Dika pergi meninggalkan Siena dengan langkah lesu. Pria itu berjalan dengan sangat lambat. Hatinya remuk redam. Dia sama sekali tidak mengira bahwa kedatangannya yang dengan niat awal ingin mencoba memperbaiki hubungannya dengan sang istri justru berakhir seperti ini.
Seharusnya tidak seperti ini, batinnya getir.
Hari ulang tahun pernikahan yang ia kira akan menjadi saat-saat yang bahagia justru berakhir dengan penuh air mata. Hatinya remuk. Dia sama sekali tidak menginginkan hal ini. Dika tidak ingin bercerai. Pria itu masih sangat mencintai Siena.
Dika ingin berupaya untuk memperbaiki kondisi rumah tangga mereka, tetapi jika Siena saja sudah menyerah … rasanya akan sangat berat jika hanya berjuang seorang diri. Seiring setiap langkahnya yang semakin menjauh dari sang istri, Dika merasakan retakan-retakan di hatinya juga kian bertambah.