Sudah lewat tengah malam, tetapi perempuan itu masih belum tidur. Siena duduk di kursi yang berada di balkon sempit kamarnya. Perempuan itu bahkan tidak memedulikan hawa dingin yang menggigit tulang. Aroma hujan serta tanah basah, dan suara rintik hujan yang biasanya mampu menenangkannya, kini tak berdampak apa-apa padanya.
Benaknya terasa carut marut.
Perempuan itu mendesah untuk yang kesekian kalinya. Begitu banyak hal yang ia pikirkan. Begitu banyak hal yang harus ia pertimbangkan. Siena juga harus mengambil banyak keputusan sendiri. Rumah tangganya akan segera berakhir.
Siena sudah menyampaikan keinginannya itu kepada kedua orang tua, serta kakaknya. Mereka hanya meminta Siena untuk memikirkan masak-masak mengenai keputusan itu. Ayah dan ibunya tak mau Siena menyesali keputusannya suatu hari nanti, karena rumah tangga Siena dan Dika tidak lagi hanya menyangkut Dika dan Siena semata, tetapi juga ada Yara, Yesa, serta Orianna.