Tanganku gemetar hebat ketika berusaha membuka pintu mobil. Aku sama sekali tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini. Ares terluka dan aku tidak mengetahuinya. Seharusnya aku bisa tahu itu dari wajah Ares yang memucat. Namun, aku terlalu terfokus pada Siena. Aku bahkan membiarkan Ares menyetir mobil sampai rumah sakit. Ares benar-benar berusaha menyembunyikan lukanya dariku. Dia tidak ingin aku tahu bahwa ia tengah terluka. Aku tidak tahu seberapa besar usaha yang telah dikerahkan oleh Ares untuk bertahan sehingga bisa mengendarai mobil hingga kami bisa tiba di rumah sakit. Dia pasti telah menahan rasa sakit sepanjang perjalanan kami yang memakan waktu hampir tiga puluh menit.
"Sial! Sial! Sial!" Aku mengumpat ketika tak kunjung berhasil membuka pintu mobil. Aku merasa begitu tidak berguna. Dan setelah usahaku untuk yang kesekian kalinya, aku akhirnya berhasil membuka pintunya. Aku kembali berteriak memanggil perawat guna meminta bantuan.
