Aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Setelah beberapa hari menghilang tanpa kabar, tiba-tiba Bang Ares datang dengan membawa serta barang-barangnya ke rumahku dan Bang Dika. Dia datang dengan senyum lebarnya, kemudian masuk ke rumah kami dengan riang gembira, seolah-olah tidak menyadari bahwa Bang Dika di belakangnya menatapnya dengan tatapan siap membunuh.
"Aku memutuskan untuk menjual apartemen kita dan pindah ke rumah ini agar bisa menjagamu dan anak-anak, serta bayi kita," katanya dengan riang.
Meski dengan enggan, Bang Dika akhirnya mengizinkan Bang Ares tinggal di rumah kami. Malam itu juga, kami menyusun ulang kamar tidur kami. Terjadi perdebatan panjang ketika memutuskan di mana dan dengan siapa aku harus tidur.
"Dia istriku dan sedang mengandung anakku. Aku yang jauh lebih berhak tidur dengannya," Bang Dika berujar.