Keana memasuki kampusnya dengan hati dag dig dug, bukan karena dia takut tapi karena memikirkan tentang bagaimana harus menyesuaikan diri lagi. Yah, Kean pindah kampus karena ayahnya dipindah tugaskan, sebesar apapun dia merengek supaya tetap tinggal dikota lamanya ayahnya tak memberi ijin. Keana berjalan sambil memikirkan banyak hal, sampai-sampai dia tidak memperhatikan bola yang sedang menuju padanya hingga terdengar suara "Duks" Keana memijit pelipisnya yang mungkin sekarang sedikit benjol.
"Perkenalan baru" gumamnya.
"Ups! sorry, aku tak sengaja." Ivan segera menghampirinya setelah terlebih dahulu mengambil bolanya.
"Hemp! i'm ok." gugup Keana setelah matanya tak sengaja bersirobok dengan Ivan.
"Oh shit! Dia sempurna, entah turunan dewa apa. Ingin sekali melumat habis bibir seksinya" racau Keana dalam pikirannya sampai Ivan harus melambaikan tangan karena Keana terlihat bengong.
"Hei! Kok malah bengong? Aku sadar kok aku memang tampan."
"Oh shit! Dia narsis sekali." gumam Keana.
Keana hanya mengucap kata "Hemp" dan berlalu begitu saja, membuat Ivan malah ikutan bengong.
***
Sejak hari itu Keana selalu mencari kesempatan walau hanya sekedar berpapasan dengan Ivan, Keana sadar dengan perasaannya dan tak bisa memungkiri bahwa hatinya sudah terpaut dengan pria tampan yang bahkan namanya saja tidak tau, dia menyukainya namun hanya berani melihat dari jauh. Dian sahabat barunya sadar akan tujuan pandangan Dian ikut melihat kearah pandangan Keana.
"Kamu suka sama Ivan yah? Dia sepupu ku." tembak Dian terang terangan.
"Oh! Heh?" Keana bingung mau jawab apa, dia terlalu kaget dengan pertanyaan Dian yang to the poin. "Hayo... ngaku loh! Kamu suka dia kan? Aku bisa melihat binar-binar cinta dimatamu."
"Ahh masa?"
"Iya, ilermu hampir keluar tuh liatin Ivan, dia tampan kan?"
"Apaan sih!" Keana senyum malu-malu karena Dian menyadari perasaannya terhadap pria yang bernama Ivan itu.
"Aku bisa bantuin kamu supaya bisa bertemu langsung dengan dia kalau mau" tawar Dian pada sahabatnya itu.
"Saya minta fb nya aja ada?"
"Ivan Basten nama fb dia" Dian memberikan alamat fb sepupunya. Setelah meminta pertemanan dengan fb Ivan, Keana lebih puas memandangi foto pria tersebut. Mencintai dalam diam, itulah yang Keana lakukan. Memandangi dari jauh, mencintai dalam diam bahkan berkali-kali menyerukan namanya dalam doa. Berharap diberi kesemptan merajut kenangan dengan pria itu, hingga suatu kali setelah pria itu lulus dan tak pernah kelihatan lagi dikampus Keana memberanikan diri menyapa Ivan lewat messenger.
"Hay bg, boleh minta tolong?" centang dua yang artinya pesannya terkirim hingga muncul titik tiga yang menandakan pria itu sedang menulis balasan.
"Iya, minta tolong apa dek?"
"Mau minta softcopy tugas akhir abg kalau boleh, buat referensi menyusun skripsi bg." Alasan Keana.
"Oh! boleh dek, nanti sampai rumah abg kirim yah. Abg masih kerja soalnya."
"Baik bg, terimakasih sebelumnya" balas Keana sekalian menyisipkan nomor hp nya.
***
Bertukar nomor, janji ketemuan dan saling menyapa lewat wa itulah yang sering mereka lakukan, tanpa ikatan namun saling mendukung, menguatkan dan Keana sering melangitkan doa untuk pujaan hatinya itu. Keana tak berani berharap banyak, merasa bahwa yang mendamba hanya dirinya seorang, pria itu terlalu sibuk dengan kesempurnaannya dan kadang hanya menyapa seadanya saja. Sesekali mengirim foto dirinya pada Keana, membuat Keana semakin mendamba dalam diam.
"Aku sangat suka alis tebalmu" balas Keana suatu saat ketika dirinya mendapatkan kiriman foto pria itu. Yah Keana sangat suka dengan alis Ivan, lucu bukan? Menurut Keana Alis tebal itu suatu keindahan, sempurna di wajah tampan pujaan hatinya itu. Ahh biar kugambarkan sedikit tentang Ivan. Pria itu tampan, dengan alih tebal, tatapan mata yang tajam, hidung mancung dan bibir penuh yang sempurna. Sekali senyum banyak wanita pasti terpesona, pun Keana.
"Aku ada urusan di Jakarta, bisakah kita bertemu?" tanya Ivan melalui wa.
"Kapan?" Keana membalas penuh semangat. Jarang-jarang Ivan mengajaknya bertemu, apalagi Ivan sangat sibuk pergi pulang Singapura. Yah, setelah wisuda Ivan bekerja disalah satu perusahaan yang mempunyai cabang di Singapura, sehingga sebagai direktur cabang mengharuskannya bekerja di dua Negara tersebut Singapura-Indonesia. Kesibukannya kadang, membuatnya Lupa akan keadaan Keana gadis pemalu yang mencuri perhatiannya waktu dikampusnya dulu. Mengingatnya saja mampu menimbulkan senyum di wajah tampannya, sehingga dia memberanikan diri mengirim pesan mengajak gadisnya bertemu.
"Woy, senyum-senyum sendiri nih! Pasti ada berita bagus nih." Leo tiba-tiba sudah duduk didepannya.
"Senyummu mengatakan kalau kamu lagi kasmaran." cecar Leo.
"Apaan sih bro! btw minggu depan aku ditugaskan ke Indonesia untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, Lo bisa kan menghandel kerjaan disini?"
"Aman bro! Pantes lo senyum-senyum pasti mau ketemu kakak ipar yah?" timpal Leo.
"Kakak ipar pale lo, jadian aja belom." rutuk Ivan.
"Lagian lo gk jelas, udah bertahun-tahun naksir tapi gak pernah kasih kepastian. Jangan-jangan kakak ipar udah punya yang lain di sana. Gk mungkin dia sanggup nunggu pria yang bahkan memberi kepastian aja gak bisa." Ivan memikirkan perkataan Leo seharian, tapi melihat balasan Keana membuat dirinya kembali bersemangat.
Tak mungkin Keana mau diajak ketemuan kalau Keana sudah punya kekasih.