"Aku juga tidak menyangka"
Aku mendelik tajam saat kak Alan merespon kalimat Bi Yana dengan nada suara meremehkan seperti itu. Ia bersikap seolah menikahiku adalah sebuah kecelakaan atau keputusan ceroboh yang di buat olehnya, padahal aku ingat kalau sebenarnya kak Alanlah yang menginginkan pernikahan kami terjadi dengan dalih rasa bersalah atau tanggung jawab dan hal-hal semacam itu. Aku mendecih ke arah kak Alan dan memanyunkan bibirku kesal.
"Masih banyak yang belum berubah dari kalian" Bi Yana tertawa kecil melihat tingkahku. Ia tahu dulu saat remaja aku juga sering sekali merajuk pada kak Alan seperti sekarang. Ia tampak sangat bernostalgia dengan kebiasaannya dulu saat masih bekerja dengan keluarga kak Alan.
"Entahlah" ujarku cuek dan membuat kak Alan menyeringai melihat responku. Sialan.
"Istitahatlah, masuk ke kamarmu" titah kak Alan dengan nada suara yang tegas.
Aku menatap kak Alan kesal masih dengan mengerucutkan bibirku.