"Aku takut kak Alan memperlakukanku dengan kasar lagi" cicitku lagi seraya mengigit bibir bawaku kuat-kuat. Kak Alan berpikir mencoba menyelami perasaanku. Aku tahu kak Alan bukan orang yang suka menunggu dan bersabar saat ia tengah dilanda badai gairah. Mungkin kak Alan sesang sangat memperhatikan apa yang kurasakan karena dia pikir aku sesang mengandung anaknya. Aku tidak ingin kak Alan berubah menjadi kak Alan yang jahat lagi. Aku suka kak Alan yang seperti ini, aku sangat menyukai kak Alan yang memperhatikanku dengan penuh kasih sayang.
Kak Alan tidak menjawabku, ia diam tanpa mengeluarkan jawaban atas pernyataanku barusan. Dalam gerakan yang lembut ia menarikku mendekati tubuhnya yang masih berbaring di kasur. Hatiku menghangat saat kak Alan merengkuhku dan mengalirkan sejuta perasaan yang tak terungkapkan. Bibir itu diam tidak mengucapkan kata apapun, tetapi tindakannya seolah berkali-kali mengucapkan kata maaf padaku saat ia mengecup dan mengelus puncak kepalaku sayang.