"Ceritakan semua tentangmu," pintaku. "Abang tadi sudah berjanji."
Sudah hampir tengah malam dan kami masih terjaga. Aku berbaring dengan kepala bertumpu di lengan Bang Ares. Selimut menutupi tubuh kami sebatas dada.
"Apa yang ingin kamu dengar?" tanyanya sembari memainkan rambutku. Sejak tadi siang, dia tak henti-hentinya mencuri-curi kesempatan sekadar untuk menyentuh dan menciumku. Meski hanya sebuah kecupan ringan.
"Abang ke mana saja selama enam tahun ini? Dan, apa yang Abang lakukan?"
"Abang pergi berobat ke Jerman," sahutnya ceria.
"Kenapa Abang harus pura-pura meninggal? Dan ... kau juga mengubah namamu," kataku dengan nada tak terima. Tadi kuketahui kalau Bang Ares sudah mengubah namanya menjadi Orion Daxton.