Flame To Flare / Chapter 2 - Chapter 1 : Unleashed Myself

Chapter 2 - Chapter 1 : Unleashed Myself

Evera's POV

Siang ini, Evera hendak menemui teman sekelasnya-Wyatt, untuk melihat arena Go Kart yang dia bangun di lantai teratas parkiran Tomorrow Mall. Sudah berapa hari ini Wyatt memintanya dengan tatapan puppy eyes yang tidak mungkin bisa dia abaikan. Dengan berat hati karena meninggalkan kucingnya sendirian di apartemen, Evera menaiki setiap lantai parkiran dengan cepat, sambil menghubungi nomor temannya itu.

"Yo, kamu di atas kan? Awas aja, kalo sampe boong, capek woy, naik berapa lantai ini", ujar Evera sambil terengah-engah

"Ya ampun, kamu udah di sini? Bentar-bentar aku turun ini..Kamu di lantai mana, Eve, my baby?"

"Gak usah ke sini, biar aku naik sendiri. Lantai paling atas kan?"

(Cuman kamu aja, Wyatt yang aku biarin manggil aku 'Baby'. Kalau bukan karena kamu super duper baik, gak akan ada kata teman di dalam kamusku).

"Iya aku di lantai paling atas ini. I can't wait to see you!"

"Yeah, baru aja padahal kita ketemuan berapa hari lalu. Ya udah aku tutup dulu. Aku di lantai 4 masihan"

"See you later, Eve baby!"

Eve menutup telponnya. Melihat sekilas beberapa lantai yang harus dia naiki, dia mengumpat pelan sambil tetap berjalan. Kalau saja waktu itu Wyatt tidak menolongnya karena dirundung satu kelas, dan menemaninya di setiap istirahat, atau mendengarkan apapun itu permasalahan yang dia miliki, tidak mungkin dia di sini sekarang. Eve sadar bahwa dirinya bukanlah anak yang suka bersosialisasi dan menarik banyak teman.

Wyatt sering mengatakan bahwa salah satu alasan ini kerap kali terjadi di setiap sekolah Eve tempati, karena faktor fisiknya yang cantik, memiliki kepintaran lebih dari anak seusianya dan vibe yang unreachable. Sesuatu yang membuat banyak anak-anak di kelasnya menjauhinya. Tapi sebenarnya di luar itu semua, Eve sebenarnya tidak membenci mereka. Hanya saja, kesannya yang dingin membuat orang salah paham.

Larut dalam pikirannya, tak terasa Eve sudah mencapai lantai teratas parkiran. Dari ekor mata sebelah kanan, dia melihat seseorang lelaki seusianya, rambutnya dicat warna coklat kemerahan, dengan hoodie hitam yang melebihi size badannya, dan celana jins yang sobek, melambai-lambai kepadanya dengan girang.

"Eve, my baby!! You came!!", teriak Wyatt dengan histeris sambil berlari ke arah Eve untuk memeluknya.

Ketika Wyatt memeluknya dengan erat, aroma parfum lelaki yang sangat kental membuat hidung Eve agak terganggu, namun aura yang terpancar dari temannya itu membuatnya tenang. Entah mengapa bersamanya saja membuat Eve melupakan sejenak beban masa lalu yang selalu menghantuinya. Di luar kesan di luar yang hangat dan ceria, Eve tahu bahwa Wyatt juga menyimpan rahasia besar yang mungkin sama kelamnya dengan rahasia yang dia simpan. Tapi itu off limit. Eve tahu ada batasan untuk hubungan pertemanan. It's better this way.

"Eve? Kamu gak papa? Eve, do you hear me?", suara Wyatt yang murni khawatir membuat Eve kembali sadar dari lamunannya.

"I'm sorry, aku tadi..ngelamun, hehe. Don't mind it. Gimana, itu trek mu?", menunjuk arena Go Kart dengan bibirnya.

"Oh, right on time. Aku sudah memanaskan mesin Go Kartnya, dan siap untuk kamu coba. Ayo, sini sebelum kamu mencobanya, aku ingin kamu menemui seseorang terlebih dahulu"

"You never said kalo ada orang lain ke sini? Aku pikir ini percobaan perdana dan cuman kita berdua aja?"

"No, no, kamu benar. Ini memang pertama kalinya aku meminta orang lain mencoba berkendara di arena Go Kart ini. Hanya saja, ada-", ucapan Wyatt terputus ketika sosok lelaki berdiri dari balik meja konter pendaftaran Go Kart, tanpa berbalik badan.

"Dia cewe yang kamu bicarakan berapa minggu ini?", tanya lelaki itu sambil membetulkan kancing kemeja lengan panjang hitam yang dia kenakan.

Entah kenapa, dalam sekejap, Eve merasa ada yang beda. Aura lelaki ini begitu kuat. Melihat punggungnya saja membuat seluruh bulu kuduk di tengkuknya berdiri. Sudah lama dia tidak merasakan aura yang begitu mencekam dan memaksanya untuk menunduk. Seolah ada tangan tak kasat mata yang menekan kepalanya, Eve akhirnya menurunkan pandangannya hingga ke lantai.

Wyatt menggenggam tangan Eve dengan erat seolah ingin memberikan support dan rasa aman bahwa dirinya tidak sendirian, "Iya, kenalin namanya Evera Nash. Eve, kenalin, dia saudara tiriku, slash teman terdekatku, Sian Duncan".

Saat lelaki itu berbalik badan, Eve tergerak untuk menatapnya. Di luar ekspektasi, mata lelaki itu terlihat lembut, namun juga tajam. Fitur Asian boy yang begitu kental layaknya bintang idola K-Pop, membuat nafasnya tidak karuan.Lelaki itu tidak begitu tinggi namun cukup tinggi jika berada di sampingnya.

Meskipun tubuhnya cenderung kurus dibandngkan Wyatt atau teman-teman sekelasnya, namun Eve menebak kekuatannya juga besar, melihat otot pahanya yang cukup besar. Rahang dan tulang pipinya sangat menonjol, membuatnya perfect untuk dijadikan model cover majalah atau artis.Bibirnya merah alami dan sexy.Dia ini layaknya epitome dari karya magnificent, karya terbaik Tuhan. Ketika dia menatap Eve, dunia seolah berhenti, dan hanya ada mereka berdua yang sedang menatap satu sama lain.

(Damn, dia ini whole package banget, dah.Kok bisa ada lelaki yang begitu indah, begitu tampan, begitu...hot, dan fragile. Auranya menyuruhku untuk hormat padanya, namun entah kenapa aku justru ingin merasakan rambutnya yang terlihat halus. Highlight silver di ujung poni itu, I wanna touch it, and then...his lips..I wanna taste it..so bad).

"Huh, she's way too pretty for you, Wyatt. Aku gak yakin dia bisa mengendarai mobil Go Kart tanpa menabrak pinggiran trek", suara lelaki itu memutus koneksi yang Eve rasa sempat menyambung dengan lelaki itu.

(Excuse me? Ini pujian apa sindiran sih? Apa yang aku pikirin tadi juga? Bisa-bisanya aku sempat berfikir bahwa dia belahan jiwaku. Syukur aku menyadarinya dari awal. Dia berbahaya. Aku gak boleh mendekati atau tertarik dengannya lagi. Tapi...kapan dia dekat denganku?)

"Don't start on me with this one, bro. Aku memanggilmu karena aku membutuhkan lebih dari satu orang untuk mencoba apakah trek ini layak untuk digunakan pengunjung. Eve adalah teman terbaikku yang terkenal oleh pemilik arena Go Kart di seluruh kota ini karena keahliannya dalam mengendarai mobil Go Kart. So, come on..", protes Wyatt sambil mengambil dua helm khusus di atas meja konter.

"Aku gak pernah denger kamu punya saudara, Wyatt"

Wyatt mengangkat bahunya dengan pasrah dan memberikan salah satu helm pada Eve, "Kamu gak pernah nanya sih. Dia saudara tiriku and I still love him. Maafkan aku Eve, but I'm affraid I can't make him go. Sian juga jago Go Kart soalnya"

"Oh, really? Good then. Bagaimana kalau kita taruhan? Yang kalah bakal menuruti permintaan yang menang. Gimana?", tantang Eve sambil berjalan mendekati Sian.

Dari dekat, Eve bisa merasakan getaran listrik tak kasat mata yang sangat kuat, dan seolah menariknya untuk semakin mendekati Sian. Tangannya seperti tersihir untuk merasakan rambut Sian yang terlihat sangat lembut. Aroma aftershave dan sabun mawar seolah memabukkannya dan mendorongnya untuk memeluk tubuh Sian. Eve berusaha bersikap kuat dan menatap mata Sian, namun yang dilihat di matanya juga sama. Eve yakin sepertinya Sian juga merasakan yang dia rasakan, karena sesaat kemudian, lengan Sian melingkari pinggang Eve dan nafasnya terkesan terburu-buru.

"Oh My God..W-what are you doing?", Eve terkesiap melihat sikap Sian, namun tubuhnya seolah tidak ada tenaga untuk melawan Sian. Eve juga bingung mengapa Wyatt membiarkan saudaranya melakukan skinship dengan Eve begitu mudahnya.

Melihat respon Eve yang salah tingkah, Sian berbisik di telinganya, "Kau menantangku? Great, let's see what you got, girl".

Dalam sekejap, Sian melepas pegangannya di pinggang Eve dan mengedipkan sebelah mata kepadanya. Sian meninggalkan Eve yang menarik nafas panjang dan mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya, menuju salah satu mobil Go Kart di ujung trek.

(Bad boy alert!! Aku gak boleh tergoda, ini namanya jebakan fakboi)

Wyatt yang seolah tidak mengerti kejadian tadi, menanyakan Eve yang masih salah tingkah atas sikap Sian tadi, "Baby, are you okay? Kok mukamu merah banget?"

"Nggak, wajahku gak merah kok, apaan sih, mungkin panas aja, hehe. Ohya, kamu...kamu tadi gak melihat apa yang dilakukan saudaramu kepadaku?"

"Emang Sian ngapain kamu?", tanya Wyatt dengan penuh curiga.

Namun sebelum Eve menjelaskan lebih lanjut Wyatt seolah sadar apa yang sudah terjadi, "What did he do to you? Tell me and I'll kill him!"

"Whoa, Wyatt, relax..Saudaramu sepertinya punya kemampuan juga ya? Aku yakin salah satunya adalah menghentikan waktu. Karena aku tadi juga sempet bingung kok kamu bisa gak ada reaksi sama sekali. But it's fine really, he didn't do anything that harms me in any way."

(Bahaya banget kalo sampe Wyatt marah besar. Dulu aja aku pernah menahannya supaya gak melempar meja wali kelas karena beliau justru percaya dengan ucapan anak-anak sekelas yang memfitnahku. Bisa pecah perang dunia ini..)

Merasa desperate, Eve memeluk tubuh Wyatt yang sudah gelap mata. Hampir saja Wyatt mendorong Eve dengan keras, kalau saja Sian tidak menahannya. Tanpa Eve sadari, Sian sudah di sampingnya dan menarik Wyatt untuk lepas dari pelukan Eve.

"Sudah berapa kali aku katakan padamu? Kontrol emosimu, bro!"

"Dan sudah berapa kali juga aku mengalah padamu?! She's my bestfriend, damn it!"

Eve mencoba melerai mereka berdua, namun tidak ada hasilnya. Satu-satunya cara untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan menarik perhatian mereka. Diam-diam dia menaiki salah satu mobil Go Kart dan mulai mencoba trek tersebut. Akan tetapi, dia merasa ada yang salah dengan setirnya. Ketika hampir masuk ke belokan ke dua, setir mobil go kart nya macet dan mobilnya tidak dapat dibelokkan. Mobil Go Kartnya akhirnya menabrak dinding pembatas trek dari ban-ban bekas yang disejajarkan. Tabrakan itu begitu keras hingga membuat Eve terpental jauh melewati dinding parkiran.

Eve berteriak dengan kencang, dan menunggu tubuhnya menghantam lantai dasar parkiran, ketika tiba-tiba tubuhnya terasa melayang. Membuka matanya pelan-pelan, dia terperanjat menatap sosok yang menyelamatkannya. Seekor naga dengan sisik berwarna hitam dan emas menangkap tubuhnya dengan dua kaki kecilnya.

(Sosok naga ini..aku pernah bertemu dengannya..Jangan-jangan?)