"Terima kasih," kataku, kemudian keluar dari ruangan dokter.
Pikiranku serasa kosong. Aku tidak tahu harus bagaimana atau melakukan apa. Otakku seolah membeku dan berhenti berfungsi. Aku berjalan menuju ruangan tempat Siena kini dirawat dan terbaring lemah. Kutatap Siena yang tampak begitu lemah dan pucat. Aku tersentak ketika ponselku berdering. Tampak nama Papa tertera di layar.
"Bagaimana keadaan Siena? Apa dia baik-baik saja?" tanya Papa begitu aku menjawab panggilannya.
Aku mengangguk, kemudian kusadari kalau Papa tidak bisa melihatnya. Aku berdeham, lalu berkata, "Siena baik-baik saja. Dia hanya ... kelelahan. Yara dan Yesa sedang apa? Mereka tidak rewel, kan?"