Ruangan yang tadi masih menjadi kamarku dan Siena kini hancur. Peralatan make up serta koleksi parfum milik Siena bertebaran di lantai. Sebagian dari botol-botolnya sudah pecah. Kaca di meja rias miliknya juga sudah hancur. Darah mengalir dari beberapa retakannya.
Aku menyandarkan tubuhku pada lemari. Tangan kananku yang berdarah mengatung lemah di sisi tubuhku. Bahkan rasa sakit akibat tertusuk pecahan kaca jauh lebih bisa kutahan. Air mata yang kupikir sudah mengering ternyata masih saja mengalir. Tenggorokanku terasa serak akibat meraung-raung.
Kenapa Siena tega melakukan ini padaku?