"dak, dak" bunyi pintu yang diketuk sangat kencang.
"Bangun mr. Sleepy head! Dah pags!" Suara serak dari laki-laki di depan pintu, membangunkan ferdy yang sedang tidur nyenyak.
"Kreett.." Ia langsung membuka pintu kamar kosnya.
"Hmmm., Ohh, cuman seorang jaki.. gua kira pak budi.." kata Ferdy sembari menggosok matanya. Ia masih sangat ngantuk. Yah, kemarin ia begadang semalaman menonton pertandingan sepak bola tim favoritnya.
Ferdy (Sleepy mode)

Note: Buat yang males mencet ke atas...
Di depannya ada teman alumni smanya, Jaki. Mereka sudah lama mengenal satu sama lain secara dekat, bahkan orang lain sampai menjuluki hubungan mereka seperti hubungan saudara.
Ferdy sendiri tadi memaksakan diri bangun karena ia kira suara yang membangunkannya itu, pak budi pemilik Kosnya. Dia sudah tidak membayar uang kos selama 5 bulan. Maklum, dia tidak punya pekerjaan tetap untuk membayar uang kos.
Dia biasanya hanya bisa mencicil dengan uang gaji dari job serabutan nya, tapi sekarang dia tidak punya pekerjaan.
"Apa maksud lu dengan, 'cuman seorang jaki,'" kata Jaki dengan nada tak terima.
"Napa sih, pagi-pagi dateng ke istana kapuk gua."
"Gaya lu istana... Lagian ini udah siang malih.."
"Eh, emang apa?" Ferdy sedikit terkejut mendengar perkataan Jaki.
"Iya, sekarang udah jam 10-"
"Wah gila, gua ketinggalan drama!" Teriak Ferdy memotong perkataan Jaki. Ferdy langsung lari seperti orang kesurupan, tapi sepertinya si Jaki tidak membiarkan lari begitu saja. Ia memegang kerah baju Ferdy.
"Ekkk!!!" Ferdy menjerit merasa tercekik.
"Ehh...., Mau kemana luh..."
"Mau kabur dari kenyataan dulu... Gua mau nonton drama favorit gua! Judulnye, "Anak dari adik bapakku adalah keponakanku yang kakaknya ternyata vampir."
"Judul maksain macam apa itu..." Komentar Jaki.
"Bodo... Suka-suka pembuatnya lah, elu kagak bakal tau serunya kalo lu kagak nonton sendiri.," "jadi, lepasin dulu...." "Biarkan gua kabur dari kenyataan yang fana ini!"
"Emang gua biarin lu kabur.. bocah kampang.."
"Napa si, Jak lu ribet bat dah.. kayak dekoleptor.." emang gua punya utang ama lu.." Keluh Ferdy sembari memegang lehernya.
"Punya.. Banyak, kemarin lu bayar biaya subcription neetfelix, pake duit apaan kalo bukan duit pinjeman dari guah..."
"Eh, Iya yak..." Ferdy menyadari kesalahannya. Ferdy memelas, ia tidak lagi melawan tarikan dari Jaki.
"Nah, gitu dong..." Jaki melepas tarikan nya.
"Jadi, ada urusan apa ni jak. Kalo soal utang gua bakal usahakan."
Melihat ekspresi Ferdy yang memelas, Jaki yang tak tega mulai berkata, "Udah.... Gua tau lu nggak mungkin bisa bay-"
" Usahakan Nggak bayar..." Potong Ferdy sambil memasang wajah troll.
"PALING NGGAK USAHA LAH, KAMPRETT!!" Jaki teriak sampe satu kos rutinitas nya terganggu. Ada yang lagi makan bakso tersedak... Ada yang lagi bikin bakso boraks ketangkep..
Ada yang bikin skripsi langsung typo..
Ada yang udah skripsinya tinggal TTD kecoret...
Ada yang lagi nyiram tanaman, jadi nyiram orang lewat.
Ada yang tadinya buang sampah malah buang revisi skripsinya.
Ada yang lagi bakar skripsi, malah dirinya ikut kebakar.(Ya, kagak lah)
Ada juga yang ikut teriak.. dan itu ternyata pemilik kosnya...
walah, walah. Diusir nggak tuh Ferdy dkk.
Mereka menyadari Kosan yang sudah chaos memutuskan untuk pergi ke Cafe terdekat. Sekalian numpang wifi.
"Ahhh, gini dong sering-sering, Jak!" Kata Ferdy sembari menyeruput es kopyor yang dia pesan.
"Eh, emang lu gua traktir, bayar dewe.."
Mendengar perkataan Jaki, Ferdy langsung berlutut di depan lutut Jaki. "Jak, elu nggak tau sebarapa sedihnya hidup gua *hiks*" "Gua belum minum minuman mahal selama 3 bulan jak."
"Gua sadboi yang nggak pernah mendapatkan kebahagiaan..."
Ferdy berlutut sambil nangis, dan itu sukses memancing seluruh perhatian pelanggan cafe. Mereka jadi iba (atau jijck?)
Di sisi lain si Jaki merasa malu dan menyesal mengundang orang lucknut ini ke Cafe mahal kayak cetarbang.
"Udeh, udeh, iya elu gua traktir jadi jangan bikin gua malu..!"
"Woh, lu baik banget Jak.." Ferdy tersenyum dan bangkit, dia menyapu air mata buayanya.
Orang-orang yang memerhatikan pun jadi heran, 'nih orang emang susah beneran apa berperilaku kayak orang susah.'
"Pelayan..." Undang Ferdy dengan nada sok kaya. Gayanya seperti orang memenangkan lotre.
Perempuan cantik berambut hitam panjang bergelombang, Langsung mendatangi Ferdy.
"Eh, iya tuan bisa saya bantu..." .
" Saya pesen burger yang ukuran extra deluxe yak... Ama nih bubur 'merindukan degapan kasih sayang' atau disingkat jadi bubur merdeka itu 4 buah... Sama nih es kopyor saya nambah.." Pesan Ferdy.
"Busett, itu pesenan, apa menu buka puasa satu keluarga," kata Jaki pasrah.
"Udah biarin.. mumpung di traktir ini," Balas Ferdy.
"Iya elu enak, Gua tekhor, vangkhe.."
"..." Jaki tiba- tiba terdiam setelah melihat paras cantik dari pelayan tersebut. Ia melamun melihat pelayan tersebut.
Memang pelayan itu sangat cantik. Wajahnya bagai perpaduan china dan jawa. Dia memiliki mata kecil tapi tidak terlalu kecil sampai bisa dikatakan sipit. Dia juga memakai soflens warna merah yang turut melengkapi kecantikan nya.
Selain cantik ia juga memiliki badan yang Proporsional. Pinggangnya sangat langsing. ukuran payudara c cup, ia jadi terlihat sangat pas di baju pelayan.lekukan badannya juga sukses membuat Jaki ternganga.
" Baik tuan, pesanan anda sudah kami tulis... Ada lagi yang bisa saya bantu..."
Ferdy menoleh ke Jaki yang melamun ke arah pelayan. Dia pun mengambil kesimpulan kalo si Jaki tidak mau memesan apapun.
"Yah, nggak ada si," Ucap Ferdy spontan.
"Eh, bentar mbak.." Tiba-tiba Jaki memanggil gadis pelayan itu.
"Ada lagi yang bisa saya bantu.. mas.."
"Eh, iya anu... Saya pesan burger yang ukuran extra deluxe, yak... Ama.. bubur merdeka itu 4 buah... Sama es kopyor..." Pesan Jaki sembari melamun terkesima ke wajah pelayan.
"Heh, elu mesen pesenan yang sama ama gua.." Ujar Ferdy mengingatkan.
"Eh, iya apah..."
"Iya, kata lu, itu pesenan apa menu buka puasa satu house ladder (rumah tangga mksdnya)"
"Eh, iya mbak saya pesen yang sama ama musuh saya...."
" Gua temen lu woy, bukan musuh!" Ferdy kembali mengingatkan Jaki.
Jaki berkata seperti orang yang mengigau, ia seperti kehilangan konsentrasi nya.
"Hehehe..." Pelayan tersebut tertawa kecil sembari menutup mulutnya.
"Masnya lucu.." kata pelayan.
"!!!!" Wait, apa ini tiba-tiba.
Jaki pun serasa flying setelah mendengar pujian dari pelayan tersebut. Dia makin kehilangan konsentrasi nya dia sekarang sama seperti orang mabuk, mabuk asrama, eh asmara.
"Okay.. mohon tunggu pesanannya, ya mas.."
"Siap.." utas Ferdy santai.
Jaki masih flying. Ia mulai tertawa sendiri. " Hehe, Gua dipanggil... Mas. Terus katanya gua lucu.. ehehe.."
"Woy... Bucin sadarlah...! " Ferdy menepuk pipi temannya.
"Elu nggak pernah berubah ya dari jaman Sma, Jak.. masih ae... Jadi pencari cinta.."
Jaki memang dikenal sebagai orang paling sering menembak cewek di Jaman SMA nya dulu. Ia sampai dijuluki "penagih sayang semua wanita, cewek seksi" atau disingkat ngenes karena sering ditolak ama cewek, baik cantik atau tidak.
"Harusnya, elu dah sadar bahwa cinta yang mutlak dan ikhlas itu diberikan oleh tuhan semata bukan dari cewek." Ucap Ferdy. Ferdy hanya bertindak sok tau, yah, karena dia memang tidak pernah sama sekali merasa dicintai sepanjang hidupnya.
Ia sampai dikatai homo sama murid satu angkatan karena tidak pernah bergaul dengan cewek.
"Bodo, ah.." Nampaknya Jaki mulai sadar dari mabuk cintanya.
"Gua kaga mau dinasehati ama pengangguran kayak elu.."
"Si bangsad..." Ferdy berkata seperti itu sembari meremas tangan temannya.
"Yah, Mulai homo dah..." Kata Jaki.
" Eh..Gua bukan homo.. gua cuman menjauhi zina.."
"Iya dah, pak ustadz ferdy.."
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Mereka berdua masih berbincang selagi menunggu pesanan.
"Eh, Fer.."
"Napa si.." Ferdy masih menyeruput es kopyor nya yang belum habis.
" Gua emang salah nanyain ini ama elu yang homo, tapi menurut lu cewek yang tadi cakep kagak.."
"Astaghfirullah.. ngomongin cewek lagi.." "denger ya jak-"
"Udahhh jawab pertanyaan gua kamvret..!" Jaki memotong perkataan Ferdy.
"Weh, jak kok ngengas bor..?"
Ferdy terdiam sejenak melihat tatapan Jaki yang tajam dan menusuk. Ia tau sahabatnya sangat serius.
"Yah, kalo lu nanya gua ya, mayan sih tuh cewek.."
Jaki tersenyum.
"Gua sebenarnya nyamperin lu pagi-pagi, karena ada sesuatu hal harus gua omongin.." jelas Jaki.
"Apaan?.. Ipul juara liga Inggris ..?"
"Bukan."
Ferdy mulai tidak mengerti maksud kedatangan Jaki. Dia mulai menebak manggis.
"Rumor, kegangguya-sama love is bar-bar s2 nya ditunda?"
"Bukan itu, wibu! Lagian masih update gw liat.."
"Lha.. terus apaan?"
" Fer.. lu mau nggak ngulangin hidup lu lagi?.."
"Hah?!!" Ferdy tercengang.
Seketika keheningan tercipta, Ferdy benar-benar tidak habis pikir dengan pertanyaan absurd dari Jaki. "Ngulang hidup gua lagi.. apa dia bercanda..."
"Kita sebagai manusia cuman hidup sekali, mana bisa diulang.." Perkataan Jaki sama sekali tidak selaras dengan ideologi Ferdy. Bahkan, seluruh ideologi manusia. Pernyataan sangat tidak jelas dan terkesan mengada-ada. Hidup manusia memang cuman sekali. Jika manusia hidup mereka akan mati. Dan setelah itu hal yang tersisa adalah jasad dan tanah. Setelah mati orang-orang memiliki kepercayaan masing-masing sesuai agama mereka. Ada yang percaya bahwa mereka akan dibangkitkan, ada yang mereka direinkarnasi dsb.
Ferdy sendiri percaya bahwa hidup hanya sekali dan dia akan dibangkitkan di hari kiamat. Tapi tak ada sama sekali ada ideologi yang mengatakan hidup bisa diulang.
Bahkan, Hal seperti reinkarnasi pun tidak bisa disamakan dengan pengulangan. Reinkarnasi adalah bagaimana orang yang mati akan dilahirkan kembali dalam kehidupan yang lain. Bukan mengulangi kehidupan yang sama.
Tapi, tiba-tiba terbersit sesuatu di dalam hati kecil Ferdy. Ia ingin sekali mengubah nasibnya menjadi orang sukses. Terlepas dari pernyataan Jaki benar atau salah. Dia tidak mau selamanya menjadi pengangguran dan hidup dikasihani oleh Jaki.
Kalo gua ngulang hidup gua lagi, apa nasib gua berubah?
Setelah menarik nafas, Ferdy berkata,
"Woy.. Jak! Lu ngelantur apa gmn..?"
"Hahaha.... Iya kok lu tau si.. gua cuman ngetes elu aja.." Kata Jaki.
"Tapi, lu mau nggak..?"
Tensi pembicaraan meningkat.
" Iya, kalau mau, semua pengangguran kayak gua juga mau mengulang hidupnye agar nasibnya bisa berubah.. hahah.. Walau nggak semua sih, ada juga yang bersyukur atas nikmat Tuhan dan menerima nasibnya ini sebagai ujian dan pembelajaran, orang-orang kayak, gua lah." Ucap Ferdy berusaha memecahkan pembicaraan.
"Tunggu dulu, lu nawarin gua berarti lu serius dong?" Tanya Ferdy heran.
"..."
Jaki mengambil kertas dari kantung kemeja nya, ia menaruh kertas tersebut di meja. Jaki mulai berbicara, " Sebenarnya gua kesini mau nunjukin ini ke lu.." Ia menyodorkan kertas yang berbentuk kartu tersebut ke hadapan Ferdy.
"Apaan ni ?" Ferdy mengambil kertas yang ditaruh Jaki.
" Project Restart ?" Ucap ferdy heran. Ia tidak bisa membaca hal lain di kertas kecil itu karena ada beberapa tulisan yang ditulis dengan bahasa Inggris. Ferdy sendiri terkenal tidak bisa dalam berbahasa Inggris sejak zaman SMA. Ia selalu mendapatkan nilai merah dari pelajaran tersebut.
"Elu tau kan, gua kerja jadi account manager di sebuah perusahaan software.. 'Melz" nah ini termasuk proyek besar kami sekarang..."
"Proyek besar?" Kepala Ferdy masih penuh dengan tanda tanya.
"Kami telah berkerjasama dengan beberapa perusahaan di jerman, As dan jepang untuk mengembangkan sistem software bernama "Freze"
Software tersebut akan diaplikasikan melalui vr untuk melatih para Neet untuk menjadi orang yang berkompeten dan siap menghadapi dunia kerja."
" Dengan metode 'past trauma' kami akan membawa para neet menuju trauma mendalam mereka di masa lalu dan merubah trauma tersebut menjadi ingatan indah dan bekal di dunia kerja."
"Jadi, lu ntar dibawa buat ngalamin lagi trauma di masa lalu makanya gua bilang 'ngulang hidup'"
"Singkatnya, kami ingin mengurangi pengangguran dengan proyek tersebut."
"Owh.. keren, tapi kedengarannya kayak anime, Sawo." Ucap Ferdy berusaha menutupi keheranannya.
"Bacod.. Kami emang terinspirasi dari berbagai referensi..." Tepis Jaki.
"Lagian ini project besar dunia jadi kagak pantes, elu tawain.."
"Iye, tapi gua nggak nyangka orang kayak elu bisa diterima kerja 'di sono' yak... Haha, sedangkan gua interview dimana-mana ditolak.."
"Bukan di 'sono' , tapi di Melz."
"Hahh, iya di malez.."
"Melz.."
" Fer.. elu udah dipilih menjadi orang pertama yang menggunakan software ini." Jelas Jaki sambil menunjuk batang hidung Ferdy.
"Kami ingin elu menjadi sukses setelah mengikuti program ini."
"Hah?"
"Semua keputusan ada di tangan lu bro, kalo lu mau ya, hayok. Kalo, lu nggak mau gua nggak bakal maksa."
"Jadi gua bakal jadi beta tester, kayak kiritod?"
"Yoyoy, kurang lebih gitu.."
"Jadi, Mau nggak ?"
Jaki menanyakan pertanyaan yang sama dengan 15 menit yang lalu.
Keheningan kembali tercipta.
"Maaf.. pesanannya mas.."
Tiba-tiba ada suara yang memecahkan kesenyapan.
Gadis Pelayan tadi datang membawa pesanan bersama kedua temannya. Pesanannya Jaki dan Ferdy sangat banyak dan pastinya ia tidak mampu membawanya sendiri.
"Ah, iya mbak.. yes, mukbang," Ferdy menjawab kegirangan.
Seperti tadi, Jaki bengong lagi. Tapi bedanya sekarang, ia tidak hanya konsen ke pelayan yang mengambil pesanan tadi. Ia melihati seluruh pelayan tersebut. Yang memang cantik-cantik.
Tidak lama, ketiga Pelayan tersebut menunduk pamit untuk melayani pelanggan lainnya. Ah, kasian Jaki.
Tidak seperti tadi. Jaki sekarang agak kecewa. Sepertinya, Ia tidak mendapatkan senyuman dari ketiga pelayan tersebut. Yah, senyuman mereka semua tertuju pada Ferdy. memang Secara paras, Ferdy jauh lebih tampan dari Jaki. Hanya saja, dia tidak pernah tertarik dengan wanita.
"Wow, ngefly mulu bos, elu bukan laler.." Canda Ferdy sembari menyantap bubur yang ia pesan tadi .
"Ini bukan ngefly lagi, ini udah ngedrop..." Keluh Jaki.
"Sialan si Ferdy, padahal cuma lebih ganteng dikit dari gua.. semua jatah diembat ." Rintih Jaki di dalam hati.
"Eh, Jak.."
"Napa fer?"
"Kayaknya tawaran lu tadi, gua tolak dah.." dengan suara berat, Ferdy mengakhiri pertanyaan Jaki dengan sebuah Jawaban lugas.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
" Hah, Elu.. serius Fer.. kagak nyesel luh, ini kesempatan 1/1.000.000.000 buat ngubah hidup lu-"
"Nggak gua nggak nyesel..." Ferdy memotong perkataan Jaki.
"Lagian masih banyak orang di luar sana yang lebih pantes untuk mendapatkan ini daripada gua.."
"Hah?" "Elu pantes, Fer! elu pengangguran yang cuman lulusan SMA, Elu juga masih muda!" "Dan itu dah cukup buat dijadiin alesan kenapa elu pantes nerima program ini!"
"Haha.. mungkin elu bener, tapi gua rasa gua pengen ngerubah diri sendiri dengan kekuatan sendiri bukan dengan alat.."
"Emang alat itu kedengarannya keren.. sampe gua nggak percaya alat kayak gitu bisa diciptain ama manusia.. yang notabenenya cuman ciptaan tuhan."
" Tapi gua rasa gua nggak bisa hidup bergantung dengan alat.."
"gua nggak mau hidup gua ntar..kayak robot yang diprogram ama manusia.."
"Gua mau hidup selaras dengan perintah tuhan... Dan hidup sesuai kepercayaan dan prinsip gua bukan hidup berdasarkan program."
".." Jaki terdiam seribu bahasa. Ia melihat mata Ferdy yang berkilat penuh keseriusan.
"Heh, dasar sok alim." Bisik Jaki.
Ferdy nampaknya tak sadar dengan bisikan Jaki, dia terlalu fokus ke makanan yang ada di meja.
"Yaudah, kalo itu mau luh.." "Gua nggak bakal maksa," Jaki menunduk pelan. Dia mengambil smartphone dari kantung celananya. Dia seperti hendak menelpon seseorang.
"Nwelpwon sihapa fhel," Ferdy berbicara sembari menyantap burger extra deluxenya.
"Jangan ngomong ambil makan," "gua cuman laporan ama atasan."
"Owh.."
Jaki menaruh telpon di telinganya rupanya ia sudah tersambung dengan atasannya.
" Hello.. pardon me.. mister, we have a situation here... I'm sorry i failed to persuade the target..."
" I supposed.. we have to change a new target."
"Yes sir, immediately" Setelah berkata seperti itu, Jaki menaruh Smartphone nya kembali ke kantung celana. Nampaknya dia sudah selesai menelpon.
"Wih, gila atasan lu, orang luar bor.."
"Biasa.." Jaki mulai mengambil es Kopyor di depannya.
"Makasih yah, Jak udah nawarin gua.."
".. begok, nggak usah dipikirin.. bukannya sahabat emang kayak gini.."
"Haha... Iya, yak"
Mereka kembali berbincang-bincang sambil menyantap pesanan, setelah selesai, mereka mampir ke berbagai tempat. Mereka menghabiskan waktu bersama sebagai dua sahabat. Tak terasa hari sudah petang.
"Dah yak, Jak gua pamit.. dah magrib bangkhe.."
"Iye dah ati-ati luh, oh iya gua nitip maap ama pak budi udah teriak pagi-pagi."
"Sans, gua sampein."
Mereka bertosan satu sama lain, tanda berpamitan.
"Assalamualaikum" ucap Ferdy.
"Wa'alaikumsalam.." balas Jaki. Mereka berpamitan di depan gang kecil. Lewat gang kecil ini, Ferdy bisa memotong jalan ke kosannya.
"Hmh... .. Gua rasa keputusan gua emang udah bulat buat nolak tawaran Jaki," Ferdy terus bergumam selagi berjalan menyisiri gang.
"Ngulang hidup yak, hahah... Kesannya ngada-ngada kayak cerita di anime-anime," "kayak di anime eraser atau syaitan get..." "Tapi, itu time leap bukan software vr,". Ferdy terus bergemam sendiri.
Sampai...
"Tolong!!!" Tiba-tiba ada suara jeritan.
"Eh! Suara apaan tuh..! Ada yang kecopetan?" Ferdy yang sedang berjalan santai, terkejut mendengar teriakan wanita yang sangat lantang. Dari volume suaranya,sumber suara teriakan itu tidak jauh dari posisi Ferdy berdiri. "Jarang banget, ada cewek lewat jalan ini." Bisik Ferdy.
Ferdy berjalan cepat keluar gang.
"Kayaknya sumber suaranya deket pertigaan ini, dah." Di hadapan Ferdy terdapat pertigaan dimana jalan yang besar di arah kanan adalah jalan ke kosan Ferdy.
"Tolong!!!" Wanita itu kembali teriak sekarang lebih kencang.
"Deg!" Ferdy tidak memberikan reaksi serius ketika mendengar teriakan itu. Hanya saja, jantungnya terkejut bukan main serasa mau copot.
Rasa takut dan penasaran memasuki dada Ferdy. "Apa gua lihat aja?"
"Sepertinya... Suara teriakan ini dari arah sini.." Ferdy menyusuri jalan kecil lurus yang sangat mirip dengan gang yang barusan ia lewati."
"Perampokan, pencopetan atau pemerkosaan, gua nggak bakal tau, kalo nggak liat sendiri"
Bulu kuduk Ferdy merinding. Dadanya juga terasa berat. Bunyi, "dag" "dig" "dug" terus menemani langkahnya. Sampai dia melihat tembok kecil yang seakan terbelah di sebelah kanannya. Rupanya itu jalan lain.
"Eh.. ada belokan disini gua nggak tau dah..!" Ferdy menyusuri tembok secara perlahan... Makin ia mendekati jalan itu, bulu kuduknya semakin merinding...
Semakin ia dekati belokan tersebut semakin ia mendengar suara pisau yang diadu dengan daging segar, "zrash, zrash"
"!!!" Jantung terus memompa dadanya seakan berkata, "jangan pergi ke sana, di sana berbahaya."
Tapi kaki Ferdy tetap berjalan ke belokan itu. Walaupun bergetar hebat. "Apa ada pembunuhan?" Pikir Ferdy ngeri.
"Tolongg!!!!" Suara yang hilang beberapa saat yang lalu tiba-tiba muncul kembali.
"Eh, cewek itu masih hidup" Ujar Ferdy sembari memegang tangannya yang bergetar terus menerus. Ferdy menghentikan langkahnya, ia menyadari sesuatu
"Tolongg!!!" Suara ini semakin terasa dekat...Padahal Ferdy sudah menghentikan langkahnya.
"Tolongg!!!" Makin dekat.
"Dug..."
"Dag..." Ferdy memegangi dadanya...
"Ba..."
"!!"

*Warning : Ilustrasi diluar imajinasi ane, Wkwk.
💥Hehhe, Sorry-sorry, ini baru, Ilustrasi bayangan ane, sorry kalo malah ngacoin imajinasi ente pada.. (aslinya niatnya gituh🤣)
Jajajang...
yangile girl.

Muka wanita penuh darah segar tepat di hadapan Ferdy. Ferdy sangat terkejut dibuatnya ia sampai terjatuh ke tanah. Ia sangat lemas. Jantungnya seakan sudah copot dari dadanya. Kesadarannya seakan mulai menghilang, ia ingin pingsan.
"Jadi kamu... Kehhehe, mangsa selanjutnya." Ujar wanita itu penuh tawa aneh.
Wanita itu bukanlah korban ia justru tersangka nya. Tersangka pembunuhan di gang kecil. Pisau penuh darah segar yang ia pegang itu sudah cukup untuk menjadi buktinya.
"Jadi, gitu... Gua kira nih cewek dibunuh, ternyata dia pembunuh..."
"Haha... Gua bakal mampus, mampus, mampus!!!" Pikiran Ferdy sudah dipenuhi dengan kepanikan.
"Hah, hah" Napas ferdy sangat berat.
"Hm.... Ito...Kayak pernah lihat nih wajah." Kata wanita itu sembari menjilat darah segar di pisaunya. Dia mengambil sapu tangan lalu membersihkan mukanya yang dipenuhi darah.
Wanita psikopat itu memanggil dirinya sendiri "ito". Rupanya, itu adalah namanya.
"Hah, hah.." Ferdy masih tidak bisa mengontrol napasnya.
"!!!"
Tanpa aba-aba si Ferdy makin mempercepat napasnya begitu memperhatikan muka si wanita. Muka wanita itu sangat Familiar Ferdy merasa seperti pernah bertemu wanita itu sebelumnya. Terutama, mata kornea merah darah milik wanita itu mengingatkan Ferdy akan sesuatu.
"Berisik... Ah.. ah mulu... Kamu lagi ngapain emang, mas?" Wanita itu mulai bertanya.
"Hah,...hah," Ferdy tidak merespon pertanyaannya.
"Nggak jawab, malah ndesah lagi," Kata wanita yang memanggil diri sendirinya "ito" itu.
Ito memperhatikan wajah Ferdy. Ia memiliki paras lumayan, kalo dikategorikan mungkin dia masuk kategori "cogan". Kulit sawo matangnya seakan mempermanis wajahnya.
"Hm... Kalo diperhatikan kamu Cogan ya... Mana ndesah, lagih, hah," Dia mendekati Ferdy. Ia ngenggam dagunya dengan tangan kanan nya yang dipenuhi darah. Ia memegang pisau di tangan yang berlawanan, sepertinya dia kidal. Ferdy yang sudah semaput karena shock pasrah.
"Hm..? Kayaknya Ito tahu deh kamu siapa.." "kheheheheh," Ia tertawa cekikikan.
Ia mendekatkan wajah Ferdy dengan wajahnya. Sekarang, wajah Ferdy dengannya sangat dekat sama seperti jarak antara sebuah pisang dengan buah pisang lainnya dalam satu buah tandan, ya, dekat sekali.
Aroma darah mulai terhirup oleh hidung Ferdy. Di lain Ferdy menyadari siapa wanita itu, begitu pun Wanita "Ito" itu.
Rambut hitam bergelombangnya, Warna kornea mata merah yang selaras dengan darahnya, dan aroma parfumnya yang samar seakan berpadu dengan aroma darah.
"Ohh, dia 'kan!"
"Hah, hah, hah, ka...mu, khan..." Ferdy teringat sesuatu. Dia berusaha mengatakannya tapi dia tidak bisa. Tubuhnya sangat dingin penuh dengan ketakutan.
"Kamu inget, ito, ya!" Kata ito sembari kembali menjauhkan wajah mereka berdua.
"Ih, seneng diapalin cogan.." ujar ito kegirangan sembari membaretkan pisaunya ke pipi Ferdy.
"Sret..."
"Tes, tes" suara tetesan Darah segar dari luka di Pipi Ferdy menemani mereka kedua insan itu .
Rasa sakit menggebu dari pipinya.
Namun, Ferdy tidak menggubrisnya, ia masih memilih untuk memegangi dadanya yang masih sesak.
"Iya, Ito adalah pelayan yang tadi ngelayanin kamu di cetarbang, kenalin nama lengkap ito, Ito kamizuki desu~ ♥️" Bisiknya ke telinga ferdy sembari menjilat luka goresan di pipi Ferdy.
Bisikan itu sangat tajam menusuk ke dalam gendang telinga Ferdy. Ia, memang sudah menduga jauh sebelum wanita itu berbisik halus ke telinganya. Tetapi, Ferdy tetap saja tidak bisa menerima kenyataannya.
Kenyataan memang terasa pahit. Pantas saja, ferdy terasa sangat terkejut. Dia tidak menyangka pelayan yang melayani nya secara ramah beberapa jam yang lalu adalah, "seorang wanita haus darah."
"Hem.. ngerasain darah di pipi, udah.. tinggal yang di dalam perut nih yang belum.." Kata Ito sambil menggesek-gesekkan pegangan pisaunya ke perut Ferdy.
Ferdy hanya bisa pasrah, ia berdoa agar bisa terselamatkan atau jika dirinya tidak bisa diselamatkan, dia hanya bisa berdoa bahwa dia mati dalam keadaan beriman.
"Ey, rasa ginjal dari cogan itu, gimana menurut mu?"
Datang Pertanyaan aneh dari Ito. Ia menanyakan rasa daging mangsa, pada mangsanya sendiri.
"Eh, n-ngak enak menurut ku.." Jawab Ferdy dengan ekspresi pucat.
"Rasanya pasti alot, baunya juga amis.... Kemudaan soalnya.."
Nampaknya, ferdy mulai bisa menenangkan dirinya. Dia mulai bisa bernapas dengan lancar, begitu pun berbicara walaupun sedikit terbata-bata.
"Dia nanyain rasa ginjal?" "Nampaknya dia bukan cuman orang hobi membunuh, dia juga kanibal."
Tiba-tiba ito tersenyum lebar. Ia mulai berkata dengan senyumannya,
" Kheheheh... Reaksi mu lucu sekali... Apa-apaan wajah pucat itu... Khehe, kamu emang lucu.. "
"Kamu emang lucu?" "Katanya?"
"Jadi pujian di kafe itu, bukan buat Jaki tapi buat gua." Gemam Ferdy menyadari sesuatu.
" Udah lucu, ganteng lagi.." wanita itu kembali memegang leher Ferdy.
"Santai, yang tadi cuman candaan kok, aku nggak kanibal, khehe..."
"Heh?"
"Candaan dark macam apa itu.. sampe bawa-bawa nyawa..." Komen Ferdy cepat. Dia mulai lupa dengan rasa takut yang sebelumnya menghantuinya.
"Kahahahaha..." Sekarang, cewek "ito" itu ngakak.
"Hih, serem tawanya... Kayak kuntilanak lagi main lawak terus keselek jamu temulawak." Bisik Ferdy. Dia tidak sadar bahwa Ito dapat mendengarnya secara leluasa karena jarak mereka yang berdekatan.
Alhasil, Wanita pelayan Berdarah dingin itu pun kembali tertawa terbahak-bahak sampai ia mengetuk tembok di sampingnya dengan ujung tajam pisaunya.
"Eh? Gitu emang lucu..." Sahut Ferdy.
>~<>~<>~<>~<>~<>~<>~<>~<>~<>~<>~
Maaf kepanjangan.. maklum, masih prolog, jadi masih semangat-semangatnya!
Not: Nama mc nggak ada hubungannya ama Youtuber yang lagi rame ntuh. Ini murni dateng dari isi kepala ane yang kosong.
Art : pict 1: Sleepy head
Pict 2 : Just a WhatsApp sticker, please don't take it seriously.
Pict 3 : Yandere girl
Bersambung to the next Chapter...
Sebelum lanjut, mas atau mbaknya vote dulu, dong .... 🙏
#supportauthor