Setelah melalui perjalanan yang panjang akhirnya Arumi dan Dityo kembali dari rumah orang tua mereka dengan membawa restu yang mereka harapkan. Setelah istirahat sehari penuh mereka kembali masuk dan bekerja.
Arumi, gimana kabarmu? Sudah makan belum? Apa masih capek? Cecar Dityo.
Dityo satu-satu dong klo bertanya jangan diborong, aku bingung jawab yang mana duluan, Arumi menjawab sambil tersenyum.
Yah senyuman itu yang membuat Dityo begitu menginginkan Arumi, senyuman yang membuat hati begitu sejuk dan senyuman itu pula yang mampu membuat seorang Dityo ingin memiliki.
Tut...Tut...Tut, telpon Arumi bergetar. Dengan cepat Arumi merogoh saku mengambil telponnya.
Iya, ibu ini Arumi. Ada apa bu nelpon arumi?
Mmm ini ndok, ibu sudah bicara pada keluarga besar kita dan kami sudah menentukan tanggal yang bagus untuk pertunanganmu ndok. Pulanglah agak sebentar ajak calon suamimu juga. Ucap ibu.
oh baik bu, mnggu ini Arumi akan kerumah bu. Arumi sayang ibu, daa ibu. Arumi menutup telpon dengan tersenyum malu.
Hayoooo nelpon dengan siapa sampai wajahmu memerah seperti itu Arumi, jangan bilang kamu habis ditelpon sama cowok bisa mati berdiri aku
Ah kamu ini Dityo, ini ibu yang telpon. Ibu minta kita pulang kerumah membicarakan pernikahan kita. Ibu bilang tanggal pertunangan kita sudah ditentukan makanya kita disuruh pulang dulu.
Oo siap, ayo kita kerumah ibumu sekarang, ucap Dityo sambil tertawa penuh semangat.
Dityooo buka sekarang, minggu ini kita pulang, sekarang kita lagi kerja Dityo apa kamu mau bos memecat kita berdua...
Habis aku nggak sabaran ingin memilikimu..
Sabar dong, ucap Arumi sambil manyun.
Minggu pagi, Dityo sudah ada di kontrakan Arumi menjemputnya rencana mereka mau kerumah orangtua Arumi.