Anak sulung dari keluarga Biantara kabarnya terkena kutukan oleh para monster!
Desas-desus itu sudah menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, dari timur sampai ke barat, para warga mulai mencari letak anak yang tak tahu apa-apa itu dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang ingin menculiknya, membunuhnya, sampai menjadikannya makanan untuk para monster.
Ah, lebih baik kita mengetahui dulu isu itu. Apa yang membuat anak itu menjadi bulanan para warga Indonesia?
Kejadiannya terjadi para tanggal 24 April 20××, Jakarta.
Keluarga Biantara melahirkan seorang anak laki-laki di sebuah rumah sakit. Itu merupakan anugerah pertama yang diberikan oleh Tuhan, membuat sepasang suami-istri itu bahagia karena akhirnya mereka mempunyai keturunan sekaligus penerus untuk perusahaan yang sedang mereka jalani.
Perusahaannya tentu bukan perusahaan kecil, ini adalah perusahaan besar dimana hampir semua warga Indonesia tahu perusahaan apa itu.
Dengan penghasilan yang tidak main-main, mereka disebut-sebut sebagai keluarga 'sultan'.
1 tahun, tidak ada yang terjadi, keadaan masih normal, mereka masih berbahagia. 2 tahun, saat anaknya mulai belajar berjalan pun kondisi masih normal. 3 tahun... 4 tahun... Sampai akhirnya sang anak menginjak umur 5 tahun, saat orang tuanya sedang diwawancarai di sebuah acara talk show di berbagai stasiun televisi. Anak itu berkata,
"Ada banyak monster yang akan datang ke negara ini!" ucapnya dengan lantang walau ucapannya masih terbilang tidak sejelas orang dewasa.
Tentu saja, semua orang tertawa, mengira anak itu sedang melucu karena mengingat umurnya yang masih belia.
Tapi, 6 bulan setelahnya, semua itu terjadi. Monster dengan kekuatan dan level yang berbeda-beda itu datang entah dari mana, membasmi para warga di ibukota. Dengan perasaan yang bercampur aduk dan wajah yang memucat, orang tua anak kecil itu segera bergegas pergi, meninggalkan ibukota yang telah menjadi kota lautan darah.
Semua orang mulai bersembunyi, hidup penuh ketakutan, dan menyalahkan anak kecil itu karena dianggap mengundang malapetaka.
Lalu, terkuak lah sebuah fakta baru yang membuat seluruh warga terguncang. Entah siapa yang membeberkannya, tapi bisa dipastikan orang itu adalah orang yang bekerja dengan keluarga Biantara.
[ Anak sulung keluarga Biantara memiliki kemampuan memanggil monster dan mengerti bahasa mereka! ]
Sejujurnya, poin pertama yang memanggil monster itu 100% tidak benar, terlalu dilebih-lebihkan. Tapi, sisanya benar.
Anak keluarga Biantara itu dapat mendengar tanda-tanda kapan monster akan datang, mengerti bahasa mereka, tapi tidak bisa memanggil mereka. Akibatnya, hampir semua orang mengincar anak itu untuk keuntungan pribadi ataupun karena dendam pribadi.
Pasangan suami-istri dari keluarga Biantara itu menamai anaknya dengan nama Haru.
Artinya? Tidak ada alias random. Saat kondisi masih damai, mereka sempat menonton drama korea dengan karakter pemeran utama yang memiliki nama tersebut dan berharap tumbuh tinggi dan menawan di masa depan. Ya, hanya itu.
Lucu sekali.
Haru beserta orang tuanya kabur ke desa terpencil dan terpelosok yang tidak memiliki internet untuk menyembunyikan anaknya, menghindari bahaya dan ancaman.
Dan ia besar di sana hingga ia menginjak umur 17 tahun.
Dan kini, kemiliteran mulai merekrut orang-orang yang berpotensi dan berkemampuan yang cukup hingga hebat untuk bergabung ke sebuah organisasi untuk membasmi para monster.
Namanya adalah 'Monster Hunter'. Merekrut dari anak-anak yang tidak memiliki tempat tinggal atau yang tinggal dijalanan dan melatih mereka segala macam bela diri dan penggunaan senjata. Dari pistol kecil hingga yang besar, semuanya dilatih hingga mereka mampu dan siap untuk membasmi para monster itu.
Haru mendengar tentang organisasi itu saat dirinya berumur 10 tahun dan bertekad untuk gabung ke sana, tanpa membeberkan identitas aslinya jika tidak perlu. Kalaupun perlu tak apa, asal mereka percaya apa yang Haru katakan. Ia berlatih fisik secara diam-diam selama 5 tahun, tanpa bantuan siapapun.
Lalu, saat ulang tahunnya yang ke-16...
Ibu dan Ayahnya sedang merayakan ulang tahun Haru tepat jam 12 malam, mereka meniup lilin, menyanyikan lagu selamat ulang tahun, dan makan bersama.
Haru, dengan raut wajah yang serius, berkata dengan lantang.
"Aku akan gabung dengan organisasi 'Monster Hunter'."
Ayah dan Ibunya tentu saja terkejut bukan main, wajah berseri itu hilang diganti dengan wajah terkejut, khawatir, dan takut sambil menatap anak satu-satunya ini.
"Apa yang kamu bilang tadi, Haru?" tanya Ibunya pelan.
"Kamu masih tidak mengerti, ya? Identitas kita sedang tidak aman!" sela Ayahnya dengan wajah yang meninggi.
Haru tetap tegar dan menegakkan badannya. "Aku tidak bisa diam saja di sini saat aku tahu kapan monster-monster itu bergerak, Ayah, aku harus bergerak jika ingin menghentikan kekacauan ini!"
Ayahnya yang tidak dapat menahan emosinya, menampar Haru dengan keras hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana. Kalau ia sampai kehilangan putra satu-satunya ini, hidupnya hancur sudah.
"Sayang, apa yang kau lakukan?" pekik sang Ibu terkejut lalu menghampiri Haru.
"Kau mau membela si bodoh ini? Dia tidak tahu apa yang telah terjadi selama ini, apa yang mereka rencanakan selama ini, anak ini tidak tahu, Bella!" bentaknya membuat Ibunya yang bernama Bella itu tertegun.
"Memangnya Ayah mengerti perasaan Haru?" tanya Haru pelan lalu menatap wajah Ayahnya.
"Haru yang mengalaminya, Haru yang merasakannya, apa Ayah tahu gimana tersiksanya Haru setiap mendengar suara itu?! Suara itu datang tidak hanya sekali atau dua kali, tapi berkali-kali! Haru yang tahu tentang fakta ini, Haru yang bisa memperkirakan kapan datangnya mereka, kenapa harus Haru yang bungkam?!"
Dengan suara yang serak, air mata Haru mulai tergenang. "Kalau Ayah ingin menjadi malaikat pencabut nyawa dan membunuh semua orang di kota, Haru tidak mau ikut! Haru akan menghentikan mereka, para makhluk-makhluk itu!"
Suara Haru yang bergetar membuat Bella menitikkan air matanya, pundaknya bergetar tak beraturan dan juga suaranya yang sesenggukan.
"Rega, apa bisa kamu melepas rantai yang telah menahan Haru? Dia sudah 16 tahun, umurnya bukan anak kecil lagi." ujarnya pelan sambil mendekap tubuh Haru.
Dengan nafas yang mulai teratur, Rega merilekskan bahunya. Pikirannya sedang kacau, ia merasa pusing dengan semua ini. Kalau identitas Haru ketahuan bagaimana? Nyawanya bisa terancam, ia tidak mau itu terjadi. Tapi dengan kemampuannya itu, Haru juga bisa menyelamatkan semua orang dan menjadi kartu ASnya organisasi 'Monster Hunter'.
Rega mengacak rambutnya frustasi, semuanya membingungkan, ia tidak mengerti.
"Ayah masih tidak mengerti dengan pikiranmu, Haru, tapi Ayah tidak akan datang ke pemakanmu jika kamu mati oleh monster." ujar Rega yang membuat Haru mendongakkan kepalanya terkejut.
Itu artinya, ia mengizinkan Haru!
Haru tersenyum lebar lalu memeluk Bella dengan erat. "Ibu, aku akan kembali dengan kemenangan, jangan khawatir." gumamnya pelan.
Bella hanya mengangguk saja di dalam dekapan Haru.
Petualangan dan aksi Haru akan segera dimulai, sebaiknya ia berlatih dengan giat sampai ulang tahunnya yang ke-17!
Dan di sinilah Haru, menginjak kaki di kota Jakarta dengan tas besar di bahu kanannya. Ia sudah merombak penampilannya, berbeda dengan saat ia berumur 5 tahun, jadi seharusnya orang lain tidak kenal mengenalinya, kan?
Haru menarik nafas panjang dan memakai kupluk jaketnya untuk menyamarkan wajahnya. Ia berjalan pelan menyusuri jalan demi jalan, lihatlah betapa bobroknya kota ini. Rumah tak berbentuk, gedung-gedung yang kosong yang seharusnya dirobohkan, cipratan darah, dan beberapa mayat.
Jijik, Haru merasa jijik. Haru mempercepat langkahnya ke tempat tujuan dia sebenarnya.
Kabarnya akan ada beberapa anggita yang berkeliaran untuk merekrut anggota baru, bajunya pun dapat dikenali dengan sekali lihat. Kau tahu, seperti rompi tahan peluru misalnya, senapan besar yang selalu dibawa, sarung tangan hitam, celana militer, seperti itulah.
Saat sedang sibuk mencari, Haru menemukan salah satu dari anggota 'Monster Hunter'. Ia merasa gugup hingga memberhentikan langkahnya. Bagaimana ini? Apa perlu ia hampiri dan berkata, 'Halo, aku Haru Biantara siapa untuk menjadi kartu AS kalian!'
Tidak, tidak, itu tindakan bodoh. Bagaimana dengan melemparkan batu lalu berkata, 'Kalian membutuhkanku, kan? Aku bisa membantu kalian.'
Tidak, tidak, apa yang mau kau bantu? Memangnya kamu pembantu runah tangga yang sedang mencari pekerjaan?
Haru lalu membalikkan badannya, ia harus memikirkan caranya bagaimana bergabung ke sana tanpa menimbulkan kecurigaan. Ayo, pikirkan! Anak dari keluarga Biantara masa punya otak yang cetek?
Lalu, seseorang menepuk pundak Haru.
"Eh, ayam, ayam, anjrit, kaget!" latah Haru.
Sial, Haru terkejut sampai membuat orang itu menahan ketawanya dengan muka yang sangat jelek. Lelaki itu memakai setelan seperti yang anggota 'Monster Hunter' pakai.
Apa mereka anggota organisasi itu?
"Maaf, aku bikin kamu kaget." ujarnya sambil tersenyum.
Haru berdeham, menahan rasa malu. Ia lalu memperbaiki posturnya dan menghadap lelaki itu.
"Kamu anggota 'Monster Hunter'?" tanya Haru langsung.
Lelaki itu mengangguk. "Itu benar, tempat ini adalah tempat dengan zona merah, jadi kami memantau di sini. Aku akan mengantarmu ke tempat yang aman."
Laki-laki itu tampaknya sebaya atau lebih tua beberapa tahun dari Haru. Ia lalu menarik tangan Haru, hendak membawanya ke sebuah mobil pick up yang tidak jauh dari sana.
"Tunggu sebentar!" serunya membuat lelaki itu berhenti.
Haru menarik tangannya kembali, membuat lelaki itu bingung dan menatap tangan Haru secara seksama. Ia berpikir Haru tidak senang disentuh oleh lelaki sepertinya, apa perlu ia membawa seorang wanita?
"Aku mau minta tolong, tapi tolong jangan panik." ujar Haru sambil memantapkan hatinya.
Lelaki itu mengangguk saja tanpa mengerti apa maksudnya.
Haru dengan cepat membuka kupluk jaketnya dan berkata, "Aku Haru Biantara dan ingin bergabung ke organisasi 'Monster Hunter'!" serunya.
Lelaki itu mematung, mengerjapkan matanya berkali-kali. Lalu, ia tertawa terbahak-bahak.
"Mana ada Haru Biantara dengan wajah setampan ini, padahal dulu waktu kecilnya saja jelek." ujarnya sambil mengusap air mata yang mengalir karena terlalu banyak tertawa.
Apa orang ini sedang menghina Haru? Haru memasang wajah 'ew, disgusting'. Ia mencoba meyakinkan orang ini lagi.
"Aku benar-benar Haru Biantara! Aku mempunyai tanda lahir di bokongku!" ujar Haru meyakinkan.
"Begitu? Kalau begitu, aku mau lihat."
Satu tabokan di kepalanya mendarat dengan mulus, Haru memasang wajah 'ew, disgusting' untuk yang kedua kalinya saat lelaki itu tumbang.
"Aduh, sakit!" ringisnya membuat Haru menghela nafasnya.
Bagaimana cara meyakinkan bocah mesun satu ini? Ia harus meyakinkan orang ini dulu sebelum suara dengungan dan raungan itu datang.
Lelaki itu berdiri dan membersihkan bajunya dari kotoran tanah.
"Kalau begitu, kamu bisa memanggil monster?" tanya sambil berkacak pinggang.
"Tidak."
"Berarti kamu bukan Haru Biantara." ujarnya lalu berbalik.
"Tapi Haru Biantara memang tidak bisa memanggil monster!" pekiknya lalu menghampiri lelaki itu.
Tiba-tiba, telinganya berdenging. Haru menghentikan langkahnya dan merintih sambil memegang telinganya. Jangan sekarang!
Lelaki itu berbalik saat mendengar rintihan Haru. "Hoi, anak muda, ada yang terluka?" tanyanya panik lalu menghampiri Haru.
Haru lalu menggenggam kerah baju yang dipakai lelaki itu. "Ke mana arah markas organisasi 'Monster Hunter'?"
Lelaki itu sempat tertegun dan gagap.
"B-barat."
"Ayo cepat pergi dari sini, mereka datang dari arah timur!" Haru menarik lelaki itu ke arah mobil pick up yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berada.
"Siapa mereka?" tanya lelaki itu bingung lalu menyalakan mesin mobil.
"Duh, jangan banyak tanya, deh, cepat jalankan mobil ini, mereka sudah dekat!" desak Haru lalu memasang seatbeltnya.
Lelaki itu menurut dan menancap gas ke arah markas 'Monster Hunter' berada.
Lalu, ia mendengar suara raungan, artinya mereka sudah deket. Baiklah, ini gawat.
"Dani? Kamu bawa siapa ini?" tanya seorang wanita yang sedari tadi berada di kursi belakang.
Dani melirik ke arah spion untuk melihat sumber suara. "Ah, dia bilang mereka sudah dekat, jadi kita harus kabur."
Tapi, matanya membulat terkejut, ia menepuk berkali-kali kepala wanita itu sampai wanita itu kesal dibuatnya.
"Kamu apa-apaan, sih, Dan?!" pekiknya kesal.
"M-m-m-m-"
"M? Apaan M? Kamu mens?" tanya wanita itu dengan polos.
"LEA, ITU ADA MONSTER DI BELAKANG, BEGO!"
Lea langsung menoleh ke belakang dan mendapati para momster berbondong-bondong mengejar mobil pick up mereka. Mata Lea membulat tak percaya lalu mengambil senapannya.
"HEI, ANAK MUDA, YANG KAMU MAKSUD MEREKA ITU MONSTER, YA?" tanya Dani dengan keras karena panik dan menambah kecepatan mobil pick up nya.
"Kan, aku sudah bilang, aku itu Haru Biantara!" jawab Haru lalu mengambil sebuah senapan besar yang tergeletak di kursi belakang.
Lea yang mendengar itu, ikut memekik juga. "APA? HARU BIANTARA? DANI, KAU MEMBAWA HARU BIANTARA?"
Kenapa mereka jadi kompetisi saling berteriak? Sudahlah, lupakan. Haru melepas seatbeltnya lalu mengeluarkan setengah badannya di jendela dan mulai membidik para monster itu.
Kebanyakan, Haru tidak yakin bisa membidik semuanya. Baiklah, kita coba saja!
3 di kanan, tembak! Haru menembak para monster itu hingga tumbang. 6 di kiri, tembak! Haru pun dengan lincah menembak 6 monster itu dengan mudah. Itu adalah monster dengan level kekuatan terendah yang ia tembaki. Sisanya level medium, susah hanya dengan senapan begini saja.
Haru lalu masuk lagi ke dalam mobil dan menaruh senapannya di tempat semula. Lea melongo melihat aksi Haru yang nekat itu, bahkan Lea belum sempat mengelyarkan tubuhnya ke jendela, Haru sudah bertindak.
"Hei, Dani, sepertinya dia benar-benar Haru Biantara, si pemanggil monster." ujar Lea yang langsung dicela oleh Haru.
"Aku tidak bisa memanggil monster!" cela Haru.
"Memangnya kita bisa percaya? Setelah apa yang sudah kita lihat?" tanya Dani yang masih sibuk menyetir.
"Memangnya kamu terpikirkan sebuah mantra untuk memanggil para monster itu?" tanya Haru yang mulai kehilangan kesabaran.
"Mana aku tahu? Kok, kamu tanya aku, sih?" tanya Dani bingung.
"Ya, sama aku juga gak tahu caranya memanggil para monster itu!" ujar Haru yang membuat Lea meneh ke arah Haru dan Dani secara bergantian.
Orang-orang ini berisik, memangnya tidak bisa menunggu sampai nanti sampai di markas saja?
Lalu 20 menit kemudian mereka sampai di garasi markas lalu keluar dari mobil pick up. Dani menghampiri Haru karena dirinya masih penasaran kenapa Haru tidak bisa memanggil monster.
"Kenapa tidak bisa memanggil para monster itu?" tanya Dani tiba-tiba, membuat Haru jengkel.
"Kenapa? Kan, memang tidak bisa." jawabnya dengan nada lelah sekaligus kesal.
"Tapi, semua orang mengatakan kau bisa memanggil monster."
"Itu rumor! Rumor! R-U-M-O-R! Rumor!"
"Tapi kau busa mendengarnya, kan?" tanya Lea menginterupsi perdebatan antara Haru dan Dani.
"Iya, aku hanya bisa mendengarnya saja dan mengerti bahasa mereka, selebihnya tidak." jawab Haru dengan yakin juga tegas.
Lalu, langkah jejak kaki yang memenuhi lorong kosong itu bergema, menusuk indra pendengaran. Sepertinya banyak orang yang datang ke sini, mungkin mendengara keributan Haru dan Dani yang cukup mengganggu.
"Dani, ada apa ribut-ribut?" tanya seorang lelaki yang kelihatannya ada di umur 30-40 tahunan, dengan kumis tebal dan suara berat namun tegas, badannya yang besar dan tinggi, dan cukup berwibawa.
Mungkin ketua dari organisasi ini?
"Oh, Kapten! Kami membawa seseorang yang spesial!" ujar Lea berseri-seri.
Kapten itu berhenti lalu menaikkan alisnya. "Spesial? Siapa itu?"
Lea lalu menarik lengan kanan Haru dan memeluk lengan yang ia tarik barusan. "Haru Biantara!" ujarnya dengan nada ceria.
Raut wajah semua orang termasuk Kapten itu berubah menjadi kaku.
"Haru... Biantara?" tanya Kapten memastikan.
Lea yang menyadari atmosfirnya berubah, melonggarkan pelukannya. "Oh, apa aku salah bicara?"
Dengan wajah yang hampir menangis, Haru menahan segala emosi yang ada di kepalanya. Bodoh, bodoh. Kalau begini ceritanya, ia bisa ditahan di penjara mengingat rumor itu mulai tersebar luas.
Ah, apa memang seharusnya ia menyamar saja, ya?