"Aku takut," bisik Siena.
Dia berbaring di ranjang di sebelah Dika. Lengannya memeluk erat sang suami. Dika juga mendekap Siena tak kalah eratnya sembari mengusap-usap lembut punggung sang istri.
"Tidak apa-apa," bisik Dika. "Aku ada di sini."
"Aku lelah."
"Kalau begitu tidurlah. Aku tidak akan ke mana-mana."
"Aku takut bermimpi lagi."
"Kejadian itu?" tanya Dika.
Siena mengangguk di dalam pelukan sang suami.
"Sejak kapan?"
Siena menyahut, "Dua minggu yang lalu."
Dahi Dika berkerut. "Dua minggu? Bukan tiga minggu?" Karena seingat Dika, peristiwa penembakan itu terjadi sekitar tiga minggu yang lalu.
Perempuan itu menggeleng. "Dua minggu," bisik Siena. Karena seminggu pertama ia lewatkan dalam keadaan teler, pikirnya. Tetapi Siena tak menyuarakan apa yang ada di benaknya. Dia membiarkan Dika menebak-nebak. Siena juga merasa belum sanggup membicarakan tentang peristiwa penculikannya.