Dika akhirnya tiba di sekolah Yara dan Yesa setelah hampir satu jam berjuang menembus kemacetan. Dia sudah melepaskan jasnya. Lengan kemejanya kini digulung sampai ke siku. Dasinya terpasang longgar di lehernya. Pria itu masuk ke sekolah sembari berlari kecil, di dalam hati berharap agar Yara, Yesa, serta Siena mau memaafkan dirinya. Saat di mobil, Dika berusaha menghubungi sang istri, namun perempuan itu tak menjawab panggilannya.
Pria yang menjaga pintu masuk sekolah tersenyum ramah sembari mengangguk kecil kepada Dika. Pria itu balas tersenyum. Dika melangkah dengan terburu-buru. Semakin memasuki bagian dalam sekolah, Dika mendengar keriuhan di tempat itu. Terdengar sorak sorai dari yang Dika duga berasal dari seruan para orang tua murid di sana.
Pria itu mempercepat langkahnya. Dika tersenyum lebar ketika melihat sesosok berambut pirang keemasan di antara orang-orang itu. Rambut pirang Yara memang terasa begitu mencolok di antara teman-teman sekolahnya.